Dalam sebuah riwayat
dikisahkan bahwa Muhammad sempat kebingungan dengan kata iqra (bacalah).
Beliau heran, mendengar perintah untuk membaca, tak ada apa-apa yang
dibaca, lantas apa yang mau dibaca, lagi pula, Muhammad adalah seorang
ummi (tak bisa membaca). Kalimat iqra terus mendengung di telinga Muhammad.
Hingga akhirnya, ia memperoleh wahyu yang pertama, sekaligus sebagai
pertanda bahwa Muhammad adalah seorang utusan Allah.
Disadari atau tidak,
kedatangan Nabi Muhammad SAW ke gua Hira untuk merenung (kontemplasi),
adalah efek dari 'membaca'. Sebelumnya, Nabi Muhammad melihat masyarakat
jahiliyah yang sangat jauh dari peradaban manusia. Bahkan, perilaku
mereka lebih rendah dari binatang, terutama perilaku tersebut ditimpakan
pada kaum perempuan.
Keadaan perempuan sebelum
datangnya Islam sangat memilukan. Perempuan di masa jahiliyah dipaksa
untuk selalu taat kepada kepala suku atau suaminya. Mereka dipandang
seperti binatang ternak yang bisa dikontrol, dijual atau bahkan
diwariskan. Selain itu, Arab jahiliyah terkenal dengan tradisi mengubur
bayi wanita hidup-hidup dengan alasan sepele, yakni dikhawatirkan kelak
mereka hanya akan merepotkan keluarga dan mudah ditangkap musuh yang pada
akhirnya harus ditebus. Bahkan, bila seorang suami meninggal, maka anak
laki-laki tertuanya berhak untuk menikahi ibunya. Juga, seorang suami
tega hati untuk menukar isterinya. Realitas seperti itulah yang telah
berhasil 'dibaca' Nabi Muhammad Saw.
Hasil Penemuan
Hingga saat ini, 'membaca'
merupakan awal mulanya suatu ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
keberhasilan manusia lainnya. Mengutip dalam buku Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) karya Ary Ginanjar Agustian (2001), dikisahkan seorang
Raja Silsilia mempunyai mahkota yang terbuat dari emas murni. Raja
tersebut bingung, ia ingin mengetahui berapa volume dari mahkotanya
tersebut. Mahkota itu berbentuk lingkaran dengan penuh ukiran-ukiran,
mustahil untuk mengetahui volumenya.
Kemudian, raja tersebut
meminta pada seorang ilmuwan untuk mengukur besar volume mahkotanya.
Mahkota tersebut sarat dengan ukiran, sang ilmuwan tersebut dibuatnya
bingung dan tak berdaya, bahkan hampir saja ia putus asa karenanya.
Segala upaya telah ia lakukan, tapi masih saja ilmuwan tadi tak menemukan
jawaban yang memuaskan. Tambah lagi, hal tersebut merupakan perintah dari
seorang raja yang sangat dihormati dan berkuasa kala itu.
Meski diambang putus asa,
dalam benak ilmuwan tersebut masih tersimpan kuat, bagaimana cara
mengetahui volumenya. Hingga, di kamar mandi, sang ilmuwan masih
terbayang-bayangi oleh tugas berat yang diberikan oleh Raja Silsilia
tersebut. Tiba-tiba pada saat ia bergerak, air dalam bath tub-nya tumpah.
Segera ia keluar dari dalam bath tub untuk mengambil air lagi dan
diisikan pada tempat mandi tersebut hinga penuh kembali. Kemudian, ia
mencoba untuk mencelupkan kakinya pada bath tub, ternyata airnya kembali
tumpah.
Diperhatikannya tumpahan air
tersebut dengan seksama. Tetapi, ilmuwan tersebut masih belum puas dengan
apa yang ia lihat. Hingga, seluruh badannya direndamkan kembali pada bath
tub. Ia melihat bahwa air yang tumpah semakin banyak. Aha! Dia menemukan
jawabannya. dengan reflek ilmuwan tersebut berteriak-teriak sambil
berlari keluar kamar mandi sampai ke jalan raya, seraya berteriak,
"Eureka! (Saya dapat!), Eureka! (Saya dapat!)." Saking
senangnya, ia lupa bahwa ia keluar hingga ke jalan raya, belum mengenakan
sehelai kain pun.
Segera setelah ia menyadari
bahwa dirinya telanjang bulat, ia masuk ke dalam rumahnya untuk
berpakaian rapi. Selanjutnya, dengan wajah yang girang, ia mendatangi
sang raja untuk melaporkan bahwa ia dapat menemukan jawaban atas tugas
yang ia emban. Di hadapan sang raja, dia memasukan mahkota itu ke dalam
sebuah bejana yang telah terisi air penuh. Lalu, tumpahan air tersebut ia
masukan dalam gelas pengukur. Dan, terjawablah berapa volume dari mahkota
yang dihiasi dengan ukiran tersebut.
Sang ilmuwan tersebut
bernama Archimedes, yang kemudian penemuannya diabadikan sesuai dengan
namanya, yakni hukum Archimedes. Seorang tokoh terkenal dalam ilmu alam
yang telah menjadi inspirasi bagi jutaan manusia di dunia. Hingga saat
ini, hasil penemuannya dipelajari sebagai disiplin ilmu yang sangat
bermanfaat. Selain itu, ada kisah menarik juga dari seorang ilmuwan
Inggris. Kisah itu terjadi ketika ia sedang belajar di bawah sebuah
pohon. Ia melihat bahwa buah pohon yang sedang dibuatnya berteduh selalu
jatuh ke bawah. Bahkan, ada yang menceritakan buah tersebut sempat jatuh
menimpa kepalanya hingga membuatnya jengkel. Ia kemudian bertanya-tanya,
perihal kenapa buah itu selalu jatuh ke bawah. Akhirnya, ia dapat 'membaca'
bahwa itu adalah sebuah hukum alam. Semua benda akan jatuh ke bawah
karena gaya tarik bumi (gravitasi). Sang Ilmuan itu adalah Isaac Newton.
Sejatinya, alam semesta
diciptakan dengan kadar hukum yang dapat dibaca oleh manusia. Kejadian
berulang-ulang dari peristiwa alam memberikan penjelasan yang gamblang
bahwa dibalik semua peristiwa pasti ada hikmahnya.
Pun demikian, jika membaca
kejadian alam, berupa banjir yang terjadi setiap musim hujan,
sesungguhnya merupakan peristiwa alam yang dapat terbaca. Tetapi, manusia
masih tak peduli dengan lingkungan! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar