Budge (1996) pernah mengungkapkan bahwa kecanggihan
informasi dan teknologi akan menghilangkan hambatan ukuran, waktu dan
ruang dengan memungkinkan bentuk partisipasi interaktif secara langsung
melalui jaringan dunia maya.
Warga tidak membutuhkan ruang tatap muka dalam memutuskan langkah atau komunikasi
dan interaksi dengan berbagai pihak, termasuk para penguasa. Barangkali
argumen ini yang kemudian sedang dipahami Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) sehingga mengambil langkah untuk melahirkan akun
Twitter-nya.
Namun demikian, langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang
meluncurkan akun Twitter pada Sabtu, (13/04) lalu memantik reaksi beragam
dari sejumlah kalangan. Sebagian pihak memandang, keputusan yang diambil
SBY bergabung dengan media sosial di dunia maya merupakan keputusan tepat
dalam rangka membuka ruang yang lebih mudah, praktis, dan gampang diakses
untuk saling berbagi dengan berbagai kalangan.
Bahkan, SBY sendiri mengklaim bahwa upaya perintisan akun Twitter miliknya
sebagai sarana untuk berbagi inspirasi dan melakukan komunikasi langsung
dengan rakyat. Namun di sisi lain, tidak sedikit kalangan yang
mengalamatkan sejumlah prediksi terkait motif lain yang mengendap di
balik peluncuran akun Twitter bernama @SBYudhoyono itu. Ragam penafsiran
itu pada akhirnya tidak menutup kemungkinan akan memperoleh ruang
pembenar seiring dengan fakta dan situasi terkini yang sedang terjadi di
tanah air.
Tudingan demi tudingan pun mencuat ke permukaan, mulai dari motif politik
dalam rangka mendongkrak citra sosok SBY dan Partai Demokrat yang
belakangan sedang terseok-seok, ajang formalitas dengan mengatasnamakan
pendekatan komunikasi dengan rakyat sampai dengan tudingan lebay. Sepintas, munculnya
persepsi bahwa langkah peluncuran akun Twitter kepala negara itu akan
berdampak positif sebagai sarana komunikasi sosial bagi presiden dengan
rakyat serta berbagai kalangan, bisa jadi mendapat ruang pembenar yang
cukup meyakinkan.
Pasalnya, sejak diluncurkan, sudah ratusan ribu orang yang mengikuti akun
Twitter yang satu ini. Bahkan pada saat akun Twitter SBY memasuki usia
satu hari saja, follower akun SBY sudah mendekati angka 400.000 pengikut.
Fakta ini termasuk fenomenal dalam sejarah perkembangan media sosial di
dunia maya.
Selama ini, lonjakan pengikut jaringan media sosial hanya akan mungkin
terjadi terhadap media sosial sejumlah pihak yang termasuk dalam kategori
tokoh kontroversial maupun public
figur yang sebelumnya memiliki kedekatan emosional dengan rakyat. Selain
itu, mereka-mereka yang memiliki track
record mumpuni dan dianggap memiliki kepedulian dengan rakyat juga
kerap menjadi bagian dari “serbuan” para follower di Twitter. Terakhir, faktor jabatan memang tidak
dapat dipungkiri akan berkontribusi tersendiri dalam membesarkan akun
seseorang dalam media sosial.
Sarat Pencitraan
Terlepas dari seberapa fenomenal peningkatan follower akun @SBYudhoyono saat ini, nampaknya teramat sulit
bagi sosok SBY untuk menghindar dari berbagai tudingan terkait dengan
motif lain dan bahkan sejumlah agenda terselubung yang mengendap dalam
peluncuran akun Twitter pribadinya itu. Setidaknya, terdapat sejumlah
argumen yang cukup mendasar untuk menuding bahwa kelahiran akun Twitter
presiden itu sarat dengan upaya pencitraan, baik dalam rangka pencitraan
diri maupun pencitraan Partai Demokrat yang saat ini sedang berada dalam
kendalinya.
Pertama, kelahiran akun Twitter dimaksud digulirkan pada saat popularitas
SBY dan Partai Demokrat sedang merosot tajam. Berdasarkan hasil kajian
sejumlah lembaga survei, ketenaran dan popularitas dan elektabilitas Partai
Demokrat kian tergerus habis dan dikhawatirkan tidak akan mampu
mempertahankan masa kejayaannya sebagaimana pernah mengemuka pada 2009
lalu.
Kondisi ini patut dipahami mengingat banyaknya kader partai yang
mengusung wacana anti korupsi ini terjerat dalam sejumlah kasus raksasa
korupsi yang telah menelan ratusan miliar rupiah uang negara. Dalam
situasi ini, dapat dibaca langkah dan arah politik SBY dengan perahu
politiknya belakangan ini akan diarahkan guna mendongkrak popularitas dan
elektabilitas partai. Apalagi, mengingat pelaksanaan pesta demokrasi
nasional sudah di ambang pintu.
Presiden nampaknya sedang berusaha memaksimalkan berbagai sarana yang ada
demi membangun kembali tingkat kepercayaan publik terhadap sosok personal
dan kiprah partainya. Kedua, becermin pada kicauan-kicauan yang mengemuka
pada TwitterSBY yang secara keseluruhan ingin menegaskan bahwa presiden
adalah sosok yang peduli dengan masalah-masalah yang menyedot perhatian
masyarakat luas dengan mengomentari berbagai masalah terkini yang terjadi
di tanah air.
Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Presiden SBY sedang membangun
pencitraan besar-besaran. Patut dicatat bahwa tugas utama seorang
presiden bukanlah sebatas mengomentari dan memberikan perhatian serius
terhadap masalah- masalah aktual bangsa sebagaimana yang digulirkan dalam
Twitter SBY. Tugas itu sesungguhnya sudah dipegang oleh media massa.
Media berperan menampilkan berbagai situasi dan kondisi terkini yang
terjadi di tanah air.
Media juga berperan menyuguhkan sederet informasi krusial yang patut
mendapat perhatian serius bangsa ini. Hal yang patut digulirkan penguasa
adalah bagaimana kemampuannya mengurai persoalan yang ditampilkan media
itu agar tidak berhenti dalam ruang kebisuan tanpa proses penyelesaian
secara riil. Hal ini yang harus dipahami presiden, jadi bukan sebatas
menampilkan ungkapan klasik bernada keprihatinan.
Patut Dipersoalkan
Publik mungkin masih ingat bagaimana pada saat awal keterpilihannya
sebagai orang nomor satu di negeri ini, SBY menampilkan layanan SMS
dengan nomor pengaduan 9949. Belakangan diketahui, layanan SMS itu telah
menembus angka 3,4 juga orang yang menyampaikan aspirasinya. Hal yang
kemudian patut dipersoalkan adalah seberapa besar persentase pengaduan
yang direspons dan ditindaklanjuti oleh SBY selama ini? Ataukah hanya
sekadar ingin mengetahui seberapa banyak orang yang akan menyampaikan
keluh kesahnya kepada kepala negara?.
Nampaknya teramat sulit untuk mengungkapkan bahwa layanan SMS dengan
nomor 9949 itu berfungsi efektif dalam menjawab beragam persoalan yang
dialami publik. Kini, hal sama juga berpotensi terjadi seiring dengan
kemunculan akun Twitter SBY. Tidak tertutup kemungkinan bahwa akun ini
hanya akan jadi sebuah ruang bagi publik untuk berkeluh kesah tanpa
dibarengi langkah konkret dalam menuntaskan ragam persoalan yang ada.
Pasalnya, tidak ada yang dapat menjamin sekaligus mengetahui siapa
sesungguhnya yang berperan besar di balik pengoperasian akun sosial itu.
Logika publik akan angkat bicara terkait seberapa banyak waktu yang dapat
dilakukan SBY dalam merespons berbagai kicauan publik yang dialamatkan
kepadanya.
Sebab, realita kekinian menunjukkan bahwa untuk menuntaskan ragam
persoalan yang begitu “menyengat
hidung” mayoritas rakyat bangsa ini saja, tidak jarang bahwa presiden
tidak mampu berperan lebih jauh untuk menuntaskannya. Apalagi, kemudian
hanya sekadar masalah person per
person yang ditujukan lewat akun Twitter SBY, jangan salahkan publik
bila kemudian akan menuding akun Twitter SBY sebagai ajang pencitraan semata
dan demi memulihkan kepercayaan publik yang sudah sempat tergerus. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar