Kali
ini, pemerintah, terutama TNI AD dan Polri, bertindak cepat menangani
kasus penyerbuan LP Cebongan Kabupaten Sleman DIY yang menewaskan 4
tahanan. Setelah mengunmumkan hasil investigasi internal tim TNI AD
(4/4/13), pimpinan institusi itu memutasi Pangdam IV/Diponegoro Mayjen
Hardiono Saroso. Demikian pula pimpinan Polri mengganti Kapolda DIY
Brigjen Sabar Rahardjo.
Keputusan
pimpinan TNI AD dan Polri patut diapresiasi secara positif oleh
masyarakat, yang semula apriori dan berasumsi kasus penyerbuan (23/3/13)
itu akan digelapkan. Tim investigasi TNI AD yang dibentuk pada 29
Maret 2013 telah bekerja dengan baik, menyebutkan keterlibatan 11
personel Grup II Kopassus Kandang Menjangan Kartasura Sukoharjo.
Namun tim
investigasi TNI AD tampaknya baru fokus pada pengungkapan kasus
penyerbuan di Cebongan. Adapun insiden di Hugo’s Cafe (19/3/13) yang
menewaskan anggota Kopassus Serka Heru Santoso, yang kemudian menjadi
pemicu penyerbuan LP, masih gelap.
Polri
seharusnya bertindak cermat mengusut insiden di tempat hiburan itu.
Apalagi kejadian itu melibatkan Bripka Yohanis Juan Manbait (Juan) yang
masih aktif sebagai anggota Polsekta Sleman Polres Yogyakarta. Juan tewas
dalam penyerbuan (23/3) bersama 3 tahanan lain di LP Cebongan.
Selain itu,
ada beberapa saksi mata di tempat kejadian, termasuk yang membawa korban
Serka Santoso dengan taksi ke rumah sakit. Saksi itu bisa dimintai
keterangan, termasuk pengelola kafe. Hingga saat ini belum ada pernyataan
resmi dari Polres Yogyakarta, yang bisa menjelaskan duduk perkara
perkelahian itu, termasuk keberadaan Bripka Juan di lokasi, dan ihwal
pemecatan Juan oleh Polda DIY.
Penyidik
perlu mengikuti rekam jejak Juan dan menelusuri pertemanannya dengan
Benyamin Sahetapy alias Decky, Adrianus Chandra Gajala alias Dedy, dan
Yermianto Rohi Riwu alias Adi (semua korban tewas penyerbuan LP) yang
dikenal sebagai preman oleh sebagian masyarakat Yogyakarta.
Mereka
disebut-sebut menjual jasa pengamanan di beberapa tempat hiburan di
Yogyakarta. Ada indikasi kuat mereka bukan sekadar mengoordinasikan
keamanan, melainkan ada muatan bisnis ilegal. Bisnis ilegal yang
menjanjikan dengan tempat hiburan sebagai pasar utama, selain pekerja
seks komersial (PSK), adalah narkoba.
Sebelum
terjadi insiden di Hugo’s Cafe yang berbuntut penyerbuan LP Cebongan,
Bripka Juan terkena sanksi akibat kasus narkoba. Seberapa jauh
keterlibatannya, apakah sebatas pemakai atau terkait dengan
peredarannya, Polda DIY pasti memiliki data akurat tentang personel yang
pernah terlibat kasus hukum.
Demikian pula
profil Decky, residivis terkait dengan peredaran obat-obatan terlarang.
Ia juga bekerja sebagai penjual jasa pengamanan yang menguasai beberapa
tempat hiburan di Yogyakarta, dan menjadi salah satu pengurus organisasi
massa di kota itu. Dari profilnya, rasanya tak mungkin ia membiayai hidup
dari penghasilan sekadar menjadi penjaga keamanan tempat hiburan. Adapun
Dedy dan Adi adalah pengikut setia Decky dan binaan Bripka Juan. Baik
Dedy maupun Adi juga aktivis ormas, dan Decky menjadi salah satu pengurus.
Pasar Utama
Sebagaimana
kita ketahui tempat hiburan adalah pasar utama peredaran narkoba, tak
hanya di Yogyakarta tapi juga di kota besar lain. Di tempat itu pengguna
bisa dengan mudah memperoleh barang haram tersebut tanpa takut dijaring
aparat. Padahal di tempat hiburan selalu ada polisi, baik yang tidak
berseragam maupun berpakaian dinas. Yang berpakaian dinas hanya
mengontrol dari luar, kemudian pergi. Kecuali ia menangani kasus
tertentu, sesuai dengan laporan atau permintaan pengelola tempat hiburan.
Lantas apa
peran Bripka Juan hingga mengantarkannya masuk ke LP Cebongan. Apa pula
misi kehadiran Serka Santoso di kafe itu hingga sekitar pukul 00.45
hingga terjadi penganiayaan itu. Padahal saat itu bukan menjelang hari
libur, bukankah ia sudah harus berada di barak.
Dengan
demikian mendekati kebenaran sinyalemen bahwa peristiwa itu bukan
pertikaian biasa dan juga bukan sekadar perebutan lapak keamanan,
melainkan ada bisnis lain yang menjanjikan. Meskipun semua pelaku tewas,
masih ada orang-orang tertentu di balik peristiwa tersebut, yang tahu
sesungguhnya yang mereka perebutkan. Misteri inilah yang harus diungkap
oleh Polri, khususnya Polda DIY. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar