Api
Optimisme di Penghujung Tahun 2013
A Tomy Trinugroho ; Wartawan Kompas
|
KOMPAS,
28 Desember 2013
TAHUN 2013 tinggal hitungan hari.
Tak lama lagi, bangsa Indonesia menginjakkan kaki di tahun 2014 yang sangat
penting karena digelar dua perhelatan besar: pemilihan presiden dan pemilihan
anggota legislatif. Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, Indonesia pun
akan memiliki pemerintahan baru pada 10 bulan yang akan datang.
Lantas, bagaimana pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono melihat tahun 2013 yang sebentar lagi berakhir?
Pencapaian apa saja yang menurut mereka memberi kontribusi cukup penting
dalam konteks kerja besar membangun demokrasi sejati di Indonesia.
”Pada tahun 2013, kami agak lega
karena kondisinya lebih baik, terutama dalam hal konflik sosial. Jumlah
konflik sosial menurun drastis dibandingkan dengan tahun 2012,” kata Staf
Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa, Jumat (27/12), di
Bina Graha.
Menurut dia, berkurangnya jumlah
konflik sosial berkaitan erat dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor
2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri. Lewat inpres
ini, aparat sipil di daerah dan masyarakat sipil di daerah dituntut untuk
bersikap aktif mencegah terjadinya konflik. Penanganan konflik sosial pun
dipaksa untuk tidak boleh lagi dilihat oleh semua pemangku kepentingan hanya
melulu sebagai kegiatan ”pemadaman kebakaran”.
Ketika membuka rapat kabinet
bidang politik, hukum, dan keamanan di Istana Bogor, Jawa Barat, pada Januari
2013, Yudhoyono mengakui bahwa kondisi keamanan pada tahun 2012 tidak
menggembirakan. Aksi kekerasan, konflik komunal, dan benturan horizontal
terjadi di sejumlah tempat. Akibatnya, ada penilaian bahwa negara melakukan
pembiaran.
Tidak lama kemudian, pemerintah
mengeluarkan Inpres No 2/2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam
Negeri. Lewat inpres ini, dibentuk tim di tingkat daerah hingga pusat untuk
mengantisipasi potensi konflik. Inpres No 2/2013 memberikan kesempatan bagi
daerah untuk membuat pemetaan potensi konflik yang khas di daerah mereka,
termasuk merumuskan metode penyelesaian ketegangan dengan tokoh masyarakat.
Semuanya di bawah supervisi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Demokrasi naik kelas
Juru Bicara Presiden Julian Aldrin
Pasha menyatakan bahwa tidak mudah menciptakan kondisi yang memungkinkan
keberagaman yang begitu kompleks hidup berdampingan secara baik. Keberhasilan
menciptakan kondisi itu merupakan sumbangan besar bagi kerja raksasa
membangun demokrasi yang mapan di Tanah Air.
Akan tetapi, bagaimanapun, diakui
ada beberapa persoalan yang tersisa terkait dengan isu keragaman. Daniel
menyebut persoalan tersebut adalah masalah Syiah di Madura serta GKI Yasmin,
Bogor.
Di sisi lain, Daniel melihat tetap
ada kemajuan bagi penyelesaian kedua isu tersebut yang terjadi, antara lain
berkat arahan tegas dari Presiden bahwa semua orang harus bisa dengan bebas
menjalankan ibadah.
”Demokrasi kita berhasil mengelola
kemajemukan. Kita telah mendorong demokrasi agar tumbuh dan matang. Presiden
mendorong kebebasan diimbangi etika dan rule of law. Demokrasi kita pun bisa naik kelas setiap tahun,”
ujar Daniel.
Kondisi ekonomi yang stabil dan
cukup positif juga memberikan kontribusi besar bagi tercapainya demokrasi
yang maju.
Menurut Daniel, capaian ekonomi
Indonesia cukup menggembirakan. Kepemimpinan Yudhoyono mengantarkan kebijakan
fiskal dan moneter Indonesia berjalan dengan baik dan tepat. Ekonomi
Indonesia pun bisa tumbuh dengan cukup bagus dan stabil walau terjadi
ketidakmenentuan di tingkat global.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada
awal November lalu mengumumkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
kuartal III-2013 mencapai 5,62 persen, atau tumbuh 2,96 persen dibandingkan dengan
kuartal II-2013. Secara kumulatif, pada Januari-September 2013, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 5,83 persen.
Pemerintah juga tetap memandang
perlu menerapkan kebijakan khusus guna membantu masyarakat miskin. Pemerintah
antara lain mengeluarkan kebijakan beras untuk masyarakat miskin (raskin),
program keluarga harapan (pemberian bantuan dana kepada keluarga yang
memiliki anak usia sekolah/ibu hamil), dan beasiswa bagi siswa miskin.
Jalannya ekonomi tidak sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar yang
bebas.
Dari sisi penegakan hukum, Julian
menuturkan bahwa komitmen pemerintah juga sangat kuat. Tidak ada upaya
pemerintah untuk menutupi kasus korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah.
Tidak pernah pula Presiden melakukan intervensi terhadap upaya pemberantasan
korupsi yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Secara umum, menurut Julian, yang
dilakukan pemerintah sepanjang 2013 adalah upaya membangun demokrasi yang
matang.
Tahun 2013, menurut Daniel, telah
memberikan fondasi yang baik dan memadai demi terbangunnya demokrasi yang
semakin baik lagi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar