Jumat, 05 April 2013

Membaca Alam Semesta


Membaca Alam Semesta
Setyo Pamuji ;   Pustakawan pada Pesantren Mahasiswa (PesMa)
IAIN Sunan Ampel, Surabaya
SUARA KARYA, 05 April 2013

  
Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Muhammad sempat kebingungan dengan kata iqra (bacalah). Beliau heran, mendengar perintah untuk membaca, tak ada apa-apa yang dibaca, lantas apa yang mau dibaca, lagi pula, Muhammad adalah seorang ummi (tak bisa membaca). Kalimat iqra terus mendengung di telinga Muhammad. Hingga akhirnya, ia memperoleh wahyu yang pertama, sekaligus sebagai pertanda bahwa Muhammad adalah seorang utusan Allah.

Disadari atau tidak, kedatangan Nabi Muhammad SAW ke gua Hira untuk merenung (kontemplasi), adalah efek dari 'membaca'. Sebelumnya, Nabi Muhammad melihat masyarakat jahiliyah yang sangat jauh dari peradaban manusia. Bahkan, perilaku mereka lebih rendah dari binatang, terutama perilaku tersebut ditimpakan pada kaum perempuan.

Keadaan perempuan sebelum datangnya Islam sangat memilukan. Perempuan di masa jahiliyah dipaksa untuk selalu taat kepada kepala suku atau suaminya. Mereka dipandang seperti binatang ternak yang bisa dikontrol, dijual atau bahkan diwariskan. Selain itu, Arab jahiliyah terkenal dengan tradisi mengubur bayi wanita hidup-hidup dengan alasan sepele, yakni dikhawatirkan kelak mereka hanya akan merepotkan keluarga dan mudah ditangkap musuh yang pada akhirnya harus ditebus. Bahkan, bila seorang suami meninggal, maka anak laki-laki tertuanya berhak untuk menikahi ibunya. Juga, seorang suami tega hati untuk menukar isterinya. Realitas seperti itulah yang telah berhasil 'dibaca' Nabi Muhammad Saw.

Hasil Penemuan

Hingga saat ini, 'membaca' merupakan awal mulanya suatu ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan keberhasilan manusia lainnya. Mengutip dalam buku Emotional Spiritual Quotient (ESQ) karya Ary Ginanjar Agustian (2001), dikisahkan seorang Raja Silsilia mempunyai mahkota yang terbuat dari emas murni. Raja tersebut bingung, ia ingin mengetahui berapa volume dari mahkotanya tersebut. Mahkota itu berbentuk lingkaran dengan penuh ukiran-ukiran, mustahil untuk mengetahui volumenya.
Kemudian, raja tersebut meminta pada seorang ilmuwan untuk mengukur besar volume mahkotanya. Mahkota tersebut sarat dengan ukiran, sang ilmuwan tersebut dibuatnya bingung dan tak berdaya, bahkan hampir saja ia putus asa karenanya. Segala upaya telah ia lakukan, tapi masih saja ilmuwan tadi tak menemukan jawaban yang memuaskan. Tambah lagi, hal tersebut merupakan perintah dari seorang raja yang sangat dihormati dan berkuasa kala itu.

Meski diambang putus asa, dalam benak ilmuwan tersebut masih tersimpan kuat, bagaimana cara mengetahui volumenya. Hingga, di kamar mandi, sang ilmuwan masih terbayang-bayangi oleh tugas berat yang diberikan oleh Raja Silsilia tersebut. Tiba-tiba pada saat ia bergerak, air dalam bath tub-nya tumpah. Segera ia keluar dari dalam bath tub untuk mengambil air lagi dan diisikan pada tempat mandi tersebut hinga penuh kembali. Kemudian, ia mencoba untuk mencelupkan kakinya pada bath tub, ternyata airnya kembali tumpah.

Diperhatikannya tumpahan air tersebut dengan seksama. Tetapi, ilmuwan tersebut masih belum puas dengan apa yang ia lihat. Hingga, seluruh badannya direndamkan kembali pada bath tub. Ia melihat bahwa air yang tumpah semakin banyak. Aha! Dia menemukan jawabannya. dengan reflek ilmuwan tersebut berteriak-teriak sambil berlari keluar kamar mandi sampai ke jalan raya, seraya berteriak, "Eureka! (Saya dapat!), Eureka! (Saya dapat!)." Saking senangnya, ia lupa bahwa ia keluar hingga ke jalan raya, belum mengenakan sehelai kain pun.

Segera setelah ia menyadari bahwa dirinya telanjang bulat, ia masuk ke dalam rumahnya untuk berpakaian rapi. Selanjutnya, dengan wajah yang girang, ia mendatangi sang raja untuk melaporkan bahwa ia dapat menemukan jawaban atas tugas yang ia emban. Di hadapan sang raja, dia memasukan mahkota itu ke dalam sebuah bejana yang telah terisi air penuh. Lalu, tumpahan air tersebut ia masukan dalam gelas pengukur. Dan, terjawablah berapa volume dari mahkota yang dihiasi dengan ukiran tersebut.

Sang ilmuwan tersebut bernama Archimedes, yang kemudian penemuannya diabadikan sesuai dengan namanya, yakni hukum Archimedes. Seorang tokoh terkenal dalam ilmu alam yang telah menjadi inspirasi bagi jutaan manusia di dunia. Hingga saat ini, hasil penemuannya dipelajari sebagai disiplin ilmu yang sangat bermanfaat. Selain itu, ada kisah menarik juga dari seorang ilmuwan Inggris. Kisah itu terjadi ketika ia sedang belajar di bawah sebuah pohon. Ia melihat bahwa buah pohon yang sedang dibuatnya berteduh selalu jatuh ke bawah. Bahkan, ada yang menceritakan buah tersebut sempat jatuh menimpa kepalanya hingga membuatnya jengkel. Ia kemudian bertanya-tanya, perihal kenapa buah itu selalu jatuh ke bawah. Akhirnya, ia dapat 'membaca' bahwa itu adalah sebuah hukum alam. Semua benda akan jatuh ke bawah karena gaya tarik bumi (gravitasi). Sang Ilmuan itu adalah Isaac Newton.

Sejatinya, alam semesta diciptakan dengan kadar hukum yang dapat dibaca oleh manusia. Kejadian berulang-ulang dari peristiwa alam memberikan penjelasan yang gamblang bahwa dibalik semua peristiwa pasti ada hikmahnya.

Pun demikian, jika membaca kejadian alam, berupa banjir yang terjadi setiap musim hujan, sesungguhnya merupakan peristiwa alam yang dapat terbaca. Tetapi, manusia masih tak peduli dengan lingkungan! ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar