Sabtu, 15 November 2014

Dongeng Rakyat dan Makna Kebudayaan

                  Dongeng Rakyat dan Makna Kebudayaan

Murti Bunanta  ;   Ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak; Spesialis Sastra Anak
KOMPAS,  14 November 2014

                                                                                                                       


SALAH satu jalan untuk membuat anak tetap setia pada cerita rakyat Nusantara, selain melalui buku cerita yang dikemas dengan berkualitas dan ceritanya dituliskan kembali dengan baik dan hati-hati, adalah kehadiran Festival Cerita Rakyat Nusantara.

Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) yang telah 22 tahun menyelenggarakan Festival Cerita Rakyat Nusantara bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan Bentara Budaya Jakarta, ingin berbagi pengalaman dan sangat menganjurkan penyelenggaraan sebuah festival cerita rakyat sesering mungkin dan sebanyak mungkin di setiap kota dan daerah.

Bukan uji coba

Apa arti Festival Cerita Rakyat Nusantara? Kita diajak untuk memaknai, menghayati, mengalami, dan merasakan kebudayaan dan tradisi. Karena itulah, sebuah penyelenggaraan festival tidak pantas hanya berdasarkan pada ”kemegahan fisik” pameran. Yang penting adalah isi festival yang dirancang jauh sebelumnya: apa ceritanya; siapa pendongengnya; siapa pembacanya (bila dari buku cerita); adakah nilai tambah festival, misal pengenalan kuliner dari cerita rakyat; alat musik pengiring cerita; alat peraga pengiring cerita; kostum, dekorasi pementasan; tampilan penyajian, dan sebagainya.

Oleh karena itu, penyajian dan rancangan festival tidak boleh dirusak oleh ”pendongeng” yang tiba-tiba ingin muncul dan pamer kebolehan. Apalagi, kalau pendongeng ini adalah pendongeng sewaan dari perusahaan yang berniat promosi. Sebuah Festival Cerita Rakyat bukanlah tempat untuk ”uji coba” dan menjadikan anak sebagai ”kelinci percobaan”.

Sebuah festival bukan tempat untuk memamerkan jumlah pendongeng, melainkan tempat untuk membuat pendengar dan pengunjung bersentuhan kembali dengan kebudayaan dan tradisi yang mungkin tidak dialaminya karena ada cerita-cerita kontemporer lain. Itu sebabnya, KPBA sangat selektif dan hati-hati memilih pendongeng yang akan menjadi ”agen” cerita rakyat kepada pendengarnya, baik pendongeng anak maupun orang dewasa. Pendongeng haruslah orang yang dapat meneruskan dan membawa kembali budaya tempat cerita tersebut berasal. Oleh karena itu, pihak penyelenggara sebaiknya berdiskusi dengan para pendongeng yang telah dipilih.

Penyajian cerita

Pada masa kini, sajian cerita rakyat dapat dikemas dalam bentuk yang modern, seperti melalui pembacaan cerita dari buku oleh para CEO, petinggi instansi pemerintah, wartawan, ibu rumah tangga, dan guru. Dengan syarat, mereka dapat menghargai cerita dan memaknai cerita serta mampu meneruskan kebudayaan dari cerita yang dibacanya.

Cerita rakyat akan menarik sekali jika dikemas dengan musik, alat peraga, dan menyelipkan dengan pas bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia yang umumnya paling dikenal mayoritas pendengar.

Tarian daerah, musik kontemporer, bahkan balet ataupun tarian hiphop yang dikemas dalam penyajian cerita rakyat akan menjadikan dongeng pementasan yang mengagumkan. Hal ini adalah nilai tambah bagi cerita rakyat yang menandakan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang dinamis.

Namun, cerita rakyat bukanlah sembarang cerita yang isi dan maknanya bisa diubah-ubah seenaknya walaupun dapat disajikan dengan kemasan modern. Cerita rakyat mengandung kebudayaan yang empunya cerita.

Misalnya, tidaklah elok kalau Si Malin Kundang kemudian bersekolah di sebuah universitas di Jakarta, naik kapal terbang, dan suka makan piza. Kita tidak boleh mengubah latar belakang cerita dan membawa cerita menjadi cerita yang terjadi pada masa kini. Apalagi, kalau nanti Si Malin Kundang akhirnya dikutuk jadi batu. Di mana logika cerita?

Cerita rakyat adalah cerita ”pada zaman dahulu kala”. Anak dan pendengar dibawa ke sebuah masa yang memperkenankan sesuatu yang tidak masuk akal menjadi masuk akal. Ini adalah cara suatu masyarakat dari sebuah kebudayaan mengajarkan nilai dan moral kepada generasinya yang berlaku turun-temurun. Jadi, menyajikannya boleh dengan cara ”modern”, tetapi nilai suatu kebudayaan tetaplah harus dihormati.

Saran penyelenggaraan

Festival Cerita Rakyat adalah sebuah acara yang harus dirancang dengan arif, hati-hati, dan bijaksana karena akan membawa kembali kebudayaan yang mungkin belum pernah dialami pendengar masa kini. Karena itu, sejak dari pembukaan festival harus dipikirkan siapa yang membuka dan apa yang akan disampaikan. Pembuka festival dapat ”merusak” festival jika tidak sesuai dengan rancangan dan maksud festival.

Perlu dan penting dicermati juga Festival Cerita Rakyat mempunyai manfaat lain yang lebih luas, yaitu membuat masyarakat kembali mengingat dan meningkatkan keinginan membaca kembali cerita rakyat. Karena itu, buku cerita rakyat harus dikembangkan dan dikemas dengan berkualitas.

Perlu dicatat pula, sebuah Festival Cerita Rakyat dapat digelar dengan berbagai tema, yaitu cerita rakyat Asia, cerita rakyat ASEAN, cerita rakyat dunia, cerita rakyat Eropa, cerita rakyat Afrika, dan seterusnya. Kita dapat menikmati berbagai cerita rakyat ini karena nilai dan moral cerita rakyat bersifat universal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar