Kegaduhan dunia politik semakin mejadi-jadi. Berbagai
manuver dimainkan oleh petinggi partai politik (Parpol). Tidak sedikit
dari mereka yang saling tuding. Merasa parpolnya paling baik, dan yang
lain buruk. Hal seperti ini wajar, mengingat tahun 2013 ini disebut-sebut
tahun politik, karena 2014 besok akan dilangsungkan Pilpres. Tetapi
kegaduhan yang ada harus tetap memperhatikan koridor demokrasi. Jangan
sampai dengan alasan kebebasan, beragam tindakan buruk dilakukan untuk
menjatuhkan lawan politiknya. Bermain-main dengan politik itu wajar,
tetapi etika tetap harus menjadi ruh persaingan politik. Agar kegaduhan
yang ada tidak menimbulkan masalah di dalam masyarakat.
Belakangan ini banyak petinggi parpol yang mengabaikan tugasnya di
pemerintahan demi mengurus parpolnya. Seolah tugas negara yang berkaitan
dengan rakyat lebih penting dari persoalan parpol yang sebenarnya hanya
untuk kepentingan segelintir orang. Bahkan tidak tanggung-tanggung,
mereka ada yang mengundurkan diri dari kursi jabatannya di parlemen demi
fokus mengurusi partainya yang sedang bermasalah. Mereka telah
mengkhianati tim sukses dan pemilih yang dulu bekerja keras menyukseskan
dirinya dalam Pemilu. Sementara sekarang, karena alasan partai sedang
bermasalah, jabatan penting di parlemen yang menentukan kesejahteraan
rakyat mereka tinggalkan.
Kepergian petinggi parpol dari jabatan penting di parlemen tentu untuk
memenangkan Pemilu 2014 besok. Mereka ingin fokus bekerja pada suksesi
Pemilu ataupun Pilpres, sehingga nanti memperoleh jabatan yang lebih
tinggi. Dalam dunia politik hal ini dianggap wajar. Karena tahun 2013 ini
sangat menentukan kesuksesan parpol. Keberhasilan meraup simpati rakyat
pada tahun ini menjadi cahaya benderang bagi kemenangan di Pemilu 2014.
Namun yang sangat disayangkan banyak tindakan kurang wajar yang dilakukan
oleh mereka. Mulai saling menjelekkan antarparpol, saling tuduh korupsi,
dan bahkan meninggalkan tugas di pemerintahan demi kesuskesan parpol pada
Pemilu 2014. Tindakan seperti ini semakin memperjelas bahwa tujuan parpol
sebenarnya bukan untuk menyejahterakan rakyat, tetapi hanya untuk meraih
kekuasaan.
Kekuasaan memang menjadi orientasi utama para petinggi partpol, sehingga
tindakan yang mereka lakukan bukan lagi upaya penyejahteraan rakyat.
Rakyat selalu menjadi korban kepentingan politik mereka. Rakyat hanya
disuguhi janji-janji saat Pemilu. Tetapi setelah terpilih mereka
melupakan janjinya. Jika kita mengingat kembali dahulu menjelang Pemilu
2009, banyak sekali parpol-parpol yang menjanjikan kesejahteraan rakyat,
tetapi sekarang mereka lupa semua janji itu. Bahkan parpol yang saat ini
berkuasa, dahulu menjanjikan akan memberantas korupsi, namun sekarang
menjadi lumbung korupsi. Begitulah wajah politik kita. Semua serba
kekuasaan dan uang. Rakyat selalu menjadi korban kepentingan politik.
Sinergisitas
Mengingat problem kebangsaan yang kian akut, sementara petinggi parpol
sibuk dengan urusan parpolnya. Kita tentu sangat prihatin. Karena
sebenarnya parpol hanya berorientasi pada kekuasaan. Pernyataan ataupun
visi misi parpol tentang kesejahteraan rakyat itu hanya bahasa politis
saja untuk mengelabuhi rakyat. Pada kenyataannya, parpol hanya ingin
meraup kekuasaan, lalu melanggengkan kekuasaan yang dimilikinya.
Karut-marutnya persoalan kebangsaan yang terjadi sekarang ini, menjadi
penanda jika parpol kurang peduli pada penyelesaiannya, mereka sibuk
dengan persoalan parpolnya sendiri. Bahkan mengabaikan tugas di
pemerintahan, demi mengurusi parpolnya.
Kita merasa sangat sulit sekali menyelesaikan beragam persoalan kebangsaan
yang ada saat ini. Kian hari bukan semakin membaik, malah semakin
terpuruk. Sementara kepedulian pemerintah atau parpol kurang maksimal.
Tentu harapan besar kita mengarah pada ormas-ormas yang selama ini telah
banyak memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Ormas-ormas
yang kita miliki sangat banyak sekali, salah satunya yang sangat besar
adalah NU dan Muhammadiyah. Dua ormas ini sejak prakemerdekaan telah
banyak memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Bahkan hingga
saat ini kedua organisasi itu terus berupaya besar bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Di tengah problem kebangsaan yang kian akut, sementara para petinggi
partai semakin gaduh memperebutkan kursi kekuasaan. Kita tentu sangat
berharap pada petinggi-petinggi organisasi masyarakat (Ormas). Para
petinggi ormas-ormas yang ada di Indonesia sudah mestinya turut andil
menyelesaikan kegaduhan parpol yang terjadi sekarang ini. Tahun 2013 ini
akan menjadi tahun terpanas menjelang Pemilu 2014. Jika dibiarkan parpol
terus gaduh tanpa arah yang jelas. Bahkan saling fitnah demi meraih
simpati rakyat. Tentu yang menjadi korban akhir adalah rakyat. Maka
kehadiran pemimpin ataupun petinggi ormas sangat diharapkan untuk
menyelesaikan kegaduhan parpol yang terjadi saat ini.
Bagaimanapun, ormas bertanggung jawab besar terhadap kesejahteraan bangsa
Indonesia. Apalagi selama ini banyak sekali kontribusi besar yang mereka
berikan. Karena itu, sekarang saatnya pemimpin dan petinggi ormas lainnya
memainkan perannya untuk mendamaikan kegaduhan parpol yang ada. Agar
kekacauan yang dihadapi bangsa Indonesia tidak semakin parah.
Ikut andilnya ormas dalam menyelesaikan persoalan politik yang terjadi
selama ini bukan dimaksudkan sebagai turut sertanya ormas dalam persoalan
politik. Ormas hanya bertugas menyelesaikan kegaduhan poltik, dan
meluruskan ambisi kekuasaan yang tidak prorakyat. Selebihnya, ormas tetap
harus independen dan jauh dari kepentingan politik. Karena jika ormas
sudah masuk dalam lorong gelap politik praktis, maka ancaman kehancuran
bangsa Indonesia semakin nyata. Ormas hanya bertugas sebagai pengawas
tindakan parpol, agar bila terjadi penyimpangan ada yang meluruskan.
Sebab itu, sangat dibutuhkan sinergitas parpol dan ormas, sebagi pengarah
yang menuntun parpol ke arah yang benar dan prorakyat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar