Sabtu, 07 Desember 2013

Spirit Sadar Regenerasi Mandela

Spirit Sadar Regenerasi Mandela
Muhammadun  ;   Analis Studi Politik pada Program Pascasarjana UIN Yogyakarta
JAWA POS,  07 Desember 2013

  

"DIA bukan milik kita lagi. Dia telah menjadi milik sejarah." Begitu ungkapan duka Presiden Obama (6/12). Kamis, 5 Desember atau Jumat pagi (6 Desember) waktu Indonesia, Nelson Mandela mangkat selamanya di usia 94 tahun. Berita duka ini diumumkan langsung oleh Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma melalui jaringan televisi setempat. Dengan emosional, Zuma mengumumkan, "Bangsa kami kehilangan putra terbaiknya." 

Mandela adalah pemenang Nobel Perdamaian untuk perjuangannya di Afrika Selatan. Sebagai pemimpin Kongres Nasional Afrika (ANC), Mandela harus meringkuk 27 tahun di penjara dan baru bebas pada 1990.

"Dia adalah negarawan yang paling dikagumi dan dihormati di dunia dan salah satu manusia terbesar untuk berjalan di bumi ini," ujar sesama peraih Nobel Perdamaian Uskup Agung Desmond Tutu.

Kehidupan pejuang antiapartheid Afrika Selatan ini penuh dengan keteladanan dan keteguhan. Seluruh petinggi negara Afrika Selatan merasakan aura karismatik yang memancar dalam diri Mandela. Tidak salah, setiap kali persoalan sedang melilit bangsa Afrika Selatan, rakyat selalu menanti fatwa politik Mandela untuk dijadikan pegangan. Dia hanya menjabat presiden Afrika Selatan dalam sekali periode, tetapi karisma kepemimpinannya tidak dibatasi oleh waktu periodik. Napas yang mengembus dari raganya selalu menyirami dahaga warga Afrika Selatan. 

Merunduk Padi 

Berbagai sanjungan dari berbagai kalangan dari warga Afrika Selatan dan publik dunia tidak membuat Mandela sombong. Pria yang lahir 18 Juli 1918 dengan nama Nelson Rolihlahla Mandela di dekat Qunu, Estern Cape, Afrika Selatan, tersebut justru semakin merunduk berisi ala padi, tidak arogan, dan semakin memperlihatkan sosok yang bijak nan karismatik. 

Dunia aktivisme Mandela dimulai sejak 1944 ketika dia mendirikan liga pemuda Konggres Nasional Afrika (ANC) bersama Oliver Tambo dan Walter Sisulu. Dari organisasi inilah, Mandela melakukan aktivisme sosialnya dengan melakukan berbagai kritik atas ketimpangan sosial yang dilancarkan oleh warga kulit putih.

Tahun 1962, Mandela secara diam-diam meninggalkan Afrika menuju Aljazair. Tahun 1963, dia dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena tuduhan sabotase dan konspirasi. Karena kritik kerasnya, dia lantas harus dijatuhi hukuman seumur hidup sejak 1964. 

Tahanan nomor 46664 itu mengkritik rasisme yang dilancarkan pemerintah kulit putih. Dia menginginkan kehidupan yang demokratis, harmonis, dan menjunjung tinggi hak dan martabat sesama. Untuk mewujudkan kehidupan yang setara tersebut, dia rela mengorbankan nyawa sebagai taruhan. "Saya juga siap untuk mati dalam memperjuangkan harapan ideal saya," ujarnya di tengah menghadapi penjara. 

Kritik sosialnya akhirnya mendapatkan dukungan publik rakyatnya dan publik dunia. Pemerintahan kulit putih akhirnya tumbang dan pada 11 Februari 1990, Mandela bebas dari penjara. Dia mendekam selama 27 tahun, tetapi napas perjuangannya terus memompa rakyat Afrika Selatan dalam memperjuangkan persamaan harkat dan martabat kemanusiaan. 

Karena begitu besar perjuangannya, rakyat Afrika Selatan melatik dia sebagai presiden Afrika Selatan pada 10 Mei 1994. Mandela adalah presiden kulit hitam Afrika Selatan yang memang hanya mencalonkan diri sekali dan telah membawa masuk Afrika pada sebuah masyarakat multirasial, demokratis, serta masih tetap damai dan kuat. 

Mandela juga sempat menyaksikan terpilihnya Obama sebagai kulit hitam pertama sebagai presiden AS pada 2008. "Kemenangan Anda mendemonstrasikan bahwa tidak seorang pun manusia di dunia ini yang tidak boleh berani bermimpi untuk menginginkan mengubah dunia menjadi tempat lebih baik," tulis Mandela ke Obama. 

Percayakan ke Generasi Baru 

Ada dua hal yang sangat menonjol dalam kepemimpinman Mandela. Dia adalah sosok pengampun dan juga sosok pemimpin yang sukarela menyerahkan kepemimpinan kepada yang lebih muda. Sebagai pemimpin pengampun, Mandela tidak menaruh dendam sedikit pun kepada kaum kulit putih. Dia menggelorakan spirit rekonsilisasi antarras di Afrika Selatan. 

Dia melebur dalam seluruh elemen, ras, agama, dan kelompok di Afrika. Sebagai pemimpin, Mandela merasa harus mengayomi dan melayani seluruh warganya yang multiras. Ras kulit hitam yang asalnya ditindas dan dimarginalkan tidaklah menjadikan Mandela mengistimewakan warga kulit hitam atas yang lain. Mandela hanya menginginkan kesetaraan dan kesederajatan antarmanusia. Mandela sangat menjunjung tinggi harakat dan martabat manusia.

Pada 1999, Mandela yang berjiwa muda ini menyerahkan kepemimpinan kepada pemimpin yang lebih muda agar dapat mengendalikan negara dengan strategi ekonomi yang lebih modern. Dia serahkan ANC dan negara Afrika Selatan kepada wakilnya, Thabo Mbeki, sosok pemimpin muda yang energik dan visioner, yang menemani Mandela berjuang memimpin negara. Mandela sangat mengharapkan peran aktif kaum muda dalam menggerakkan perubahan sosial di negaranya. 

Kaum muda bagi Mandela adalah roh gerakan yang bisa mewujudkan agenda-agenda besar bangsanya dalam merealisasikan kesetaraan, kesejahteraan, dan kemakmuran warga. Dengan menyerahkan kepemimpinan kepada kaum muda, Mandela merasa telah mengamanatkan masa depan negaranya kepada generasi masa depan. Dia tidak mau rakus dengan kepemimpinan, jabatan, dan kekuasaan. 

Potret kepemimpinan Mandela menjadi teladan sangat berharga bagi gerakan kaum muda di Indonesia. Indonesia masih dililit krisis kepemimpinan kaum muda. Hasrat kuasa yang diperlihatkan para elite politik kaum muda kita ternyata masih jauh sekali dengan keteladanan yang ditancapkan Mandela. Pergantian kepemimpinan sering justru melahirkan luka yang membekas. Pengampunan dan rekonsilisasi antarelite masih jauh dari yang dilakukan Mandela. Politik balas dendam masih membekas dalam karakter kepemimpinan kita. 

Dari sinilah, bangsa Indonesia selayaknya berguru kepada kepemimpinan Mandela. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Menebarkan maaf dan menggalakkan rekonsiliasi nasional. Memberikan kesempatan kaum muda untuk menjalankan kepemimpinan nasional. Itulah spirit kepemiminan yang diwariskan Mandela kepada dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar