Jumat, 27 Juli 2012

Anomali Ekonomi dan Krisis Global


Anomali Ekonomi dan Krisis Global
Joseph Henricus Gunawan ; Peneliti Sosial Ekonomi,
Alumnus University of Southern Queensland (USQ), Australia
SUARA KARYA, 26 Juli 2012

Gejolak finansial yang berawal dari krisis utang di Yunani, kini semakin meluas dan menyeret negara-negara pemakai euro ke dalam jurang resesi. Belum terlepas dari gejolak krisis finansial Spanyol yang berada di peringkat keempat negara yang menguasai perekonomian zona euro dan peringkat ke-12 kekuatan ekonomi dunia, masalah kebangkrutan semakin meluas ke Siprus, negara selanjutnya yang terkena efek domino dari krisis utang.

Krisis finansial zona euro semakin membelit serta belum menemukan titik terang penyelesaian hingga mencemaskan pasar dan kawasan zona euro serta dunia. Mendung kelabu ekonomi global kian menggantung. Apalagi, setelah Italia, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di zona euro kian terancam menjadi korban krisis finansial dalam zona euro. Sebelumnya, ada beberapa negara zona euro yang telah terkena badai krisis, yakni Yunani, Irlandia, dan Portugal.

Tingkat pengangguran di zona euro menembus rekor tertinggi baru pada Mei 2012, yakni 11,1 persen. Sebanyak 17,56 juta jiwa kehilangan pekerjaan di 17 negara zona euro sepanjang bulan Mei 2012, terutama di Prancis dan Spanyol. Badan Statistik Uni Eropa (UE) atau Eurostat menyatakan bahwa data tersebut adalah rekor baru sejak 1995. 
Eurostat melaporkan jumlah warga zona euro yang kehilangan pekerjaan bertambah hampir 2 juta jiwa dalam 14 bulan terakhir ini.

Indonesia dengan struktur pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi domestik dan ekspor produk manufaktur yang didominasi komoditas setengah jadi seperti minyak sawit mentah (CPO/Crude Palm Oil), hortikultura, agribisnis, dan kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seharusnya dapat memanfaatkan momen peluang di tengah memburuknya krisis ekonomi Eropa dan melambatnya (slow down) ekonomi China. Apalagi, tingkat pertumbuhan ekonomi zona euro rendah pada beberapa bulan ke depan, bahkan bisa terjadi kontraksi pada periode Juli-September 2012.

Memang, kesepakatan dalam KTT Uni Eropa di Brussels, Belgia, akhir Juni lalu dinilai berhasil meringankan beban negara-negara korban zona euro sekaligus mengurangi kecemasan pasar. Kepala Dewan Eropa, Herman Achille Van Rompuy menyatakan bahwa rekapitalisasi langsung dari dana talangan sebesar 500 miliar euro baru akan bisa diimplementasikan sesudah terbentuk satu badan khusus yang akan ditugasi Uni Eropa sebagai mitra kerja Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mengawasi perbankan seluruh Eropa.

Para pemimpin dari 27 negara anggota UE sepakat mengizinkan dana penyelamatan bernama Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) diaktifkan menggantikan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) untuk memulihkan kembali kepercayaan pasar, menstabilkan utang pemerintah negara-negara anggota UE sekaligus mengendalikan pasar finansial atau untuk menurunkan bunga surat utang anggota yang bermasalah.

Krisis zona euro masih jauh dari berakhir. Indonesia harus mewaspadai imbas krisis utang dan penurunan pertumbuhan ekonomi di Eropa yang telah mengerem laju perekonomian AS, dapat meluber berdampak krisis global dan berisiko besar menghambat pertumbuhan ekonomi dunia.

Dengan kekayaan sumber daya alam melimpah ruah, konsumsi masyarakat kuat dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,56 juta jiwa, investasi tumbuh pesat, serta fiskal sehat, niscaya dunia masih tetap melirik Indonesia. Karena, diyakini masih bisa bertumbuh untuk jangka panjang apabila pemerintah sukses membenahi birokrasi, mempercepat pembangunan infrastruktur sekaligus menyelesaikan persoalan ketersediaan sumber daya energi yang kurang memadai, dan menurunkan berbagai ekonomi biaya tinggi.

Hingga akhir Juni 2012 semester I, penyerapan belanja modal mencapai Rp 30,64 triliun atau baru 18,2% dari pagu anggaran senilai Rp 168,67 triliun, sedangkan penyerapan belanja barang mencapai Rp 41,81 triliun atau 22,4% dari pagu anggaran sebesar Rp 186,58 triliun. Oleh karena itu, percepatan penyerapan anggaran negara dengan belanja pemerintah pusat (APBN) dan daerah (APBD) yang tepat waktu, tepat guna, dan tepat sasaran bakal mendongkrak dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional yang tahun 2012 ini diproyeksikan 6,5 persen guna mengimbangi pilar pertumbuhan lain seperti konsumsi domestik, investasi, dan ekspor yang mulai melemah.

Ini mengingat tren pelemahan ekspor Indonesia sebagaimana tercermin dalam nilai neraca perdagangan Indonesia selama 2 bulan berturut-turut sejak April 2012. Walaupun, berdasarkan data ekspor Mei 2012 dari BPS, nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa 7,63 miliar dolar AS. Sedangkan AS dengan nilai ekspor 6,14 miliar dolar AS masih di bawah negara ASEAN dengan nilai ekspor 12,85 miliar dolar AS, China 8,88 miliar dolar AS, dan Jepang 7,27 miliar dolar AS. Menurut BPS, pada Mei 2012, nilai defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai 485,9 juta dolar AS dan sebelumnya April 2012 yakni sebesar 600 juta dolar AS.

Pemerintah dengan langkah sistematik harus memfasilitasi memacu SDM yang cakap, 
mampu, cekatan, sehat, inovatif, dan menguasai iptek. Sekaligus, memfa-silitasi pengusaha nasional mengubah mindset, orientasi, strategi bisnis dari lokal dan regional menuju global serta mampu menaikkan daya saing.

Selain itu, pemerintah harus memperbaiki law enforcement dan menyediakan kepastian hukum bagi pelaku dunia usaha dengan segera merampungkan regulasi, perbaikan transmisi kebijakan keuangan serta kebijakan energi, kebijakan industri nasional, kebijakan investasi pada sektor ekonomi rakyat produktif, dan krusialnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini penting agar mampu memicu pertumbuhan berkualitas dan pemerataan ekonomi yang berakselerasi, bisa melaju, dan berlari lebih kencang mengejar ketertinggalan dari negara lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar