PROSPEK POLITIK
2014
Bergantung pada Transformasi Ideologi
Bambang Setiawan ; Wartawan Kompas
|
KOMPAS,
25 Oktober 2013
PERIODE 1999-2014
adalah rentang masa yang sangat dramatik bagi partai politik. Merupakan
periode pasang naik dan surut yang berlangsung dengan cepat. Ke depan,
politik akan ditentukan seberapa berhasil partai dinasti melakukan
transformasi ideologi.
Pasca-jatuhnya kekuasaan
Orde Baru yang dikuasai Golkar dan Soeharto pada tahun 1998, Pemilu 1999
diikuti 48 parpol dan dimenangi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
dengan perolehan 33,7 persen suara. Hanya bertahan satu pemilu, suara PDI-P
merosot drastis dengan hanya menyisakan setengah dukungan, menjadi 18,53
persen.
Dalam pemilu terakhir,
2009, PDI-P harus puas di urutan ke tiga setelah Demokrat dan Golkar. Setelah
popularitas Megawati meredup dan kalah dalam dua kali pemilu presiden
langsung, regenerasi kepemimpinan di tubuh PDI-P menjadi pertanyaan yang
terus mengusik. Di satu sisi, generasi baru dari darah Soekarno belum cukup
matang untuk mengambil alih kepemimpinan. Namun, di sisi lain belum ada figur
di luar dinasti yang sangat kuat mewakili gambaran ideologi partai sekaligus
bisa diterima sebagai simbol ikatan.
Pada saat yang sama,
Partai Golkar yang ditinggalkan Soeharto tiba-tiba menjadi ”partai
subsisten”, yang harus bertahan sedapatnya, tanpa tokoh panutan dan fasilitas
kekuasaan. Golkar yang berjaya sejak Pemilu 1971-1997, dalam Pemilu 1999 langsung
anjlok di posisi kedua dengan 22,4 persen, dan di pemilu berikutnya turun
sedikit meskipun bercokol sebagai pemuncak perolehan, lalu menukik tajam pada
Pemilu 2009 menjadi 14,45 persen.
Upaya menahan kemerosotan
dengan melakukan konvensi calon presiden dari Golkar cukup berhasil pada
Pemilu 2004. Namun, tanpa memiliki tokoh yang kuat popularitasnya, Golkar
tampaknya hanya akan menjadi ”partai sejarah”.
Penetrasi yang demikian kuat
pada masa kekuasaan Orde Baru masih menyisakan kesetiaan masyarakat kepada
partai berlambang beringin ini, tetapi sulit mengubah keberuntungan lebih
jauh dari posisi partai papan menengah.
Masuknya Partai Demokrat
pada Pemilu 2004 cukup menggoyang partai-partai nasionalis papan atas.
Langsung masuk ke papan tengah, Partai Demokrat menjadi harapan baru.
Sinarnya makin cemerlang setelah dalam pemilu presiden mampu memenangkan
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Terseret oleh popularitas
SBY yang terus menanjak, Partai Demokrat melaju dan memenangkan Pemilu 2009
dengan 20,81 persen suara, menggeser dominasi Golkar dan PDI-P. Namun,
kekuatan Demokrat yang gemilang mulai menyusut sejak kasus Century berembus
kencang. Sejumlah kasus korupsi yang diduga melibatkan kadernya mengganjal
partai pemerintah ini. Setelah Angelina Sondakh dipenjara, prahara memuncak
dengan mundurnya dua elite partai, Andi Mallarangeng dari jabatan Menteri
Pemuda dan Olahraga dan Anas Urbaningrum dari Ketua Umum Partai Demokrat.
Kepercayaan masyarakat
terhadap Partai Demokrat pun anjlok, sebagaimana terlihat dalam hasil survei Kompas (lihat Grafik). Sebagai ”partai personal”,
kemerosotan Demokrat betul-betul bertopang pada SBY. Melemparkan dan membagi
kekuatan ke dalam konvensi pada ujungnya akan membuat partai berada dalam
posisi dilematis. Melakukan transfer kesetiaan akan menjadi pilihan
menyedihkan yang dihadapi Demokrat pada pemilu mendatang.
Di tengah kebimbangan
pemilih, Partai Gerindra dengan sosok Prabowo Subianto terlihat cukup
menjanjikan. Paduan antara gambaran sosok tegas dan berani, yang dibutuhkan
saat ini, dengan gerak partai yang terlihat dinamis, menjadikan Gerindra
makin populer di mata publik.
Dengan kecepatan dukungan
yang diraihnya, dapat dipastikan Gerindra akan masuk ke partai papan menengah
dalam pemilu mendatang dan mengubah konstelasi partai di kelas itu. Jika
Demokrat dapat cukup tertahan dari kemerosotan lebih jauh, papan menengah
akan diisi oleh Gerindra, Golkar, dan Demokrat.
Partai-partai Islam
Di dalam tubuh
partai-partai Islam juga terjadi pergeseran kekuatan. Meredupnya popularitas
dan peran tokoh partai, seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Amien Rais,
cukup berpengaruh pada dukungan terhadap partai-partai Islam. Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) tanpa Gus Dur terbukti menjadi partai yang tidak bergigi.
Peralihan kepemimpinan di tubuh Partai Amanat Nasional (PAN) juga tidak
membawa angin segar yang dapat mempertahankan kemerosotan perolehan suara.
Di tengah sejumlah
kekuatan partai-partai berbasis massa Islam, Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
sesungguhnya telah mampu memberi warna baru dan muncul sebagai partai kader
yang cemerlang menggalang dukungan di perkotaan. Ketika popularitas
tokoh-tokoh partai Islam lain merosot, PKS merangsek ke papan menengah dan
menjadi satu-satunya partai Islam terkuat pada Pemilu 2009.
Akan tetapi, setahun
menjelang Pemilu 2014, prahara betul-betul mengguncang citra PKS setelah
presiden partainya, Luthfi Hasan Ishaaq, ditangkap Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) karena dugaan suap impor daging sapi. Keterkaitan Ahmad Fathanah
dalam kasus ini menjadikan PKS menghadapi masalah hukum dan moralitas
sekaligus.
Hasil survei Kompas menunjukkan merosotnya dukungan
terhadap partai ini. Dengan melemahnya PKS dan tiadanya tokoh partai-partai
Islam lainnya yang mampu mendongkrak suara, ada kemungkinan partai beraliran
agama semakin ditinggalkan atau jatuh ke papan bawah pada pemilu mendatang.
PDI-P dan Jokowi
Satu-satunya partai
sejarah, yang mampu bangkit lagi setelah tidur cukup lama, hanya PDI-P. Dan,
tampaknya pemilu mendatang akan menjadi milik partai yang nyaris menjadi
partai dinasti ini. Kemampuan partai ini untuk melakukan transformasi
ideologi dan melonggarkan sekat dinasti mulai terlihat ketika Jokowi diminta
membacakan teks ”Dedication of Life” dalam Rakernas PDI-P di Ancol, September
lalu. Lebih dari sekadar simbol alih generasi, itulah momen penting di mana
keterikatan primordial disubstitusikan ke dalam keterikatan ideologi.
Jokowi sekarang adalah
simbol yang mampu menyatukan berbagai kepentingan di dalam tubuh partai berlambang
banteng itu sehingga mustahil tidak dimajukan sebagai calon presiden dalam
pemilu mendatang. Dan, seandainya diajukan oleh PDI-P, besar kemungkinan
Gubernur Jakarta yang sangat populer di mata masyarakat ini akan menjadi
presiden.
Semakin lekatnya citra
Jokowi dengan PDI-P membuat hubungan antara keduanya berkorelasi positif.
Semakin tinggi popularitas Jokowi, semakin tinggi perolehan suara partai ini.
Dalam hal ini, tampaknya Jokowi lebih sebagai faktor penentu naiknya dukungan
terhadap partai. Jika PDI-P mampu menangkap dan mengelola dengan baik situasi
ini hingga pemilu legislatif, sangat mungkin PDI-P akan menjadi partai
pemenang dengan perolehan yang jauh melampaui pesaingnya.
Setelah menang pemilu
legislatif, penentu politik Indonesia sesungguhnya akan berada di tangan
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Berubah atau stagnasi, akan sangat
bergantung pada seberapa jauh Megawati menakar kepentingan pribadinya dalam
ruang politik praktis, dalam kontinum antara ideologi dan dinasti. ●
|
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut