Papua
dan Kabinet Kerja
Komarudin Watubun ; Anggota
DPR RI Fraksi PDI Perjuangan
Dapil Papua (2014-2019)
|
KORAN
TEMPO, 13 November 2014
Fenomena pemerintah kali ini, dengan segala bentuk inovasi dan
aksesori yang berbeda dengan pemerintah sebelumnya, tentu memberikan harapan
baru kepada masyarakat. Susunan kabinet yang ada juga mendapat penilaian yang
beragam. Idealnya, kurang afdal menilai (kerja) orang sebelum ia memberikan
bukti. Namun tentu tidak salah juga-bahkan wajib hukumnya-melakukan
pengawasan sejak masa awal pemerintah baru bekerja, termasuk memaknai pesan
dan kampanye yang disampaikan dalam dua kunjungan Jokowi ke Papua.
Jika pemerintah Jokowi-JK dan Kabinet Kerja gagal memberi makna
yang sejati, jangan harap Papua berubah. Papua akan tetap seperti zaman dulu
kala, menjadi sumber eksploitasi pusat yang tiada henti. Sebaliknya, jika
berhasil, pemerintah Jokowi akan menorehkan catatan sejarah bermakna, yakni
rakyat Papua yang sejahtera dan bermartabat.
Selama berkampanye di Papua, Jokowi telah banyak mengemukakan
pandangannya tentang apa yang ingin ia lakukan untuk Papua. Dalam bidang
ekonomi, salah satu hal yang membuat masyarakat Papua antusias dan berharap
banyak kepada Jokowi adalah konsep Presiden untuk mengatasi masalah kenaikan
harga-harga barang. Konsep tol laut juga banyak memikat masyarakat Papua.
Konsep ini memang lain daripada yang lain, "menohok" langsung ke
arah jantung persoalan kehidupan sehari-hari masyarakat Papua.
Pesan lainnya adalah soal pengelolaan sumber daya alam (SDA)
Papua. Dalam dua kali kunjungannya ke Papua, Jokowi mengatakan SDA Papua
harus sebesar-besarnya diperuntukkan bagi kemakmuran Papua, bukan wilayah
lain. Hingga saat ini, rakyat Papua yakin janji tersebut bukan sebatas
retorika Jokowi. Terbukti, Jokowi-JK telah berhasil merebut hati dan pikiran
rakyat Papua, sehingga suara pasangan ini mencapai lebih dari 72 persen untuk
Provinsi Papua dan 67 persen lebih untuk Provinsi Papua Barat. Jokowi
"berhasil" memandang permasalahan Papua dari sudut pandang hati dan
pikiran orang Papua, bukan memaksakan kehendak Jakarta.
Kini, rakyat Papua menunggu implementasi riil dari janji itu
sejak awal kepemimpinan Jokowi sebagai Presiden. Pemerintah Jokowi-JK harus
segera menunjukkan langkah-langkah nyata dalam semua aspek. Sebab, kekecewaan
atas ihwal inilah yang sering memicu kemarahan masyarakat Papua, sehingga
berdampak meningkatnya masalah keamanan dan aksi-aksi gerakan sipil
bersenjata yang ingin keluar dari negara kesatuan republik indonesia.
Selama lebih dari 10 tahun, Jakarta sering berkelit bahwa di
Papua sudah ada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus.
Namun, sayangnya, otonomi tersebut tidak sejalan dengan tujuannnya.
Seringkali otonomi diidentikkan dengan jumlah dana untuk Papua. Padahal,
masyarakat Papua sendiri "bingung" soal angka yang dimaksudkan.
Jangan sampai ada klaim pemerintah pusat telah menyalurkan dana ke Papua
dalam rangka otonomi khusus. Padahal dana itu hanya menumpang atau transit di
Papua untuk selanjutnya kembali ke Jakarta dan dimanfaatkan oleh penguasa
serta pengusaha dari pusat dan sebagian kalangan elite di Papua semata.
Saatnya menyongsong Jokowi-JK dan kabinetnya untuk bekerja
dengan hati yang tulus, layaknya matahari menyinari bumi yang tidak meminta
kompensasi apapun. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar