Petral
Oil Trader
Rhenald Kasali ; Pendiri Rumah Perubahan @Rhenald_Kasali
|
KORAN
SINDO, 27 November 2014
Belakangan
isu tentang Petral kembali mencuat. Nadanya sangat minor. Saya yang kebetulan
pernah banyak membaca artikel tentang Petral, juga ngobrol dengan beberapa
sumber, agak tahu soal ini.
Untuk
itu, saya ingin berbagi supaya Anda memahami konteksnya dan bisa menyikapi
itu secara benar. Isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang terkait Pertamina Energy Trading Ltd (Petral)
sebenarnya mencuat karena di perusahaan itu pernah ada 25% saham Tommy
Soeharto dan 25% saham Bob Hasan, pemilik Grup Nusamba.
Kita
tahu, Bob Hasan adalah pengusaha yang dikenal dekat dengan mendiang Soeharto.
Dulu berita mengenai kepemilikan mereka sempat membuat heboh dan menggoyahkan
kekuasaan Soeharto. Kini saham keduanya sudah tak ada lagi di Petral. Meski
begitu, stigma KKN atau mafia migas yang ada di Petral masih sulit ditepis
sampai sekarang.
Business
model KKN ini bahkan harus diakui pernah diuji oleh para penguasa
selanjutnya, juga melalui Petral. Wajar kalau penguasa selalu dicurigai.
Maklum mafia migas selalu mencari celah lewat keluarga penguasa yang masih
belum cukup bahagia.
Namun,
sebelum membahas lebih jauh soal kuatnya dugaan KKN dan praktik mafia migas
di Petral, saya ajak Anda untuk memahami terlebih dahulu apa itu oil trading. Bagi saya, definisinya
sederhana saja, jual beli minyak baik itu minyak mentah (crude) atau hasil olahannya. Umumnya perdagangan ini dalam satuan
kargo.
Eksportir dan Importir
Kalau kita mau kelompokkan, perdagangan minyak dilakukan sesuai dengan
tujuannya. Saya membagi itu dalam empat jenis perdagangan minyak.
Optimalisasi Pasokan
Jarang sekali (mungkin juga tidak ada) suatu negara yang produksi
minyaknya sesuai dengan kebutuhan dalam negerinya. Ada saja negara yang
mengalami kelebihan untuk jenis produk minyak tertentu, tapi mengalami
kekurangan untuk jenis produk yang lainnya.
Maka itu, tak heran jika ada suatu negara yang menjadi eksportir minyak
jenis tertentu, di sisi lain juga tetap mengimpor minyak jenis yang lain.
Contohnya Korea Selatan. Negara itu mengekspor minyak hasil kilang sebanyak
700.000 barel per hari (bph), namun juga mengimpor produk minyak lainnya
dengan volume 600.000 bph.
Kita mengenal Iran sebagai negara eksportir utama minyak mentah dan
hasil olahannya. Namun, tak banyak dari kita yang tahu bahwa Iran tetap
mengimpor gasoline . Di Australia produksi minyaknya selalu melebihi
permintaannya. Meski begitu, selama bertahun-tahun Negeri Kanguru itu
mengekspor dan sekaligus mengimpor gasoline .
Mengapa? Sebab banyak kilang minyak Australia berada di belahan timur
dan selatan dari negara itu. Maka itu, bagi mereka yang berada di kawasan
utara atau barat laut Australia, lebih murah mengimpor gasoline dari
Singapura ketimbang mendatangkannya dari kilang-kilang yang ada di kawasan
timur dan selatan Australia.
Ketidak seimbangan pasokan dan permintaan juga bisa terjadi karena
faktor musim. Permintaan bahan bakar di Kanada dan Amerika Serikat (AS)
meningkat saat memasuki musim dingin dan menurun pada musim panas. Kondisi
ini sudah berlangsung sejak lama.
Meski kilang-kilang di AS mencoba menyesuaikan produksinya dengan
faktor musim, tetap saja pasokannya tak mampu memenuhi permintaannya. Ini
karena fleksibilitas kilang sangat terbatas. Maka itu, kekurangan atau
kelebihan pasokan akan tetap terjadi pada saat-saat tertentu.
Perdagangan minyak juga terjadi karena perbedaan kualitas. Misalnya,
Indonesia dan Malaysia mengekspor minyak mentah yang berkualitas baik dan
sebagai gantinya mengimpor minyak mentah yang kualitasnya kurang baik.
Ini dilakukan selain untuk
memperoleh keuntungan dari selisih harga ekspor-impor, juga karena desain
kilangnya tak mampu mengolah minyak mentah berkualitas baik. Misalnya, kilang
Pertamina di Cilacap dari awal didesain untuk mengolah minyak mentah jenis
sour (masam) yang diimpor khusus dari Arab Saudi.
Terlalu
Curiga
Jenis-jenis trading seperti ini baik untuk mengamankan pasokan,
meminimalkan biaya transportasi, atau faktor musim kita sebut dengan istilah
optimalisasi pasokan.
Agregasi
Permintaan
Sebagian Anda mungkin pernah mendengar istilah trading house, khususnya dari Jepang, yang berperan penting di
belahan timur Terusan Suez. Fungsi utama trading
house ini sebagai agregator permintaan (demand aggregators). Banyak perusahaan membutuhkan minyak, tapi
volumenya terlalu sedikit.
Itu menyebabkan posisi perusahaan itu lemah saat bernegosiasi. Selain
itu, biaya transportasi dan overhead
per transaksi pun menjadi lebih mahal. Peran trading house adalah
mengumpulkan pembelian yang kecil-kecil tadi. Setelah terkumpul baru trading house membeli ke pasar. Dari
situ pembelian tadi dikemas ulang sesuai dengan pesanan.
Atas jasanya, trading house memperoleh komisi. Umumnya perusahaan
minyak seperti Pertamina tidak melakukan praktik ini meski beberapa di
antaranya memiliki saham di perusahaan trading
house. Banyak perusahaan minyak membeli dari para agregator permintaan,
terutama karena harga yang mereka tawarkan seringkali lebih baik.
Lindung
Nilai
Nah, usaha perdagangan minyak belakangan erat kaitannya dengan hedging
yang terjadi karena perdagangan kontrak, baik kontrak over the counter (OTC) atau di bursa berjangka. Jadi yang
ditransaksikan adalah dokumen kontrak perdagangan minyak, bukan minyaknya.
Contoh, harga minyak saat ini USD80 per barel. Namun, para produsen dan
pembeli khawatir dalam dua bulan ke depan harga minyak akan turun atau naik.
Maka itu, mereka pun mencari pembeli yang mau menandatangani kontrak
pembelian minyak mentah dalam dua bulan ke depan pada harga USD80 per barel.
Pembelian dan penjualan kontrak untuk pengiriman beberapa bulan ke
depan terjadi di pasar berjangka. Namun, volume perdagangan model ini sangat
kecil dibanding perdagangan minyak yang sebenarnya. Perdagangan seperti ini
hanya menjadi semacam ”asuransi” terhadap fluktuasi harga yang bisa
menyebabkan kerugian besar.
Bagi para produsen minyak, hedging memang tidak dirancang untuk
menghasilkan keuntungan meski kadang bisa menguntungkan. Hedging lebih untuk melindungi terhadap risiko. Ini kontrak untuk
memastikan harga minyak pada masa mendatang. Jika pembeli dokumen tidak
memiliki transaksi minyak yang riil sebagai jaminan, itu bukan melakukan
lindung nilai, melainkan berjudi.
Spekulasi
Banyak ahli berdebattentangmanfaatspekulan. Dalam hal tertentu, para
spekulan ini berperan meningkatkan likuiditas pasar, tapi seiring dengan itu
juga meningkatkan volatilitas dan ketidakstabilan. Dalam kasus apa pun,
menurut saya, spekulasi tidak tepat dilakukan oleh perusahaan minyak. Baik
itu International Oil Company (IOC), seperti Exxon Mobil atau Shell, atau
National Oil Company (NOC) seperti Pertamina atau Petronas.
Begitulah jenis-jenis perdagangan minyak dunia, termasuk yang harusnya
dilakukan Petral. Ini aktivitas perdagangan yang biasa saja, bukan kegiatan
yang harus selalu dicurigai. Bagi saya, beberapa jenis perdagangan bahkan
sangat bermanfaat, namun beberapa lainnya memang harus terus kita kaji secara
kritis. Hanya, kita juga jangan bersikap terlalu skeptis. Membaca Petral
membutuhkan ilmu dan tak sesederhana omongan di depan kamera televisi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar