|
JAWA POS, 30 April 2013
Sepanjang minggu lalu, saya terlibat dalam dua
kegiatan tentang inovasi. Satu, CFO Forum yang diselenggarakan Bank Mandiri
dengan keynote speaker Dahlan Iskan. Kedua, pameran keramik
yang diselenggarakan oleh Asaki (Asosiasi Keramik Indonesia) dengan tema creativity and innovation for better living.
Dahlan
Iskan mengatakan, kalau disodori dua orang calon direktur keuangan dan
dua-duanya adalah financial
expert, dia akan mencari
siapa yang memiliki lebih dari itu, financial
attitude. Dialah orang yang
mendorong inovasi yang tidak semata-mata melihat kinerja keuangan atau sekadar
pandai membaca laporan keuangan. Bagaimana pelaksanaannya?
Keramik Centro
Pelaksanaannya ada pada BUMN-BUMN yang sekarang menjalani proses
transformasi yang kuat. Harus diakui dewasa ini ada beberapa BUMN yang dipimpin
oleh orang-orang yang memiliki financial
attitude yang kuat, yang membuat beberapa BUMN berlari kencang. Sebegitu
kencangnya sehingga Dahlan berpesan: "Saya
mau BUMN makin kuat, tetapi swasta juga harus kuat melawan BUMN-BUMN ini. BUMN
harus dilawan oleh swasta yang kuat."
Swasta yang kuat?
Di pameran keramik Asaki minggu lalu itu saya menyaksikan
produsen-produsen keramik Indonesia bergeliat menyambut tumbuhnya kelas
menengah. Sekitar 40 produsen lokal merebutkan kue pasar Rp 25 triliun-30
triliun. Awal tahun ini saja (kuartal I), total penjualannya telah menembus Rp
7 triliun. Sementara backlog rumah murah masih ada 15,4 juta.
Di antara pelaku-pelaku usaha itu ada satu produsen yang mendapat
perhatian para arsitek dan pedagang-pedagang besar keramik. Namanya Centro. Both-nya terletak di
tengah-tengah, persis di dekat pintu masuk. Dan menarik perhatian saya, ketika
semua pelaku melarang tamu memotret karya-karya mereka, Centro Ceramic justru
memajang tulisan: Silahkan difoto.
Apa yang membuat produsen-produsen itu khawatir adalah pencurian desain.
Begitu sebuah desain difoto, dalam tempo sekejap, semua pemain sudah bisa
membuatnya. Bukan hanya produsen kita, melainkan juga produsen-produsen asing
yang berpura-pura datang untuk membeli dan meminta sample.
Lain halnya dengan Centro yang kini menjadi leader dalam inovasi. Desainnya unik.
Bentuk keramik ubin yang biasanya hanya kotak-kotak saja (segi empat), dia ubah
ke dalam bentuk-bentuk baru yang unik. Desain warnanya sangat menarik, bahkan
membuat saya membeli cukup banyak untuk di pasang di Rumah Perubahan. Centro
juga banyak diminati di luar negeri. Ekspornya menjelajahi kelas menengah
Tiongkok, India, Malaysia, dan Mauritius.
Sewaktu saya tanya mengapa ia membiarkan karya-karyanya difoto, Sharif
Said, wirausaha pendiri Centro, menjawab dengan penuh rasa bersahabat.
"Bukan cuma boleh difoto, diambil juga saya kasih. Di sini,
keramik-keramik ubin kami dibagi-bagikan karena sekalipun jatuh ke pesaing,
mereka tidak sanggup membuatnya. Rahasianya ada research & development, saya menekuninya selama 4 tahun,
dan mesin-mesin baru tak bisa membuatnya." Diperlukan kerja keras untuk
menemukan rahasianya. Keramik bukan cuma harus bagus, tetapi juga kuat dan
tidak cacat.
Centro penuh percaya diri. Desain-desainnya bagus dan mereka sudah siap
dengan desain untuk empat tahun ke depan. "Setiap kami membuat yang baru
selalu ditiru. Sudah beberapa produsen kami tuntut. Sebagian minta maaf dan
minta agar namanya tidak disebarluaskan. Mereka memilih membayar ganti rugi
karena takut nama baiknya tercemar."
Memang Centro bukan pemain baru. Ia sudah ada semenjak 1980-an. Tetapi, nama merek Centro baru digunakan tiga tahun terakhir. Merekalah yang menciptakan pasar keramik di Jalan Percetakan Negara, Jakarta. Seperti yang Anda ketahui, pusat perdagangan keramik di ibu kota dikenal dengan istilah 3 P: Pinangsia, Percetakan Negara, Jalan Panglima Polim. Di situlah tempat para arsitek kondang, interior desainer, dan pemborong-pemborong bangunan menghabiskan waktu untuk mendapatkan inspirasi sekaligus membeli keramik-keramik, baik untuk lantai, dinding, dapur, patung, maupun kamar mandi.
Saya mengerti Anda masih penasaran bagaimana inovasi bisa dilakukan dalam
sebuah bingkai kewirausahaan. Saya berencana menulis lebih detail kaitan
keduanya, dengan case study Centro Ceramic minggu depan.
Centro yang kaya inovasi kini menjadi pemain unggulan, bahkan mulai menggeser
merek-merek terkenal yang namanya Anda ingat, seperti Roman, Mulia, dan
Picasso. Centro juga menjadi andalan Presiden SBY yang akhir 2011 memborong
untuk rumahnya di Cikeas.
Presiden bahkan mampir di pabrik yang penuh dengan keajaiban itu. Minggu
depan saya lanjutkan yah! ●
Keramik Centro
Memang Centro bukan pemain baru. Ia sudah ada semenjak 1980-an. Tetapi, nama merek Centro baru digunakan tiga tahun terakhir. Merekalah yang menciptakan pasar keramik di Jalan Percetakan Negara, Jakarta. Seperti yang Anda ketahui, pusat perdagangan keramik di ibu kota dikenal dengan istilah 3 P: Pinangsia, Percetakan Negara, Jalan Panglima Polim. Di situlah tempat para arsitek kondang, interior desainer, dan pemborong-pemborong bangunan menghabiskan waktu untuk mendapatkan inspirasi sekaligus membeli keramik-keramik, baik untuk lantai, dinding, dapur, patung, maupun kamar mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar