Selasa, 10 Juli 2012

Kontroversi Meninggalnya Arafat


Kontroversi Meninggalnya Arafat
Hasibullah Satrawi ; Alumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir; Pengamat Politik
Timur Tengah dan Dunia Islam pada Moderate Muslim Society (MMS) Jakarta
SINDO, 10 Juli 2012


Di tengah situasi politik yang tak menentu akibat guncangan revolusi dalam setahun terakhir,Timur Tengah digegerkan oleh hasil penelitian salah lembaga di Swiss tentang meninggalnya mendiang Yasser Arafat. 

Menurut hasil penelitian tersebut, Arafat besar kemungkinan meninggal karena diracun dengan zat polonium-210. Untuk lebih memastikan hasil penelitian tersebut, diperlukan penelitian langsung terhadap jasad Arafat. Sontak saja, hasil penelitian di atas bagai membangunkan “macan tidur” di dunia Arab.

Hampir semua pihak di lembah para nabi itu mendukung agar misteri meninggalnya Yasser Arafat diusut secara tuntas. Mulai dari keluarga, otoritas Palestina, hingga negaranegara Arab lain. Dalam perkembangan terkini dilaporkan, keluarga mantan pemimpin Palestina yang tetap nomor wahid itu telah mengizinkan otoritas Palestina untuk membongkar kuburan beliau.

Simbol Palestina 

Yasser Arafat telah menjadi simbol dari perjuangan Palestinauntuk mendapatkan kemerdekaannya. Selama hayatnya, beliau telah menempuh hampir seluruh jalur perjuangan untuk mengembalikan hak-hak warga Palestina,mulai dari jalur peperangan hingga perundingan. Pada 11 November 2004, Palestina dan dunia Arab secara umum tak ubahnya siang yang tiba-tiba berubah menjadi senyap bahkan gelap.

Pemicunya adalah kabar berita duka tentang meninggalnya Yasser Arafat yang sempat dirawat di Prancis. Palestina dan dunia Arab- Islam berkabung sedalam-dalamnya. Hal itu terlihat jelas dari banyaknya orang di Palestina yang menyambut kedatangan jenazah sang Pemimpin sebagai bentuk penghormatan terakhir. Saat itu kecurigaan terkait penyebab meninggalnya Yasser Arafat sempat mengemuka.

Namun, suasana berduka yang ada tak mendukung bagi tumbuh suburnya kecurigaan yang ada. Pada tahap berikutnya misteri meninggalnya Yasser Arafat dinetralisasi dengan santernya pemberitaan bahwa Arafat meninggal karena stroke dan seterusnya. Dengan hasil penelitian terbaru di atas,rakyat Palestina dan bangsa Arab secara umum seakan teringat kembali atas kecurigaan yang ada dahulu di satu sisi.

Sementara di sisi lain, pesona dan karisma seorang Yasser Arafat tak pernah mati di dada mereka. Bila masyarakat dunia sangat bersemangat untuk mengusut tuntas orang/pihak yang berada di balik peristiwa pembunuhan mantan Perdana Menteri Libanon Rafik Harini pada 2005, kini mereka tak punya alasan untuk tak mengusut tuntas penyebab meninggalnya Yasser Arafat.Demikian kurang lebih pernyataan salah satu pejabat elite Palestina yang menuntut dilakukannya penyelidikan internasional atas meninggalnya Yasser Arafat.

Israel Terpojok 

Apakah Yasser Arafat memang benar meninggal karena diracun? Tentu masih butuh waktu untuk membuktikannya. Kalaupun pada akhirnya terbukti demikian, masih butuh proses lebih lanjut untuk memastikan siapa pelakunya. Apalagi Yasser Arafat dikenal banyak mempunyai lawan atau musuh politik. Kendati demikian, Israel adalah pihak yang paling tertuduh terkait meninggalnya Yasser Arafat, khususnya bila terbukti bahwa Yasser Arafat meninggal karena diracun.

Dikatakan demikian karena tak ada musuh yang lebih besar bagi Arafat kecuali Israel. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir sebelum meninggal, Arafat kerap dijadikan sebagai musuh utama oleh Israel.Para pemimpin Israel saat itu bahkan kerap menyebut Arafat sebagai halangan yang serius bagi cita-cita perdamaian antara Israel- Palestina. Karena itu, hampir dipastikan, mencuatnya kembali kontroversi meninggalnya Arafat akan semakin membuat Israel terpojok. Saat ini Israel bisa dikatakan sudah sangat terpojok akibat dua hal.

Pertama, berkibarnya kelompok-kelompok islamis di dunia Arab pascarevolusi. Khususnya kemenangan Ikhwanul Muslimin yang sangat gemilang di Mesir. Bukan tidak mungkin, kelompok islamis yang mulai memegang peranan penting di dunia Arab akan mengubah peta politik di Timur Tengah, termasuk di dalamnya hubungan mereka dan Israel. Hal ini terjadi karena di satu sisi Israel tampak tidak pernah serius untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, di sisi lain kelompok islamis tidak pernah rela menerima keberadaan Israel di Timur Tengah.

Dalam konteks seperti ini, pidato politik yang disampaikan Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi mengandung pesan yang sangat penting bagi Israel. Dalam pidato yang disampaikan beberapa saat setelah terpilih sebagai presiden Mesir, Mursi menegaskan bahwa Mesir di bawah pemerintahannya akan mengirimkan pesan perdamaian kepada semua pihak yang menghendaki perdamaian. Ini pernyataan politik yang bersayap; di satu sisi Mursi hendak menegaskan bahwa Mesir akan tetap konsisten dengan politik perdamaian dan perundingan.

Itulah yang dilakukan Mesir selama ini, termasuk dalam menghadapi pelbagai macam masalah antara Israel dan negara-negara Arab, khususnya Palestina. Israel yang justru kerap merusak upaya perdamaian dan perundingan yang ada. Karena itu, di sisi yang lain, pernyataan politik Mursi di atas juga bisa berarti ancaman serius bagi Israel,terutama bila negara kecil itu tetap dengan pilihan politiknya yang bersifat arogan, antiperdamaian, dan terus melakukan pembantaian terhadap rakyat Palestina.

Kedua, sampai hari ini Israel tidak kunjung berhasil meyakinkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk menyerang Iran. Telah maklum bersama, Israel kerap memprovokasi AS bersama sekutu-sekutunya untuk segera menyerang Iran yang dituduh mengembangkan senjata nuklir.Kendati demikian, AS sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan segera menuruti kemauan Israel tersebut.

Padahal Israel sudah kerapkali mengancam akan menyerang Iran sendirian bila AS tidak kunjung bertindak. Alih-alih AS beserta sekutunya sejauh ini gagal melengserkan rezim Bashar Al-Assad di Syria yang notabene merupakan sekutu terdekat Iran di dunia Arab.Padahal hampir semua hal telah dilakukan sekutu AS untuk melengserkan Bashar Al- Assad.

Mulai dari sanksi ekonomi, dukungan terhadap kelompok revolusi di Syria, memprovokasi hubungan Iran-Turki, hingga tekanan dari negaranegara Arab yang menjadi sekutu AS. Satu-satunya yang belum dilakukan sekutu AS adalah intervensi secara militer seperti yang pernah dilakukan oleh mereka terhadap Kadhafi di Libya.

Maka itu, hampir bisa dipastikan, kontroversi terkait meninggalnya Yasser Arafat akan semakin membuat Israel terpojok. Apalagi bila terbukti bahwa Yasser Arafat meninggal karena diracun. Sejatinya otoritas Palestina dan dunia Arab secara umum mampu mengoptimalkan situasi politik ini untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka, bukan justru terlibat dalam konflik internal, berebut menjalin hubungan dengan musuh secara sembunyisembunyi, dan seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar