Senin, 17 November 2014

Reinventing Gotong Royong

                                      Reinventing Gotong Royong

Gatot Sudjito  ;   Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur
JAWA POS,  15 November 2014

                                                                                                                       


“Politik gotong royong berarti saling menopang dan bahu membahu untuk mewujudkan kebaikan bagi Negara serta bangsa dalam bingkai demokrasi.“

Pelaktikan presiden Jokowidodo bulan lalu (20/10) menjadi momentum paling bersejarah dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Kita tunjukkan kepada dunia, peralihan kekuasaan presiden di Indonesia dari Susilo Bambang Yudhoyono ke Jokowidodo berjalan damai dan demokratis. Kehadiran capres Prabowo Subianto pun menegaskan bahwa segala perbedaan politik selama pesta demokrasi (Pilpres) tidak melunturkan sendi persatuan dan persaudaraan.

Akan tetapi, banyangan itu seolah terusik tatkala parlemen terbelah dua. Terlepas dari semua latar belakangnya, fenomena tersebut menunjukkan rapuhnya rasa percaya (trust) didalam berbangsa dan bernegara kita. Kini rakyat seolah tidak percaya terhadap peminpin dan pemimpinpun banyak tidak percaya kepada rakyatnya. Belum lagi konflik antar elite dan konflik horizontal antar rakyat yang menunjukkan betapa saling percaya itu tergerus.

Sejak Indonesia berdiri, komitmen persatuanlah yang meleburkan segala ego personaldan ego kelompok menjadi ego kelompok Indonesia raya. Sebuah ikrar yang lazim terjadi di setiap negara dan bangsa manapun. Sebab, hanya dengan tekat persatuan itulah sebuah Negara berdiri tegak dan dapat mengelola dirinya dengan baik. Tanpa persatuan, tidak ada lagi rumusan Negara dapat bertahan lama. Uni Soviet sebagai Negara adidayapun runtuh porak poranda gara-gara leburnya persatuan mereka.

Menelisik kondisi bangsa kini, sepantasnya kita cemas. Nilai-nilai bangsa yang semestinya menjadi pijakan etis dalam berpolitik kian luntur, sementara arus tantangan begitu kuat menerjang disegala aspek budaya, politik, dan ekonomi. Pada 2015, aka nada masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang tidak terelakkan, dimana persaingan kian terbuka. Jika kondisi persatuan masih semu, daya bangsa untuk bersaingpun pasti lemah. Karena itu, kita harus kembali kenilai-nilai luhur bangsa kita. Gotong royong adalah salah satu nilai luhur utama bangsa yang seharusnya di jadikan roh dalam segala aspek bertindak, namun ter (di) lupakan. Gotong royong merupakan tindakan bersama, kekeluargaan, adanya trust, dan bahu membahu untuk kemajuan bangsa. Nilai itu harus dijalarkan akan menjadi landasan pijak dan tindak dalam membangunbangsa yang lebih baik.

Bangsa kita telah mencapai banyak pembaharuan dan perubahan. Keterbukaan politik dilakukan, restrukturisasi ekonomi di upayakan, reformasi terus di gelorakan. Tetapi saying, semangatnya masih jauh dari muara prinsip gotong royong.

Keterbukaan politik justru disadap oleh hasrat an sich ingin berkuasa sehingga tidak jarang melanggar segala etika dan moral. Padahal, seharusnya politik di jalankan dengan semangat dan nilai-nilai kebangsaan. Betapa indahnya demokrasi yang berjalan di negeri ini bila seusai pertarungan politik kembali bekerja sama dan bergotong royong untuk membangun bangsa.

Lubang pembenahan bangsa adalah alpanya menjadikan spirit gotong royong sebagai sumber nilai pembaruan politik kebebasan dan keterbukaan politik bergerak secara liar tanpa mengindahkan sendi-sendi solidaritas kolektif sebagai bangsa. Masih banyak jalan perubahan kita yang melenceng dari semangat gotong royong. Jika kondisi itu terus terbiarkan, bangsa kita tidak semata akan mengalami turbulensi, tapi menjadi lubang yang mematikan bagi keutuhan Negara bangsa, (nation state) Indonesia kedepan. Ketercabikan persatuan ditengah masyarakat akibat ego yang demikian menyeruak harus dihentikan dengan menyemai lagu semangat gotong royong. Seruan untuk merekatkan lagi rasa persaudaraan dan kebersamaan sebagai sebuah bangsa yang besar oleh para pemimpin serta tokoh masyarakat sangat di perlukan. Seruan gotong royong yang di gemakan terus menerus dapat membangun suasana baru dalam batin kebangsaan kita.

Politik gotong royong    

Gotong royong mengandaikan leburnya benteng ego personal kedalam ego kolektif untuk saling menopang demi kemajuan bangsa. Rasa itulah yang juga harus ditumbuhkan di rana politik. Karena itu, politik gotong royong berarti saling menopang dan bahu membahu untuk mewujutkan kebaikan bagi Negara serta bangsa dalam bingkai demokrasi.

Tetapi, yang jauh lebik penting, seruan gotong royong harus di gerakkan untuk menyelamatkan bangsa ini dari jerat tindakan bernegara yang merasuk ke seluruh sendi kebangsaan kita. Rapuhnya Negara gara-gara lusuhnya persatuan harus di hilangkan dengan menumbuhkan lagi semangat gotong royong untuk perbaikan bangsa yang lebih baik. Inilah kerjasama seluruh anak bangsa yang kuat dan ikhtiyar untuk menjaga moral bangsa.

Semangat gotong royong lebih dinamis dari pada nilai kekeluagaan dan menjadi intisari pancasila. Para founding father meletakkannya sebagai prinsip nilai bangsa yang tidak lagi bisa ditawar. Inilah momentum bagi Indonesia untuk menemukan lagi (reinventing) gotong royong sebagai ejawanta pancasila yang tidak lagi hanya menjadi pajangan yang tidak lagi bergelora dalam tindaakan berbangsa.

Karena itu, sudah saatnya kita kembali menyemai gotong royong untuk menjawab ancaman yang dapat meruntuhkan fondasi berbangsa kita. Sebagai anak bangsa, kita memiliki tanggungjawab besar mempertahankan dan menguatkan fondasi kebangsaan yang sudah di bangun para pahlawan serta founding father kita dengan keringat dan darah hanya itu yang bisa kita persembahkan untuk kejayaan bangsa dan negara Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar