Jumat, 20 Desember 2013

Optimisme dan Pesimisme Ekonomi 2014

Optimisme dan Pesimisme Ekonomi 2014
Rostamaji Korniawan  ;    Pemerhati Masalah Ekonomi;
Alumnus Doktor Pukyong National University, Korsel
MEDIA INDONESIA,  19 Desember 2013

  

PEMERINTAH yakin paket kebijakan ekonomi jilid II akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi pengurangan defisit neraca transaksi berjalan ataupun neraca perdagangan. Namun, pada sebuah acara pertemuan CEO beberapa waktu yang lalu, Presiden pernah memberikan penekan an bahwa kondisi ekonomi 2014 masih belum pulih benar. Selain itu, Komite Ekonomi Nasional (KEN) juga menambahkan bahwa paket kebijakan ekonomi jilid II belum mampu mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Volatilitas rupiah pun masih sering terjadi, walaupun sudah ditegaskan oleh pihak otoritas moneter bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena Bank Indonesia (BI) akan segera melakukan intervensi terhadap pasar apabila nilai tukar rupiah bergejolak secara ekstrem. 

Kebijakan nasional yang diambil pemerintah masih menimbulkan pro dan kontra. Demikian pula kebijakan internasional yang dirasakan akan memberikan dampak yang sangat krusial bagi kestabilan sektor perekonomian di Indonesia, terutama sektor pertanian. Paket Bali sebagai kebijakan bersama di antara beberapa negara dalam pertemuan para menteri yang tergabung dalam komunitas WTO di Bali merupakan salah satu contoh kebijakan internasional yang juga masih menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia.

Melihat kebijakan tersebut, masyarakat tampaknya disodorkan pada dua pilihan antara menghadap pada mazhab optimisme atau memilih pada mazhab pesimisme. Optimisme ekonomi 2014 dipandang sebagai langkah antusias menggapai ekonomi Indonesia yang lebih baik, walaupun pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan hanya diarahkan pada stabilitas. Di lain sisi, pesimisme juga menghantui sebagian masyarakat ketika riak ekonomi masih melekat pada kinerja makro dan mikroekonomi di Indonesia. Meski demikian, optimisme tampaknya merupakan mazhab yang sangat ampuh untuk menekan efek–efek yang ditimbulkan dari persepsi ataupun opiniopini yang tidak mengarah pada perbaikan. Opini kritis memang baik untuk memacu sebuah indikator kinerja ekonomi yang masih memiliki kekurangan. Namun, pesimisme yang terlalu dominan justru dapat merusak sebuah tatanan ekonomi yang dinilai masih stabil saat ini.

Pesimisme juga dipicu oleh kekhawatiran sebagian masyarakat terhadap acara pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada tahun depan.

Pengaruh pemilu

Eskalasi konflik kepentingan politik yang semakin memanas sepertinya juga menjadi alasan mengapa ekonomi 2014 masih belum memberikan hasil yang optimal. Meski demikian, pemilu bukanlah hantu yang menyeramkan bagi masyarakat. Indonesia sudah menjadi negara demokrasi yang telah membuka mata masyarakat bahwa pemilu merupakan bagian dari siklus kehidupan yang, mau tidak mau, memang harus kita lewati. Masyarakat menyadari bahwa pemilu memengaruhi kelangsungan hidup mereka secara tidak langsung, walaupun ada juga yang menilai bahwa pemilu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebutuhan hidup mereka sehari–hari. Oleh karena itu, optimisme ekonomi 2014 tampaknya masih menjadi mazhab yang dominan jika dibandingkan dengan mazhab pesimisme.

Kedua mazhab itu bukan merupakan sebuah alternatif pilihan yang diwajibkan bagi masyarakat untuk memilihnya. Itu hanya merupakan sebuah gambaran realitas yang bisa menjadi sebuah cermin bagi masyarakat untuk melihat diri mereka sendiri. Cermin itu memiliki dua sisi yang berada pada sisi yang berlawanan. Di sinilah masyarakat bisa mengetahui bahwa ekonomi itu bersifat relatif, yang tentunya juga memengaruhi pandangan masyarakat terhadap ekonomi Indonesia di 2014.

Relatif bukan berarti harus terjerembap karena memilih pandangan yang salah, tetapi relatif bisa diartikan sebagai sebuah pilihan yang mampu menganalisis dan mengimplementasikan secara cermat dan berdayaguna bagi kepentingan nasional. Optimisme perkembangan yang stabil dan baik pada ekonomi 2014 merupakan estimasi, harapan, dan usaha yang ingin dicapai oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat sebagai aktor utama yang secara langsung mengimplementasikan kebijakan yang sudah dibuat oleh pemerintah dapat melihat ekonomi 2014 sebagai peluang yang bagus untuk dieksplorasi.

Industri energi alternatif

Paket kebijakan ekonomi jilid II memberikan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Kemudahan ini dilakukan dengan menghapus pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Kemudahan tersebut dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk membangun industri alternatif yang potensial dan memiliki keunggulan.

Selama ini Indonesia belum memiliki produk yang unggul untuk tujuan ekspor, selain komoditas primer. Jika dilihat secara kronologis, Indonesia dulunya merupakan negara yang memiliki keunggulan dalam mengekspor energi, yang pada waktu itu minyak dan gas bumi merupakan komoditas primadona. Hal itu bisa menjadi tanda bahwa energi merupakan kebutuhan manusia yang tak akan pernah habis.

Apabila mampu melihat peluang tersebut, masyarakat bisa memetakan untuk membangun industri baru yang berorientasi pada produksi energi. Maka industri energi alternatif mungkin bisa menjadi komoditas unggulan yang diproduksi oleh industri­industri di Indonesia. Pembangunan industri energi alternatif tentunya harus sudah diperhitungkan secara matang termasuk studi kelayakan yang memberikan manfaat bagi si investor itu sendiri ataupun masyarakat pengguna komoditas yang telah diproduksi.

Pengembangan energi alternatif juga bisa memanfaatkan jenis–jenis flora yang ada di Indonesia. Hal tersebut tentunya juga mendorong produktivitas para petani di Indonesia untuk membudidayakan jenis–jenis flora yang bisa dimanfaatkan sebagai bioenergi bagi pertumbuhan penggunaan energi alternatif baik di Indonesia maupun di luar negeri. Mungkin pertumbuhan distribusi penggunaan energi alternatif di luar negeri merupakan wacana yang terlalu ambisius dan dini, tetapi setidaknya masyarakat bisa melihat potensi pasar yang ada di Indonesia. Pengembangan potensi pasar di Indonesia tentunya juga memerlukan kerja sama di antara semua pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung, terutama industri, otomotif, ataupun rumah tangga selaku pengguna energi sehari– hari.

Penggunaan energi alternatif dengan memanfaatkan sumber daya alam lainnya memang sudah dilakukan di Indonesia, tetapi implementasinya kurang mendapatkan dukungan. Apabila masyarakat mau mengimplementasikannya secara bertanggung jawab, optimisme stabilitas ekonomi di 2014 ataupun tahun–tahun selanjutnya akan bisa tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar