Posisi
Ilmuwan
Husin Alatas ; Lektor Kepala pada
Departemen Fisika, FMIPA-IPB
REPUBLIKA,
30 Juli 2012
Sebagian besar dari kita tentunya mengetahui bahwa seekor bebek
dapat dengan mudah melewati tanah yang lunak ketimbang seekor ayam. Mengapa
demikian? Secara fisika fenomena ini bisa dijelaskan melalui konsep tekanan yang
didefinisikan sebagai berat dibagi dengan luas permukaan. Bebek memiliki luas
permukaan kaki yang lebih besar dari kaki ayam sehingga tekanan yang
diberikannya terhadap tanah lebih kecil.
Jika dianalogikan berat bebek atau ayam sebagai beban hidup yang
kita alami sehari-hari maka tekanan (baca: stres) yang menghinggapi kita dapat
dikendalikan dengan memperluas sesuatu yang secara intrinsik ada dalam diri
masing-masing, yaitu hati. Karena luas permukaan secara sederhana merupakan
perkalian antara parameter panjang dan lebar maka keluasan hati di sini dapat
kita pandang sebagai perkalian antara parameter sabar dan syukur.
Menarik untuk dicatat bahwa nasihat yang biasanya dijumpai dalam
ajaran agama ternyata bisa pula kita ambil dari penganalogian fenomena alam di
atas. Alam seolah ingin mengajarkan bahwa untuk mengurangi stres akibat beban
hidup maka kita harus memperbanyak sabar dan syukur sebagai satu kesatuan yang
mewakili keluasan hati.
Jelas hal ini sejalan dengan ajar an agama yang disampaikan, baik
secara eksplisit maupun implisit oleh para nabi, bahwa sabar dan syukur adalah
dua sifat yang mesti berdampingan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Analogi di atas merupakan satu contoh dari sekian banyak indikasi
keselarasan antara ajaran luhur agama yang tertulis dalam teks-teks suci dengan
hikmah yang dapat diambil dari fenomena yang “tertulis“ di alam sebagai tanda
kauniyah kebesaran-Nya.
Contoh sederhana lainnya adalah elektron di dalam atom yang hanya
berpindah orbit lebih luar dengan menyerap foton cahaya sesuai yang telah
ditentukan oleh hukum alam yang mengendalikannya, mengajarkan kepada kita untuk
tidak berperilaku koruptif dengan mengambil sesuatu di luar yang telah ditetapkan.
Peran dan Karakteristik
Menjelaskan fenomena alam seperti tekanan dan perpindahan elektron
adalah ranah pekerjaan ilmuwan. Mereka sejatinya memiliki peran mencari
gambaran yang komprehensif, sistematis, dan konsisten mengenai
fenomena-fenomena alam. Penting untuk ditekankan bahwa peningkatan kualitas
hidup manusia di semua aspek sebagian besar berasal dari kemampuan para ilmuwan
dalam membaca fenomena alam dan menjadikannya bagian dari ilmu pengetahuan atau
sains untuk kemudian diterapkan ke dalam teknologi.
Proses pencarian pengetahuan baru berbentuk riset ilmiah merupakan
jalan yang sulit dan sering kali harus berlangsung dalam kesunyian tanpa
gempita penghargaan.
Untuk melakukan riset dengan baik, seorang ilmuwan dituntut
memiliki kecerdikan dalam “melihat“ fenomena alam secara benar dan itu hanya
dapat dicapai melalui kerja keras guna mendapat bekal pengalaman yang
mencukupi.
Setelah memperoleh pengetahuan baru, seorang ilmuwan kemudian
dituntut secara moral untuk menyebarkan apa yang diperolehnya kepada khalayak,
khususnya ilmuwan serumpun. Tuntutan ini dimaksudkan agar pengetahuan baru
tersebut dapat diestafetkan pengembangan dan pemanfaatannya oleh ilmuwan lain.
Penyebarluasan hasil riset lazim dilakukan dengan
memublikasikannya. Dalam proses publikasi hasil riset tersebut mutlak
diperlukan kejujuran pada penyampaiannya.
Bahkan, apabila setelah paper dipublikasikan ternyata diketahui
ada kesalahan yang tidak disengaja dan luput dari pemeriksaan rekan sejawat,
maka secara etika sang ilmuwan diharuskan menerbitkan koreksi atau bahkan
menarik paper-nya jika kesalahan yang ditemukan cukup fatal.
Uraian di atas jelas memperlihatkan adanya suatu kesebangunan
karakter antara ilmuwan dan para nabi yang memiliki sifat-sifat cerdik, jujur,
dapat dipercaya, dan menyebarkan kebenaran.
Jika nabi dengan keempat karakteristik tersebut ditugaskan untuk
menerima dan menyampaikan wahyu yang bersifat kauliyah maka ilmuwan pun
memiliki kewajiban serupa, yakni mencari dan menyampaikan tanda kauniyah yang
tersembunyi di alam raya. Lebih dari itu, seorang ilmuwan harus pula memiliki
kemampuan tambahan dalam hal mendeteksi kesalahan yang dapat saja dilakukannya,
baik ketika melaksanakan maupun menyampaikan hasil riset.
Ilmuwan dengan semua karakter tersebut dapat dipandang juga
sebagai pewaris para nabi. Dalam pengertian, merekalah yang memang sejatinya
dibebani tugas untuk melakukan pencarian ayat-ayat kauniyah serta melakukan
pembuktian bahwa alam ini tidak diciptakan secara sia-sia, tetapi penuh
kemanfaatan.
Konteks Indonesia
Melihat kondisi bangsa yang saat ini belum bisa dikatakan
berada pada keadaan
menggembirakan, tetapi di sisi lain telah terbukti
memiliki sumber daya manusia yang tidak kalah kualitas dengan bangsa lain maka sudah
sepatutnya ilmuwan yang dimaksud berada pada posisi yang unik dan strategis sebagai
komponen utama bangsa. Mereka mempunyai tugas khusus melakukan riset yang
berdampak pada terangkatnya harkat dan martabat bangsa.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, harus
benar-benar dipahami bahwa tugas ilmuwan dalam pencarian ayat kau niyah kerap
menghadapi berbagai macam tantangan keras yang harus dilewati.
Oleh karena itu, dukungan yang memadai dalam segala
bentuk dari seluruh pihak menjadi sangat diperlukan, termasuk sikap politik
terhadap eksistensi mereka harus lebih dipertegas keberpihakannya. Ini
dimaksudkan agar tercipta kondisi yang kondusif bagi ilmuwan dalam melaksanakan
perjuangan mencari dan memberi yang terbaik.
Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang jatuh pada
tanggal 10 Agustus 2012 dan kali ini bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan 1433
H sudah selayaknya dijadikan sebagai momentum untuk semakin menguatkan semangat
dalam mencetak ilmuwan-ilmuwan andal pewaris para nabi. Semangat ini harus
mampu memberikan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar