Kami punya tiga anak laki-laki,
yang dua tidak masalah, tapi yang satu sepertinya berbeda sendiri, tidak
terlihat spontan dan ceria seperti lainnya. Ia lebih suka main dengan
teman-teman di luar rumah, maunya sendiri, dan sulit diatur. Umurnya 15
tahun. Dia anak kedua, banyak yang bilang anak tengah memang begitu,
benarkah? Mohon arahannya, Bu. Terima kasih.
S di B
Mitos dan studi tentang anak tengah
Setiap keluarga dengan tiga anak
atau lebih memiliki setidaknya satu anak tengah. Mereka sering disebut
sebagai ”urutan kelahiran yang diabaikan” karena terjepit di antara anak
sulung dan anak bungsu. Satu studi dari City College of New York meminta
peserta untuk membuat daftar tiga kata-kata yang menggambarkan setiap
posisi urutan kelahiran dan kemudian menilai apakah kata-kata itu
berkonotasi positif atau negatif. Posisi anak sulung dipandang sebagai yang
paling disukai, dengan ciri-ciri yang lebih positif. Ternyata anak tengah
adalah satu-satunya urutan kelahiran yang tidak menunjukkan adanya sebutan
kata ”manja”.
Sebuah studi yang lebih baru
meneliti keyakinan orang tentang ciri-ciri yang mereka berikan pada urutan
kelahiran sehingga peneliti bisa mengkaji bagaimana keyakinan memengaruhi
cara orang bertindak. Hal ini penting karena jika kita percaya anak sulung
lebih keras kerjanya atau lebih cerdas dari lainnya bisa berdampak pada
keputusan karyawan mana yang akan kita promosikan di kantor. Artinya,
keyakinan kita tentang orang-orang memengaruhi bagaimana kita bersikap
terhadap mereka.
Penelitian lain yang dilakukan
terhadap para mahasiswa tingkat sarjana di Stanford University menghasilkan
jawaban bahwa anak sulung dipandang sebagai paling pintar, patuh, stabil,
dan bertanggung jawab. Anak bungsu dilihat paling emosional, terbuka,
kurang tanggung jawab, dan banyak bicara. Sementara anak tengah dipersepsi
sebagai paling mudah iri hati, paling kurang berani, dan kurang banyak
bicara.
Puluhan artikel di media massa
juga berfokus pada istilah ”sindrom anak tengah”. Menurut artikel online, surat
kabar, dan majalah, sindrom ini ditandai dengan adanya pengabaian,
permusuhan, kreativitas yang rendah, kurangnya fokus pada karier, dan
pandangan hidup yang kurang baik.
Gambaran keseluruhan anak tengah
adalah sangat negatif, seolah-olah mereka tidak dapat menemukan tempat
mereka di dunia, menjauh dari sorotan, hidupnya getir, prestasinya rendah,
dan penyendiri.
Buku The Secret Power of Middle Children, karangan Chatherine Salmon
dan Katrin Schumann (2011), membongkar mitos usang tentang anak tengah dan
menyajikan sketsa karakter baru yang menarik. Pada kenyataannya, ditemukan
oleh mereka bahwa anak tengah adalah agen perubahan dalam bisnis, politik,
dan keilmuan, melebihi anak sulung atau bungsu. Anak tengah merupakan
pemain tim yang sadar diri dengan keterampilan diplomatik yang luar biasa.
Karena mereka mudah bergaul dan fleksibel, mereka cenderung untuk
berhubungan secara baik dengan orang lain, di tempat kerja ataupun di
rumah. Mereka lebih termotivasi oleh keadilan daripada uang ketika membuat
pilihan hidup, dan memiliki rasa yang mendalam pada keluarga, teman, dan
loyalitas, mereka bisa menjadi pengambil risiko dan pelopor.
Uraian di atas menunjukkan bahwa
pengaruh faktor lingkungan acapkali menjadi lebih berperan terhadap
perkembangan anak dari urutan kelahiran tertentu. Padahal, setiap anak juga
membawa ciri-ciri atau potensi kebaikan dan keunikan tersendiri sejak ia
dilahirkan. Dengan demikian, penting mempertimbangkan cara pengasuhan pada
setiap anak. Chatherine Salmon dan Katrin Schumann (2011) memberikan banyak
gambaran positif mengenai anak tengah ini, termasuk bagaimana orangtua
sebaiknya memperlakukan mereka.
Tips menjadi orangtua dari anak
tengah
1. Perhatian bukanlah segalanya.
Perhatian orangtua tidak selalu cocok untuk tercapainya kesuksesan pada
anak. Kemandirian adalah suatu keterampilan yang kritis, dan ketergantungan
sebagai hasil dari perhatian orangtua dapat melemahkan anak. Jadi, ketika
anak tengah mengklaim bahwa mereka mendapatkan perhatian yang kurang dari
saudara lainnya, hal ini tidak selalu bersifat negatif.
2. Memiliki kehidupan sosial
adalah baik. Meskipun tekanan teman sebaya adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan pada anak tengah, keterampilan bersama teman sebaya dan
keberhasilan sosial juga merupakan sesuatu yang sangat penting.
3. Pandanglah dia lebih dekat.
Menghabiskan waktu hanya bersama dengan anak tengah Anda secara berkala
akan membantu Anda mendapatkan wawasan tentang bagaimana anak berperilaku.
4. Ajukan pertanyaan untuk
membuat anak tengah yang diam jadi berbicara. Yang sering terjadi adalah
anak tengah tidak menyimpan rahasia, mereka hanya lebih diam/tenang.
Luangkan waktu untuk menarik mereka keluar. Bicaralah dengan anak tengah
Anda tentang berbagai pengalaman dan perasaan menjadi seorang anak tengah.
5. Hadiahi anak tengah Anda.
Mereka mencari pengakuan atas upaya mereka, tetapi mereka merasa tidak
mendapatkan perhatian yang memadai dari orangtua mereka. Rayakan prestasi
mereka secara vokal atau terbuka.
6. Perhatikan tanda-tanda
bahaya. Anak tengah sering kali tidak berusaha untuk menarik perhatian
orangtua dengan cara yang dramatis atau mengkhawatirkan. Ketika mereka
melakukan hal ini, sadari bahwa itu adalah sesuatu yang perlu mendapat
perhatian.
7. Perlakukan mereka sebagai
pemimpin. Kalau pada berbagai peristiwa Anda lebih memperlakukan anak sulung
sebagai bos, coba berikan anak tengah Anda kesempatan untuk mengambil
kendali dan membuat keputusan mulai saat ini.
8. Pujian adalah kuncinya. Anak
tengah sering memberi banyak tekanan pada diri mereka sendiri dan
menampilkan dirinya dengan cara yang berbeda, misalnya melalui prestasi
yang berlebihan atau justru kurang berprestasi. Setelah mereka mengerti
bahwa kecenderungan untuk menjadi kritis terhadap diri sendiri tidak
produktif, barulah kemudian mengakui kualitas unik mereka. Berbagi hal-hal
positif dengan anak tengah Anda akan membuat mereka lebih berkembang.
Selamat berlatih. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar