Jumat, 12 April 2013

Ihwal Pengungkapan dari Hugo’s Cafe


Ihwal Pengungkapan dari Hugo’s Cafe
Jusuf Suroso  ;  Deputy Director for External Affairs
Soegeng Sarjadi Syndicate Jakarta
SUARA MERDEKA, 12 April 2013

  
Kali ini, pemerintah, terutama TNI AD dan Polri, bertindak cepat menangani kasus penyerbuan LP Cebongan Kabupaten Sleman DIY yang menewaskan 4 tahanan. Setelah mengunmumkan hasil investigasi internal tim TNI AD (4/4/13), pimpinan institusi itu memutasi Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Hardiono Saroso. Demikian pula pimpinan Polri mengganti Kapolda DIY Brigjen Sabar Rahardjo.  

Keputusan pimpinan TNI AD dan Polri patut diapresiasi secara positif oleh masyarakat, yang semula apriori dan berasumsi kasus penyerbuan (23/3/13) itu akan  digelapkan. Tim investigasi TNI AD yang dibentuk pada 29 Maret 2013 telah bekerja dengan baik, menyebutkan keterlibatan 11 personel Grup II Kopassus Kandang Menjangan Kartasura Sukoharjo. 

Namun tim investigasi TNI AD tampaknya baru fokus pada pengungkapan kasus penyerbuan di Cebongan. Adapun insiden di Hugo’s Cafe (19/3/13) yang menewaskan anggota Kopassus Serka Heru Santoso, yang kemudian menjadi pemicu penyerbuan LP, masih gelap. 

Polri seharusnya  bertindak cermat mengusut insiden di tempat hiburan itu. Apalagi kejadian itu melibatkan Bripka Yohanis Juan Manbait (Juan) yang masih aktif sebagai anggota Polsekta Sleman Polres Yogyakarta. Juan tewas dalam penyerbuan (23/3) bersama 3 tahanan lain di LP Cebongan. 

Selain itu, ada beberapa saksi mata di tempat kejadian, termasuk yang membawa korban Serka Santoso dengan taksi ke rumah sakit. Saksi itu bisa dimintai keterangan, termasuk pengelola kafe. Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Polres Yogyakarta, yang bisa  menjelaskan duduk perkara perkelahian itu, termasuk keberadaan Bripka Juan di lokasi, dan ihwal pemecatan Juan oleh Polda DIY.

Penyidik perlu mengikuti rekam jejak Juan dan menelusuri pertemanannya dengan Benyamin Sahetapy alias Decky, Adrianus Chandra Gajala alias Dedy, dan Yermianto Rohi Riwu alias Adi (semua korban tewas penyerbuan LP) yang dikenal sebagai preman oleh sebagian masyarakat Yogyakarta. 

Mereka disebut-sebut menjual jasa pengamanan di beberapa tempat hiburan di Yogyakarta. Ada indikasi kuat mereka bukan sekadar mengoordinasikan keamanan, melainkan ada muatan bisnis ilegal. Bisnis ilegal yang menjanjikan dengan tempat hiburan sebagai pasar utama, selain pekerja seks komersial (PSK), adalah narkoba.   

Sebelum terjadi insiden di Hugo’s Cafe yang berbuntut penyerbuan LP Cebongan, Bripka Juan terkena sanksi akibat kasus narkoba. Seberapa jauh keterlibatannya, apakah  sebatas pemakai atau terkait dengan peredarannya, Polda DIY pasti memiliki data akurat tentang personel yang pernah terlibat kasus hukum.

Demikian pula profil Decky, residivis terkait dengan peredaran obat-obatan terlarang. Ia juga bekerja sebagai penjual jasa pengamanan yang menguasai beberapa tempat hiburan di Yogyakarta, dan menjadi salah satu pengurus organisasi massa di kota itu. Dari profilnya, rasanya tak mungkin ia membiayai hidup dari penghasilan sekadar menjadi penjaga keamanan tempat hiburan. Adapun Dedy dan Adi adalah pengikut setia Decky dan binaan Bripka Juan. Baik Dedy maupun Adi juga aktivis ormas, dan Decky menjadi salah satu pengurus.

Pasar Utama

Sebagaimana kita ketahui tempat hiburan adalah pasar utama peredaran narkoba, tak hanya di Yogyakarta tapi juga di kota besar lain. Di tempat itu pengguna bisa dengan mudah memperoleh barang haram tersebut tanpa takut dijaring aparat. Padahal di tempat hiburan selalu ada polisi, baik yang tidak berseragam maupun berpakaian dinas. Yang berpakaian dinas hanya mengontrol dari luar, kemudian pergi. Kecuali ia menangani kasus tertentu, sesuai dengan laporan atau permintaan pengelola tempat hiburan.

Lantas apa peran Bripka Juan hingga mengantarkannya masuk ke LP Cebongan. Apa pula misi kehadiran Serka Santoso di kafe itu hingga sekitar pukul 00.45 hingga terjadi penganiayaan itu. Padahal saat itu bukan menjelang hari libur, bukankah ia sudah harus berada di barak. 

Dengan demikian mendekati kebenaran sinyalemen bahwa peristiwa itu bukan pertikaian  biasa dan juga bukan sekadar perebutan lapak keamanan, melainkan ada bisnis lain yang menjanjikan. Meskipun semua pelaku tewas, masih ada orang-orang tertentu di balik peristiwa tersebut, yang tahu sesungguhnya yang mereka perebutkan. Misteri inilah yang harus diungkap oleh Polri, khususnya Polda DIY. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar