Fenomena
Keunggulan Jokowi-Ahok
dan
Kekalahan Foke-Nara
Muchtar Pakpahan ; Dosen di Fakultas
Hukum Universitas Kristen Indonesia
SINAR
HARAPAN, 26 Juli 2012
Terjadi sebuah fenomena diluar dugaan banyak pihak.
Pilkada DKI telah berlangsung dengan tertib dan damai. Hasil
pilkada tersebut telah diumumkan dengan perolehan suara Fauzi Bowo-Nachrowi
Ramli (Fauzi-Nara) 34,05 persen, Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama
(Jokowi-Ahok) 42,60 persen. Kini kita menunggu pilkada putaran kedua untuk
menentukan salah satu pasangan dengan suara terbanyak.
Karena penasaran, pada 11 Juli 2012, saya mengecek masyarakat
golongan menengah ke bawah dalam bentuk mendengar diskusi formal dan informal
serta bertanya secara acak dengan siapa saja saya bertemu apakah buruh, pedagang
pasar dan kaki lima, PNS, sopir atau pengusaha warteg. Kesimpulannya saya
kategorikan menjadi tiga.
Peran Orang Solo
Saya mulai dari hal pendorong mereka memilih Jokowi-Ahok.
Masyarakat Solo dan sekitarnya yang berdiam di Jakarta berceritera
kepada setiap orang yang mereka temui, seputar kebijakan Joko Widodo-Hadi
Ridyatmo (wali kota/wakil wali kota Solo) yang sangat pro rakyat kecil. Kini
Kota Solo menjadi kota bersih, indah dan tertib, dan Jokowi masuk dalam
kategori wali kota terbaik di dunia.
Selain itu masyarakat Belitung sekitarnya dan Bangka Belitung pada
umumnya juga berceritera betapa rakyat Belitung Timur merasakan sentuhan
kebijakan Basuki Tjahja Purnama-Khairul Efendi sebagai Bupati dan Wakil Bupati
Belitung Timur. Rakyat lapisan bawah sangat tertolong dengan berbagai kebijakan
ekonomi kesejahteraan yang diterapkan.
Sekarang saya mengungkapkan apa kata masyarakat Jakarta tentang
Fauzi Bowo. Waktu Pilkada 2007, rakyat memilih Fauzi Bowo-Prijanto, dengan
tema: serahkan Jakarta ke ahlinya.
Fauzi Bowo adalah ahli, beliau doktor bidang teknik dari Jerman,
merangkak dari PNS jadi sekwilda DKI, lalu jadi Wakil Gubernur DKI, kemudian
menjadi Gubernur DKI. Apa yang dirasakan masyarakat? Jakarta tetap kotor,
semrawut dan banjir.
Masyarakat korban kebijakan Fauzi Bowo lalu berceritera bahwa
kebijakan gubernurnya pro pemodal. Sebutlah tiga kasus yang besar: penggusuran
pedagang Rawasari menjadi apartemen mewah, penggusuran rumah susun Pulomas
menjadi apartemen mewah, dan kasus Mbah Priok yang mengambil korban beberapa
nyawa.
Faktor Prijanto
Awal tahun ini saya berkunjung ke kantor wali kota Solo. Saya
mendapat kesan mulai dari wakil wali kota hingga pegawai terendah bersikap
memuji kebijakan-kebijakan pro rakyat dan antikorupsi sang wali kota.
Pada pihak lain, Prijanto Wakil Gubernur DKI mengundurkan diri
karena berbagai kebijakan Fauzi Bowo yang tidak pro rakyat dan tidak membuat
birokrasi DKI bersih dari korupsi, malah Prijanto mengadukan korupsi di tubuh
Pemprov DKI ke KPK.
Hal ini ditulis oleh Prijanto dalam bukunya berjudul Mengapa Saya
Mundur. Banyak juga bisik-bisik di kalangan PNS di DKI yang mengiyakan hal-hal
yang ditulis Prijanto itu.
Partai Pendukung
Jokowi-Ahok didukung PDIP dan Gerindra yang kini menjadi partai
oposisi dengan tema melawan politik pencitraan atau tebar pesona. Ditambah
lagi, ketika tampil berkampanye dan dipublikasikan berbagai media, masyarakat
melihat Joko Widodo dan Basuki (Ahok) berpenampilan apa adanya serta merakyat.
Fauzi Bowo-Nachrowi didukung Partai Demokrat, partai pemerintah
yang dicap partai korup karena beberapa pemimpin terasnya terlibat kasus
korupsi. Selain itu, Presiden SBY yang berasal dari Partai Demokrat, lebih
sering membuat pencitraan menebar pesona daripada berbuat konkret bagi
kepentingan rakyat. Rakyat lalu berkeyakinan bahwa Foke-Nara adalah
perpanjangan tangan SBY dan Partai Demokrat.
Tiga hal di atas sangat kuat sebagai pendorong mengapa rakyat
memilih Jokowi-Ahok. Selain tiga hal di atas, ada ingatan rakyat disegarkan
tentang kesamaan masalah Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2009 yang dimenangkan
Partai Demokrat dan DPT Pilkada DKI kemarin juga mendorong protes dan membuat
banyak orang merelakan diri menjadi pengawas agar tidak terjadi manipulasi
perhitungan suara.
Dari semua itu yang tidak kalah berperannya adalah media yang
mengungkapkan rakyat ingin yang baru atau rakyat ingin perubahan. ●
Mau tahu tempat nongkrong favorit Jokowi? Silahkan kunjungan balik untuk mendapatkan info selengkapnya!
BalasHapusMau tahu mobil dinas Pemprov DKI yang akan digunakan para pegawai Pemda DKI? Silahkan kunjungan balik untuk mendapatkan indo selengkapnya!
BalasHapus