Akhir Cerita
Iron Girl Bersama Gagasan TINA-nya
Arif Novianto ; Mahasiswa
Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik di
Universitas Gadjah Mada (UGM) - Yogyakarta
|
|
OKEZONENEWS, 17 April 2013
“There Is Not Alternative”(TINA) mungkin ungkapan tersebut yang begitu
dilekatkan dengan sosok Si Wanita Besi (Iron Girl) Margareth Thatcher. Dia merupakan sosok wanita
keras yang pernah menahkodai Negara Inggris selama 11 tahunan di bawah
panji-panji Partai Konservatif Inggris.
Ungkapan terkenalnya bahwa tidak ada alternatif lain selain kapitalisme
dan neoliberalisme di dunia ini, telah menjadi semacam mitos yang terus
membayangi berbagai pemerintahan Negara di dunia ini hingga akhir
hayatnya kemarin. Yaitu pada Senin, tanggal 8 April 2013 akibat penyakit
stroke yang dideritanya.
Tetapi kini mitos TINA tersebut hanya seperti sebuah lelucon kuno yang
begitu menggelikan setiap kali diungkapkan. Seperti sebuah lelucon yang
digunakan untuk menakuti anak-anak kecil agar mereka tetap tinggal di
rumah atau agar anak tersebut tidak berperilaku yang aneh-aneh. Ya itulah
yang sekarang terjadi terhadap Mitos TINA yang sudah uzur dan hanya akan
membuat orang menggeleng-gelengkan kepala setiap kali mendengarnya.
Itu terjadi karena tidak pernah terbuktinya pandangan TINA tersebut.
Gagasannya bahwa tidak alternatif lain selain Kapitalisme dan
neoliberalisme yang akan dapat membawa Negara-negara berkembang
(merangkak) mengejar Negara Maju (yang sedang berlari kencang) atau bahwa
dengan invisible handnya mampu untuk menciptakan distribusi keadilan dan
pemerataan yang dimana kemiskinan dan kesengsaraan dapat teratasi
didalamnya. Semuanya tidak pernah terwujud. Sedangkan yang terjadi
hanyalah semakin terciptanya kesengsaraan, penindasan dan kemiskinan.
Yang semakin diperparah akibat krisis dari sistem Kapitalisme yang juga
telah terjadi pada tahun 2008nan hingga sekarang ini.
Kapitalisme = Krisis
Terjadinya krisis di dalam tubuh kapitalisme tersebut tak terlepas dari
apa yang pernah diungkapkan oleh Trotsky (1921) bahwa “krisis-krisis dan boom-boom adalah
sesuatu yang inheren di dalam kapitalisme semenjak kelahirannya, dan
mereka akan menemaninya sampai ke liang kuburnya”. Hal tersebut
terjadi karena masalah internal di dalam relasi hubungan sistem
kapitalisme. Dimana adanya kontradiksi-kontradiksi yang terus ditimbun
oleh sistem kapitalisme selama bertahun-tahun telah menciptakan sebuah
ledakan yang tak mungkin dapat dielakan lagi.
Kapitalisme dan Neo-liberalisme yang merupakan dua tiang yang saling
terkait juga memiliki keterkaitan dengan munculnya sifat monopoli dan
kartelisasi. Monopoli tersebut terjadi seiring dengan perkembangan
kompetisi di dalam kapitalisme, hingga akhirnya menciptakan
konglomerat-konglomerat tertentu yang merupakan produk dari kompetisi
tersebut. Segelintiran orang tersebut (konglomerat) tak pelak berhasil
menguasai kekayaan yang setara dengan kekayaan puluhan bahkan ratusan
juta orang dan berhasil memegang serta mengontrol sebuah sistem produksi
kapitalis. Hal tersebut terjadi akibat keberhasilan para konglomerat tersebut
menyingkirkan para kapitalis-kapitalis lainnya didalam kompetisi pasar
bebas.
Keadaan tersebutlah yang juga memiliki tendensi munculnya
Monopoli-monopoli atas relasi produksi dan perdagangan. Dan titik yang
paling membahayakan adalah ketika para konglomerat dengan perkakas
monopolinya tersebut menciptakan sebuah Kartel. Dengan adanya Kartel
tersebut mereka melakukan persekongkolan gelap untuk mengatur harga di
dalam relasi perdagangan. Dengan pengaturan harga serta berbagai bentuk
tindakan manipulatif mereka berusaha mengeruk keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Dimanapun tempatnya di dunia ini kapitalisme tidak akan pernah ada tanpa
adanya ketimpangan demi ketimpangan yang telah diciptakannya. Dengan
adanya ketimpangan yang terbentuk akibat monopoli-monopoli serta
kartelisasi di dalam tubuh kapitalisme modern ini, secara langsung telah
menciptakan berbagai macam kontradiksi-kontradiksi yang mengungkungnya.
Munculnya kontradiksi yang pasti akan terus menumpuk dan menumpuk setiap
tahun demi tahunnya. Hingga akan menciptakan luapan yang tak akan pernah
tertahankan lagi yaitu ledakan krisis multi-dimensional. Yang akibatnya
tidak ada alternatif dari krisis tersebut selain ledakan kemiskinan,
pengangguran, kesengsaraan dan penderitaan.
Alternatif Lain dari Kapitalisme
Memang tidak akan ada alternatif lain selain badai krisis ekonomi yang
akan terus menghantui Kapitalisme bersama tiang-tiang penyangganya.
Sehingga ketika mengungkapkan bahwa dengan kapitalisme dan
neoliberalisme, segala bentuk kemiskinan, pengangguran dan kesengsaraan
dapat teratasi, hal tersebut seperti sebuah mimpi di siang hari. Apalagi
didalam konteks Negara-negara dunia ke tiga seperti di Indonesia sekarang
ini. Bagaimana dengan prinsip liberalisasi, deregulasi dan privatisasi yang
merupakan bagian di dalam pemenuhan prinsip neo-liberalisme, secara telak
telah merusak tatanan ekonomi Indonesia serta telah menghancurkan
kedaulatan Indonesia sebagai Negara.
Mungkin yang ingin diungkapkan oleh Margareth Thathcer adalah bahwa tidak
ada alternatif lain selain ke eratan antara kapitalisme dengan
kemiskinan, kesengsaraan dan penindasan bersama krisis yang menyertainya.
Sehingga Melihat kenyataan yang demikianlah yang membuat gagasan TINA ini
menjadi usang dan tak memiliki makna lagi.
Persis dibelahan dunia lain, tepatnya di Amerika latin, Hugo Chavez
dengan cukup gemilang menampar Thatcher dengan gagasan Sosialisme abad
ke-21 yang dipegangnya didalam membentuk arah gerak Negara Venezuela.
Chavez dengan gerakan revolusi Bolivariannya telah berhasil menunjukan
kepada dunia bahwa ada alternatif yang begitu gemilang selain dari
kapitalisme yang terbukti telah menyengsarakan.
Selama masa kepemimpinan Chavez yaitu sejak 1998 sampai awal 2013, dia
telah berhasil membuat kemiskinan di Venezuela berkurang dari 70,8% di
tahun 1996 menjadi 21% di tahun 2010, kemiskinan ekstrem turun dari 40%
di tahun 1996 menjadi 7,3% di tahun 2010, pengangguran berhasil ditekan
dari 20% menjadi dibawah 7% dan angka buta aksara pun berhasil
diberantas. Keberhasilan yang berhasil ditorehkan Chavez tersebut tak
lain karena disingkirkannya kebijkan neolib yang puluhan tahun lamanya
telah mengungkung Negara Venezuela untuk digantikan kearah agenda-agenda
Sosialis.
Keberhasilan dari Chavez tersebut juga telah menciptakan efek domino
tersendiri di dalam pergulatan gerakan politik kiri didunia. Dan juga
telah membuka mata dunia bahwa ada alternatif yang lebih membanggakan
dari pada Kapitalisme dan Neoliberalisme. Sehingga membuat Negara-negara
seperti Argentina, Nikaragua, Bolivia. Brazil, dan Negara-negara kawasan
amerika latin serta karibia lainnya juga berusaha turut mengikuti jejak
dari Chavez bersama Negara Venezuela yang dipimpinnya.
Melihat kenyataan yang demikian, masihkah para rezim kapitalis akan
dengan bangga mengatakan bahwa tidak ada Alternatif lain selain
Kapitalisme dan Neoliberalisme. Kalau memang ada dan ada pemerintahan
Negara yang tetap masih mempercayainya, mungkin Negara tersebut tengah
mengalami mimpi-mimpi indahnya disiang hari ditengah ilusi dan kebutaan
yang dialaminya. ●
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar