Jumat, 19 April 2013

Twitter Pencitraan SBY


Twitter Pencitraan SBY
Janpatar Simamora  Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum 
Universitas Padjadjaran Bandung
  
KORAN SINDO, 19 April 2013

  
Budge (1996) pernah mengungkapkan bahwa kecanggihan informasi dan teknologi akan menghilangkan hambatan ukuran, waktu dan ruang dengan memungkinkan bentuk partisipasi interaktif secara langsung melalui jaringan dunia maya. 

Warga tidak membutuhkan ruang tatap muka dalam memutuskan langkah atau komunikasi dan interaksi dengan berbagai pihak, termasuk para penguasa. Barangkali argumen ini yang kemudian sedang dipahami Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sehingga mengambil langkah untuk melahirkan akun Twitter-nya. 

Namun demikian, langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meluncurkan akun Twitter pada Sabtu, (13/04) lalu memantik reaksi beragam dari sejumlah kalangan. Sebagian pihak memandang, keputusan yang diambil SBY bergabung dengan media sosial di dunia maya merupakan keputusan tepat dalam rangka membuka ruang yang lebih mudah, praktis, dan gampang diakses untuk saling berbagi dengan berbagai kalangan. 

Bahkan, SBY sendiri mengklaim bahwa upaya perintisan akun Twitter miliknya sebagai sarana untuk berbagi inspirasi dan melakukan komunikasi langsung dengan rakyat. Namun di sisi lain, tidak sedikit kalangan yang mengalamatkan sejumlah prediksi terkait motif lain yang mengendap di balik peluncuran akun Twitter bernama @SBYudhoyono itu. Ragam penafsiran itu pada akhirnya tidak menutup kemungkinan akan memperoleh ruang pembenar seiring dengan fakta dan situasi terkini yang sedang terjadi di tanah air. 

Tudingan demi tudingan pun mencuat ke permukaan, mulai dari motif politik dalam rangka mendongkrak citra sosok SBY dan Partai Demokrat yang belakangan sedang terseok-seok, ajang formalitas dengan mengatasnamakan pendekatan komunikasi dengan rakyat sampai dengan tudingan lebay. Sepintas, munculnya persepsi bahwa langkah peluncuran akun Twitter kepala negara itu akan berdampak positif sebagai sarana komunikasi sosial bagi presiden dengan rakyat serta berbagai kalangan, bisa jadi mendapat ruang pembenar yang cukup meyakinkan. 

Pasalnya, sejak diluncurkan, sudah ratusan ribu orang yang mengikuti akun Twitter yang satu ini. Bahkan pada saat akun Twitter SBY memasuki usia satu hari saja, follower akun SBY sudah mendekati angka 400.000 pengikut. Fakta ini termasuk fenomenal dalam sejarah perkembangan media sosial di dunia maya. 

Selama ini, lonjakan pengikut jaringan media sosial hanya akan mungkin terjadi terhadap media sosial sejumlah pihak yang termasuk dalam kategori tokoh kontroversial maupun public figur yang sebelumnya memiliki kedekatan emosional dengan rakyat. Selain itu, mereka-mereka yang memiliki track record mumpuni dan dianggap memiliki kepedulian dengan rakyat juga kerap menjadi bagian dari “serbuan” para follower di Twitter. Terakhir, faktor jabatan memang tidak dapat dipungkiri akan berkontribusi tersendiri dalam membesarkan akun seseorang dalam media sosial. 

Sarat Pencitraan 

Terlepas dari seberapa fenomenal peningkatan follower akun @SBYudhoyono saat ini, nampaknya teramat sulit bagi sosok SBY untuk menghindar dari berbagai tudingan terkait dengan motif lain dan bahkan sejumlah agenda terselubung yang mengendap dalam peluncuran akun Twitter pribadinya itu. Setidaknya, terdapat sejumlah argumen yang cukup mendasar untuk menuding bahwa kelahiran akun Twitter presiden itu sarat dengan upaya pencitraan, baik dalam rangka pencitraan diri maupun pencitraan Partai Demokrat yang saat ini sedang berada dalam kendalinya. 

Pertama, kelahiran akun Twitter dimaksud digulirkan pada saat popularitas SBY dan Partai Demokrat sedang merosot tajam. Berdasarkan hasil kajian sejumlah lembaga survei, ketenaran dan popularitas dan elektabilitas Partai Demokrat kian tergerus habis dan dikhawatirkan tidak akan mampu mempertahankan masa kejayaannya sebagaimana pernah mengemuka pada 2009 lalu. 

Kondisi ini patut dipahami mengingat banyaknya kader partai yang mengusung wacana anti korupsi ini terjerat dalam sejumlah kasus raksasa korupsi yang telah menelan ratusan miliar rupiah uang negara. Dalam situasi ini, dapat dibaca langkah dan arah politik SBY dengan perahu politiknya belakangan ini akan diarahkan guna mendongkrak popularitas dan elektabilitas partai. Apalagi, mengingat pelaksanaan pesta demokrasi nasional sudah di ambang pintu. 

Presiden nampaknya sedang berusaha memaksimalkan berbagai sarana yang ada demi membangun kembali tingkat kepercayaan publik terhadap sosok personal dan kiprah partainya. Kedua, becermin pada kicauan-kicauan yang mengemuka pada TwitterSBY yang secara keseluruhan ingin menegaskan bahwa presiden adalah sosok yang peduli dengan masalah-masalah yang menyedot perhatian masyarakat luas dengan mengomentari berbagai masalah terkini yang terjadi di tanah air. 

Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Presiden SBY sedang membangun pencitraan besar-besaran. Patut dicatat bahwa tugas utama seorang presiden bukanlah sebatas mengomentari dan memberikan perhatian serius terhadap masalah- masalah aktual bangsa sebagaimana yang digulirkan dalam Twitter SBY. Tugas itu sesungguhnya sudah dipegang oleh media massa. Media berperan menampilkan berbagai situasi dan kondisi terkini yang terjadi di tanah air. 

Media juga berperan menyuguhkan sederet informasi krusial yang patut mendapat perhatian serius bangsa ini. Hal yang patut digulirkan penguasa adalah bagaimana kemampuannya mengurai persoalan yang ditampilkan media itu agar tidak berhenti dalam ruang kebisuan tanpa proses penyelesaian secara riil. Hal ini yang harus dipahami presiden, jadi bukan sebatas menampilkan ungkapan klasik bernada keprihatinan. 

Patut Dipersoalkan 

Publik mungkin masih ingat bagaimana pada saat awal keterpilihannya sebagai orang nomor satu di negeri ini, SBY menampilkan layanan SMS dengan nomor pengaduan 9949. Belakangan diketahui, layanan SMS itu telah menembus angka 3,4 juga orang yang menyampaikan aspirasinya. Hal yang kemudian patut dipersoalkan adalah seberapa besar persentase pengaduan yang direspons dan ditindaklanjuti oleh SBY selama ini? Ataukah hanya sekadar ingin mengetahui seberapa banyak orang yang akan menyampaikan keluh kesahnya kepada kepala negara?. 

Nampaknya teramat sulit untuk mengungkapkan bahwa layanan SMS dengan nomor 9949 itu berfungsi efektif dalam menjawab beragam persoalan yang dialami publik. Kini, hal sama juga berpotensi terjadi seiring dengan kemunculan akun Twitter SBY. Tidak tertutup kemungkinan bahwa akun ini hanya akan jadi sebuah ruang bagi publik untuk berkeluh kesah tanpa dibarengi langkah konkret dalam menuntaskan ragam persoalan yang ada. 

Pasalnya, tidak ada yang dapat menjamin sekaligus mengetahui siapa sesungguhnya yang berperan besar di balik pengoperasian akun sosial itu. Logika publik akan angkat bicara terkait seberapa banyak waktu yang dapat dilakukan SBY dalam merespons berbagai kicauan publik yang dialamatkan kepadanya. 

Sebab, realita kekinian menunjukkan bahwa untuk menuntaskan ragam persoalan yang begitu “menyengat hidung” mayoritas rakyat bangsa ini saja, tidak jarang bahwa presiden tidak mampu berperan lebih jauh untuk menuntaskannya. Apalagi, kemudian hanya sekadar masalah person per person yang ditujukan lewat akun Twitter SBY, jangan salahkan publik bila kemudian akan menuding akun Twitter SBY sebagai ajang pencitraan semata dan demi memulihkan kepercayaan publik yang sudah sempat tergerus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar