Lagi-lagi,
kita memang harus banyak belajar dari negara tetangga kita. Entah apa
yang dilakukan para pejabat negara kita yang sering pulang-pergi
melakukan perjalanan dinas dan studi banding ke luar negeri.
Rasanya tidak
pernah ada pelajaran yang mereka bawa dan terapkan setelah kembali.
Ujung-ujungnya tetap sama, anggaran habis terserap, tetapi hasilnya nol
besar dan kita masih berada di tempat yang sama. Coba kita lihat Korea
Selatan. Saat ini mereka telah tumbuh dan berkembang menjadi negara
industri yang sukses di kawasan Asia dan dunia.
Produk mereka
telah menyaingi dan bahkan menggeser dominasi produk-produk sebelumnya.
Mereka telah unggul di bidang automotif, elektronik, dan perkapalan. Jika
diperhatikan, mereka bisa maju dengan memulai segalanya dari negeri
mereka sendiri. Para pemimpin Korea berhasil membuat produk- produk
mereka menjadi tuan rumah di negerinya sendiri sebelum mereka menembus
pasar internasional.
Lihat saja,
produk automotif Korea sekarang sudah hilir mudik di mana-mana. Bentuk
dan modelnya pun tidak kalah menarik dibandingkan dengan mobil-mobil
Jepang bahkan Eropa. Belum lagi produk elektronik mereka yang benar-benar
telah menggusur produk elektronik yang selama ini didominasi Jepang.
Di industri
perkapalan, Korea saat ini telah menjadi salah satu negara industri
perkapalan yang disegani di dunia. Padahal jika dirunut ke belakang,
Indonesia telah memulai hal ini sejak lama, sebut saja Lembaga
Elektronika Nasional (LEN), Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), PAL
Indonesia (Perkapalan), Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional
(LAPAN), proyek mobil nasional TIMOR, dan yang sangat fenomenal,
Dirgantara Indonesia (Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN).
Belum lagi
industri senjata PINDAD, kereta api INKA, dan sebagainya. Memang semua
lembaga atau perusahaan itu masih ada hingga kini, tetapi sepertinya
semua berjalan di tempat. Ibarat tanaman, mereka ditanam, tetapi tidak
dipelihara dengan baik sehingga tidak dapat tumbuh dan berkembang. Kita
kehilangan pemimpin visioner yang mampu mengembangkan dan membangkitkan
industri-industri strategis tersebut di atas kaki sendiri.
Saat ini
tampaknya kita sudah cukup puas jika Dirgantara Indonesia misalnya dapat
hidup dari industri pesawat terbang asing sebagai subkontraktor, bahkan sudah
ada rencana industri pesawat terbang asing akan masuk ke Indonesia dan
mengambil kendali Dirgantara Indonesia. Jika ini terjadi, kembali
Indonesia hanya bisa hidup di bawah ketiak bangsa lain di dunia. Industri
kita belum bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Indonesia
sesungguhnya memiliki semua potensi untuk maju, sebut saja sumber daya
manusia, sumber daya alam, dan penguasaan teknologi, kita miliki
semuanya. Dengan kekayaan sumber daya alam serta lokasinya yang
strategis, Indonesia juga memiliki posisi tawar yang tinggi di antara
negaranegara lain dunia.
Ini
seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Kita hanya
membutuhkan pemimpin visioner yang mampu menggerakkan semua potensi yang
dimiliki menjadi kekuatan untuk meraih prestasi dengan produk-produk,
metode, dan kreativitas yang dihasilkan.
Rejuvenasi
Dalam kamus
bahasa Inggris, rejuvenation berarti peremajaan atau pembaharuan. Dalam
bahasa pemasaran, rejuvenasi adalah suatu proses untuk melahirkan kembali
suatu produk dengan melakukan perubahan yang sangat nyata sehingga dapat
mengubah persepsi, citra, maupun penilaian yang jauh lebih positif.
Hanya ada dua
alasan suatu produk melakukan rejuvenasi, pertama karena pemasaran produk
sudah mengalami kejenuhan, kedua karena produk tersebut sudah memiliki
citra yang sangat negatif. Dalam skala yang lebih luas, rejuvenasi bisa
diartikan sebagai upaya untuk melakukan perubahan keadaan, budaya, dan
perilaku di suatu organisasi atau komunitas tertentu menjadi jauh lebih baik
dari sebelumnya.
Jika melihat
kondisi di Indonesia saat ini, tampaknya sangat sulit untuk mendapatkan
sisi positif yang masih melekat di negeri ini. Dari aspek mana pun kita
menilai, selalu saja poin negatif yang kita dapatkan. Sebut saja aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, keagamaan, hukum, keamanan,
dan sebagainya. Indonesia tampaknya sudah harus dilahirkan kembali,
Indonesia sudah harus melakukan rejuvenasi secara total.
Pemimpin Transformasional
Tidak dapat
dimungkiri bahwa rejuvenasi atau perubahan perlu seorang pemimpin.
Pemimpin yang dapat membawa perubahan adalah pemimpin transformasional.
Pemimpin ini memiliki visi yang kuat dan mampu menggerakkan seluruh
pengikutnya untuk bergerak bersama menuju visi yang menjadi targetnya.
Seorang
pemimpin transformasional tidak hanya mampu mengubah organisasi, tetapi
juga mampu mengubah para pengikutnya menjadi sejalan dengan jalan
pikirannya. Esensi dari seorang pemimpin transformasional adalah
membangun dan mentransformasi pemikiran setiap orang sehingga organisasi
atau suatu bangsa dalam skala yang lebih luas secara otomatis akan ikut
berubah.
Persoalannya,
mencari pemimpin transformasional memang bukan perkara mudah walaupun
bukan hal yang mustahil juga untuk mendapatkannya. Kita tentu tahu sudah
banyak tokoh pemimpin transformasional yang lahir di Indonesia. Sebut
saja, Gadjah Mada, RA Kartini, Soekarno, dan Soeharto adalah beberapa
contoh pemimpin transformasional.
Dalam skala
yang lebih kecil, tokoh seperti Emirsyah Satar di BUMN Garuda Indonesia,
Dahlan Iskan di PLN, Jokowi di pemerintahan daerah adalah pemimpin
transformasional. Kita masih percaya bahwa tokoh-tokoh pemimpin
transformasional ini akan dilahirkan oleh zamannya dengan perubahan
sebagai bidannya.
Saat ini
Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang mampu mencetak pemimpin di
segala lini. Mencetak manusia baru Indonesia yang berubah dari mental
kuli menjadi mental pemimpin, dari mental korup dan suka berbohong
menjadi mental jujur dan amanah, dari mental konsumtif menjadi mental
produktif, dari mental rutin menjadi mental kreatif dan inovatif, dari
mental reaktif menjadi mental proaktif, dan sebagainya.
Pemimpin
dengan tipe inilah yang akan mampu membawa Indonesia menuju kejayaan,
mampu mengangkat dan memberdayakan segala sumber daya yang ada baik alam,
manusia, dan kemampuannya untuk kepentingan dan kejayaan bangsa. Pemimpin
inilah yang dengan visinya akan membangkitkan kembali industri-industri
strategis Indonesia yang saat ini masih mati suri untuk kembali ke masa
kejayaannya.
Dirgantara
Indonesia, PAL, INKA, PINDAD, INTI, LEN, dan lain-lain akan kembali
menjadi punggawa teknologi yang disegani di industrinya. Semua hanya
dapat terjadi dengan melakukan rejuvenasi Indonesia dan lahirnya seorang
pemimpin transformasional yang akan menjadi pemimpin masa depan pada Era
Transformasi Indonesia. Kita semua menunggu dengan harap-harap cemas.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar