“Kekuarangan bisa
menjadi motivasi bagi diri untuk terus maju dan menginspirasi orang lain.”
“Saya ingin berbagi dengan Anda. Suatu saat
mata saya tidak bisa melihat. Saya tidak tahu apa yang terjadi hingga
dokter menyatakan saya terkena glaukoma. Saya sangat takut.
Saya kira saya akan buta. Saya belum pernah
mengenal penyakit itu karena memang tidak ada informasi tentangnya. Saya
bingung. Tapi, dokter bilang glaukoma itu bisa dicegah supaya tidak
menimbulkan kebutaan.
Untuk itulah saya mencari orang-orang yang
memiliki pengabdian yang sungguh untuk penyakit glaukoma dan mereka yang
memiliki kepedulian tinggi untuk penyakit itu. Saya berencana membuat suatu
perkumpulan yang bisa memberikan informasi dan manfaat besar bagi
masyarakat, khususnya tentang glaukoma. Adakah di antara pembaca sekalian
orang yang demikian?
Jika Anda memiliki beban besar membantu
mereka yang terkena penyakit glaukoma ini atau Anda sendiri yang menjadi
penderitanya, marilah kita bekerja sama. Terima kasih. (Arleen Djohan SH-Jakarta. Telepon
021-3334445).”
Baris-baris di atas adalah sepucuk surat
pembaca yang menghiasi halaman 4 koran Sinar Harapan yang kita cintai ini,
puluhan tahun lalu. Surat yang ditandatangani dan disertai data-data diri
itu dikirim seorang perempuan sederhana dengan keterbatasan sekaligus
tekadnya mencari teman berbagi dan membantu sesama penyandang penyakit
glaukoma.
Puluhan tahun setelah surat itu dimuat, saya
bersyukur dengan cara ajaib, saya berkenalan dengan Ibu Arleen Djohan
(Tante Arleen, demikian saya memanggilnya). Mengenal Tante Arleen dari
dekat merupakan karunia indah dari Tuhan bagi saya dan keluarga.
Tante Arleen bercerita pada saya, seperti
kebanyakan orang yang dilahirkan dengan mata sempurna, ia tak pernah
membayangkan akan menyandang glaukoma. Ia bahkan tak pernah mengenal
glaukoma, hingga suatu ketika hendak berangkat ke kantor, pandangannya
tiba-tiba menjadi gelap.
Setelah melakukan pemeriksaan ke dokter
spesialis mata, Tante Arleen “divonis” terkena penyumbatan di sekitar bola
mata, juga terkena glaukoma. Itulah mengapa ia mengalami kehilangan
penglihatan atau kebutaan sesaat.
Glaukoma merupakan penyakit mata di mana
keadaan saraf penglihatan di belakang bola mata mengalami kerusakan secara
perlahan dan progresif. Kerusakan saraf penglihatan karena glaukoma
ini terjadi bertahap tanpa disadari.
Gejalanya pun cenderung tidak terasa
sehingga manakala gejala yang ditimbulkan terasa jelas, umumnya sudah pada
kondisi yang telanjur parah, dan yang terburuk adalah kebutaan
permanen. Itulah mengapa glaukoma sering disebut “Si Pencuri
Penglihatan”.
Sekali dinyatakan sebagai penyandang
glaukoma, seseorang seterusnya harus hidup dengan glaukoma. Artinya,
penyandang didorong untuk menjaga kondisi matanya yang terkena glaukoma
agar tidak sampai terjadi kebutaan permanen.
Dua belas Desember ini Tante Arleen berulang
tahun. Tiga puluh tahun sudah sejak peristiwa pertama kali ia menjadi
penyandang glaukoma. Puluhan tahun sejak suratnya dimuat di Sinar Harapan.
Sepanjang itu pula, ia telah mendirikan dan beraktivitas melalui Yayasan
Glaukoma Indonesia yang berfokus menyosialisasikan dan membantu penyandang
glaukoma dari kebutaan yang dapat dicegah (avoidable blindness).
Kita mungkin pernah mendengar ungkapan “mata
adalah jendela jiwa”. Mata menyampaikan atau mengekspresikan emosi yang
dimiliki manusia, seperti cinta, benci, bahagia, dan marah.
Sejak lahir, kebanyakan kita dikaruniai mata
yang berfungsi dengan baik. Setiap hari, jam, dan menit, kita menikmati
karunia itu. Pada saat bersamaan, ada sebagian kita yang seketika matanya
mengalami kerusakan, tak lagi melihat dengan baik atau bahkan buta.
Dalam perenungan saya, keunikan Tante Arleen
adalah, sesaat ia mengetahui dirinya mengalami glaukoma, hatinya tergerak
berbagi untuk sesama. Saya bayangkan ribuan perasaan seperti kaget, sedih,
kecewa, atau marah pada keadaan, berkecamuk.
Tapi, dengan cepat dan tanpa ragu ia
menggugah orang-orang di sekitarnya, termasuk dokter spesialis mata, untuk
berbuat sesuatu. Sejak itu ia berjuang menghadapi glaukoma, tidak hanya
bagi dirinya sendiri, namun juga untuk sesama. Sebuah langkah kecil dari
hati, yang kemudian menginspirasi banyak lagi orang untuk ikut mendukung.
Tante Arleen seorang yang selalu bersyukur
pada Tuhan. Mungkin karena itu, glaukoma yang bagi kebanyakan orang akan
“membatasi”, justru mengantarnya untuk berbagi kepada sesama. Bukankah ini
sebuah pembebasan? Selamat ulang
tahun, Tante Arleen. Tuhan memberkati. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar