Dongeng
Rakyat dan Makna Kebudayaan
Murti Bunanta ; Ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak; Spesialis
Sastra Anak
|
KOMPAS,
14 November 2014
SALAH
satu jalan untuk membuat anak tetap setia pada cerita rakyat Nusantara,
selain melalui buku cerita yang dikemas dengan berkualitas dan ceritanya
dituliskan kembali dengan baik dan hati-hati, adalah kehadiran Festival
Cerita Rakyat Nusantara.
Kelompok
Pencinta Bacaan Anak (KPBA) yang telah 22 tahun menyelenggarakan Festival
Cerita Rakyat Nusantara bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan
Bentara Budaya Jakarta, ingin berbagi pengalaman dan sangat menganjurkan
penyelenggaraan sebuah festival cerita rakyat sesering mungkin dan sebanyak
mungkin di setiap kota dan daerah.
Bukan uji coba
Apa arti
Festival Cerita Rakyat Nusantara? Kita diajak untuk memaknai, menghayati,
mengalami, dan merasakan kebudayaan dan tradisi. Karena itulah, sebuah
penyelenggaraan festival tidak pantas hanya berdasarkan pada ”kemegahan
fisik” pameran. Yang penting adalah isi festival yang dirancang jauh
sebelumnya: apa ceritanya; siapa pendongengnya; siapa pembacanya (bila dari
buku cerita); adakah nilai tambah festival, misal pengenalan kuliner dari
cerita rakyat; alat musik pengiring cerita; alat peraga pengiring cerita;
kostum, dekorasi pementasan; tampilan penyajian, dan sebagainya.
Oleh
karena itu, penyajian dan rancangan festival tidak boleh dirusak oleh
”pendongeng” yang tiba-tiba ingin muncul dan pamer kebolehan. Apalagi, kalau
pendongeng ini adalah pendongeng sewaan dari perusahaan yang berniat promosi.
Sebuah Festival Cerita Rakyat bukanlah tempat untuk ”uji coba” dan menjadikan
anak sebagai ”kelinci percobaan”.
Sebuah
festival bukan tempat untuk memamerkan jumlah pendongeng, melainkan tempat
untuk membuat pendengar dan pengunjung bersentuhan kembali dengan kebudayaan
dan tradisi yang mungkin tidak dialaminya karena ada cerita-cerita
kontemporer lain. Itu sebabnya, KPBA sangat selektif dan hati-hati memilih
pendongeng yang akan menjadi ”agen” cerita rakyat kepada pendengarnya, baik
pendongeng anak maupun orang dewasa. Pendongeng haruslah orang yang dapat
meneruskan dan membawa kembali budaya tempat cerita tersebut berasal. Oleh
karena itu, pihak penyelenggara sebaiknya berdiskusi dengan para pendongeng
yang telah dipilih.
Penyajian cerita
Pada
masa kini, sajian cerita rakyat dapat dikemas dalam bentuk yang modern,
seperti melalui pembacaan cerita dari buku oleh para CEO, petinggi instansi
pemerintah, wartawan, ibu rumah tangga, dan guru. Dengan syarat, mereka dapat
menghargai cerita dan memaknai cerita serta mampu meneruskan kebudayaan dari
cerita yang dibacanya.
Cerita
rakyat akan menarik sekali jika dikemas dengan musik, alat peraga, dan
menyelipkan dengan pas bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia yang umumnya
paling dikenal mayoritas pendengar.
Tarian
daerah, musik kontemporer, bahkan balet ataupun tarian hiphop yang dikemas
dalam penyajian cerita rakyat akan menjadikan dongeng pementasan yang mengagumkan.
Hal ini adalah nilai tambah bagi cerita rakyat yang menandakan bahwa cerita
rakyat adalah cerita yang dinamis.
Namun,
cerita rakyat bukanlah sembarang cerita yang isi dan maknanya bisa
diubah-ubah seenaknya walaupun dapat disajikan dengan kemasan modern. Cerita
rakyat mengandung kebudayaan yang empunya cerita.
Misalnya,
tidaklah elok kalau Si Malin Kundang kemudian bersekolah di sebuah
universitas di Jakarta, naik kapal terbang, dan suka makan piza. Kita tidak
boleh mengubah latar belakang cerita dan membawa cerita menjadi cerita yang
terjadi pada masa kini. Apalagi, kalau nanti Si Malin Kundang akhirnya
dikutuk jadi batu. Di mana logika cerita?
Cerita
rakyat adalah cerita ”pada zaman dahulu kala”. Anak dan pendengar dibawa ke
sebuah masa yang memperkenankan sesuatu yang tidak masuk akal menjadi masuk
akal. Ini adalah cara suatu masyarakat dari sebuah kebudayaan mengajarkan
nilai dan moral kepada generasinya yang berlaku turun-temurun. Jadi,
menyajikannya boleh dengan cara ”modern”, tetapi nilai suatu kebudayaan
tetaplah harus dihormati.
Saran penyelenggaraan
Festival
Cerita Rakyat adalah sebuah acara yang harus dirancang dengan arif,
hati-hati, dan bijaksana karena akan membawa kembali kebudayaan yang mungkin
belum pernah dialami pendengar masa kini. Karena itu, sejak dari pembukaan
festival harus dipikirkan siapa yang membuka dan apa yang akan disampaikan.
Pembuka festival dapat ”merusak” festival jika tidak sesuai dengan rancangan
dan maksud festival.
Perlu
dan penting dicermati juga Festival Cerita Rakyat mempunyai manfaat lain yang
lebih luas, yaitu membuat masyarakat kembali mengingat dan meningkatkan
keinginan membaca kembali cerita rakyat. Karena itu, buku cerita rakyat harus
dikembangkan dan dikemas dengan berkualitas.
Perlu
dicatat pula, sebuah Festival Cerita Rakyat dapat digelar dengan berbagai
tema, yaitu cerita rakyat Asia, cerita rakyat ASEAN, cerita rakyat dunia,
cerita rakyat Eropa, cerita rakyat Afrika, dan seterusnya. Kita dapat
menikmati berbagai cerita rakyat ini karena nilai dan moral cerita rakyat
bersifat universal. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar