Jumat, 05 April 2013

Shalihat, Shalat dan Taat


Shalihat, Shalat dan Taat
Anton Prasetyo ;   Koordinator Forum Kajian Islam Kebangsaan,
Pengajar Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta
SUARA KARYA, 05 April 2013

  
Di balik kesuksesan Nabi Muhammad, ada Siti Khodijah. Bill Clinton sangat besar pengaruhnya di Amerika Serikat (AS) karena ada Hillary Clinton. Kejayaan Presiden Soeharto tak lepas dari jasa-jasa Siti Hartinah (Ibu Tien). Chelsea menjadi juara Liga Champions juga berkat dokter Eva Carnerio. Begitu seterusnya. Singkatnya, di balik kesuksesan seorang laki-laki terdapat peran serta kaum perempuan.

Kendati demikian, Nabi Adam keluar dari surga juga karena Siti Hawa. Mark Anthony lupa mengurus Republik Romawi hingga dibunuh karena sibuk memuja Cleopatra. Bill Clinton 'hancur' karena skandal dengan Monica Lewensky. Ken Arok tumbang karena Ken Dedes. Dan, masih banyak contoh lain, betapa perempuan merupakan sumber penghancur laki-laki.

Seperti itulah keunikan perempuan. Di balik kelembutan fisik dan perangainya, seorang perempuan memiliki power yang sangat besar. Dalam pada itu, terdapat pepatah, "Sebodoh-bodohnya wanita dapat menundukkan sepandai-pandainya pria." Sepintas kata-kata ini mengusik benak kita, namun setelah dipikir secara seksama, kita akan mengiyakan. Bagaimanapun pesona dan kecantikan perempuan lebih mudah menjatuhkan keimanan seorang laki-laki.

Berakar dari sinilah keberadaan seorang perempuan meski bisa menjaga diri. Sebagaimana dalam hadits Nabi yang telah tersebut di atas, setidaknya ada dua poin pokok seorang wanita sehingga bisa menjadi sebaik-baik perhiasan dunia.

Pertama, shalat sebagai representasi ketakwaan kepada Allah sebagai Tuhannya. Kedua, ketaatan kepada suami sebagai bentuk kesalihan terhadap sesama.

Dalam praktik menjalankan kesalihan kepada Tuhan, Al-Qur'an dan hadits dilengkapi dengan ijma' dan qiyas telah jelas menetapkan perkara yang baik dan buruk. Dengan menjalankan segala perintah Allah, termasuk melakukan hal-hal yang disunahkannya adalah sebagai representasi dari ketakwaan kepada Allah. Ada banyak hal yang diperintahkan Allah melalui agama Islam yang mulia. Di antara perintah yang ada adalah rukun Islam yang lima (membaca dua kalimah syahadad, shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu dalam perjalanannya).

Di samping itu juga meninggalkan segala yang dilarangnya. Dalam pada itu, banyak hal yang meski ditinggalkan oleh seorang perempuan. Beberapa dosa yang dilakukan perempuan adalah, zina, ghibah (menggunjing), membunuh dan lain sebagainya.

Terkait dengan perintah dan larangan sebagai bentuk ta'abud kepada Allah tentunya sangat jelas dan mudah untuk dinilai. Namun begitu, terkait dengan kehidupan bersama, sebagai hamba Allah, seorang perempuan memiliki tanggung jawab yang juga besar. Terlebih, perempuan dilahirkan di dunia memiliki fungsi yang sangat kompleks. Selain sebagai istri dari suami, seorang perempuan juga memiliki tanggung jawab sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Dalam wilayah kemasyarakatan, seorang perempuan juga menjadi anggota masyarakat yang sah. Nah, di sinilah keberadaan perempuan penuh dengan ujian-ujian.

Erat kaitannya dengan hadits di atas, bahwa perempuan meski taat kepada suami, Rasulullah juga pernah berpesan kepada putri tercintanya, Fathimah Az-Zahra. Suatu ketika Rasulullah berwasiat kepadanya tentang 10 hal, di antaranya (1) keutamaan yang paling utama adalah keridlaan suami, (2) saat perempuan 'melayani' suami selama sehari-semalam dengan rasa senang serta ikhlas, Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah, (3) saat perempuan tersenyum di hadapan suami, Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih. (4) Ketika perempuan membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, (5) Perempuan yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, Allah membebaskan baginya dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.

(6) Allah akan melebur kejelekan kepada perempuan yang membuat tepung (makanan) untuk suami dan anak-anaknya, (7) menjauhkan tujuh tabir pemisah karena berkeringat ketika menumbuk tepung.
(8) Saat perempuan menyisir rambut anaknya, maka dicatat seperti memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang, (9) saat perempuan menahan kebutuhan tetangganya, Allah menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat, (10) saat perempuan mengandung dan melahirkan, maka Allah memberikan pahala yang luar biasa besarnya.

Sepuluh pesan Nabi ini jika diejawantahkan bukan sekedar menyayangi suami dan anak-anaknya. Apa saja yang diwasiatkan Nabi memiliki dampak positif yang luar biasa. Dengan adanya kerdidlaan suami, maka suami akan menjadi sosok yang tangguh dan bisa menjadi orang yang bisa mendakwahkan ajaran agama dengan baik. Tata kelola kenegaraan juga dapat dijalankan dengan baik.

Dengan memberikan pendidikan kepada putra-putrinya, sama halnya seorang perempuan berusaha mencetak para generasi muda yang siap melanjutkan perjuangan generasi tuanya. Perjuangan membela negara, agama, suku, dan lain sebagainya masih harus terus ditegakkan. Tanpa adanya didikan sejak dini, tentu tidak mungkin akan mendapatkan hasil yang maksimal. Terlebih periode anak adalah periode emas (golden age).

Berangkat dari sinilah keberadaan perempuan bukan sekedar dituntut shalihah di hadapan Tuhan, melainkan juga terhadap sesama, terutama dalam pembentukan keluarga yang "baiti jannati". Wallahu a'lam. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar