Selasa, 17 Juli 2012

Kearifan Lokal dari Sistem Pembayaran


Kearifan Lokal dari Sistem Pembayaran
Achmad Deni Daruri ; President Director Center for Banking Crisis 
SINDO, 17 Juli 2012

Kian menguatnya ekonomi domestik serta isu mengenai kearifan lokal membawa kita pada diskusi mengenai sejauh mana hubungan perkembangan tersebut dengan sistem pembayaran.

Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, sistem pembayaran ternyata lebih memengaruhi kearifan lokal ketimbang kearifan lokal memengaruhi sistem pembayaran. Memang, ada satu-dua contoh kasus misalnya di Kenya yang memperlihatkan bahwa kearifan lokal menghasilkan sistem pembayaran. Namun kasus di Kenya hanyalah salah satu kejadian yang langka sehingga setiap upaya untuk meniru keberhasilan sistem pembayaran di Kenya akan berpotensi mengalami kegagalan.

Kenya memiliki struktur perekonomian, budaya, dan politik yang berbeda dengan Indonesia. Infrastruktur perekonomian Indonesia, walaupun berkembangnya masih lamban, masih jauh lebih baik ketimbang Kenya. Perbankan di Indonesia juga masih jauh lebih maju ketimbang perbankan di Kenya. Jadi ide dan wacana untuk meniru sistem pembayaran di Kenya harus disikapi secara hati-hati. Sistem pembayaran yang ideal adalah sistem pembayaran seperti di Amerika Serikat karena sistem pembayaran di Amerika Serikat mampu mendukung perekonomian dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru.

Misalnya jumlah paten yang terbesar di dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat, begitu pula peraih hadiah nobel dan peraih medali olimpiade. Tiwari dan Buse (2006) mengatakan: “The younger generations of the society seem to be fascinated by modern data and telecommunication services”. Sistem pembayaran yang baik adalah sistem pembayaran yang bukan saja mampu menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian, tetapi juga menciptakan kemajuan dalam sistem sosial, budaya, dan teknologi. Dengan kata lain, kearifan lokal memerlukan dukungan sistem pembayaran agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimum serta dukungan budaya.

Kaum muda yang semakin berbudaya teknologi harus dimanfaatkan secara optimum. Budaya menggunakan batik sebagai contoh yang baik yang sangat bergantung pada dukungan sistem pembayaran. Dengan dukungan sistem pembayaran, produsen batik dapat memiliki usaha yang bersifat going concern. Pembeli batik juga demikian dapat membeli dengan melakukan beragam transaksi dari tunai hingga kredit. Dalam konteks persaingan batik antara Indonesia dan Malaysia, sistem pembayaran di Indonesia harus lebih dimajukan lagi agar produsen batik di Indonesia mampu mencapai tahap Marshallian.

Kearifan lokal harus mencapai titik kritis Marshallian baik dengan memanfaatkan pasar domestik ataupun pasar ekspor. Produsen jamu adalah contoh lain yang menarik untuk dicermati. Jika sektor pembayaran berkembang dengan baik sehingga financial inclusion semakin baik, potensi jamu untuk berkembang semakin pesat akan terbuka lebar. Jamu di Indonesia tidak akan kalah dengan jualan ginseng dari Korea Selatan dan dari berbagai macam obat tradisional dari China.

Syaratnya produsen jamu harus mampu memanfaatkan sistem pembayaran yang ada. Dengan semakin terkoneksinya sistem automated teller machine (ATM), seharusnya perputaran perdagangan jamu dapat semakin meningkat pesat. Sayangnya, hingga saat ini tidak ada penelitian empiris yang mengkaji keterkaitan antara nilai tambah sektor jamu dan kemajuan dalam sistem pembayaran. Dengan jangkauan sistem pembayaran yang semakin luas akan semakin banyak penduduk Indonesia yang memiliki kearifan lokal untuk dapat mengembangkannya secara positif.

Dengan kata lain, mengembangkan sistem pembayaran juga akan berdampak efektif bagi bukan saja perlindungan bagi kearifan lokal, melainkan berkembangnya kearifan lokal itu sendiri. Gambaran paling mudah dari kondisi ini adalah kita lihat pengguna batik yang tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Begitu pula dengan jamu yang konsumennya telah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia termasuk luar negeri. Sistem pembayaran akan mampu memonetisasi kearifan lokal sehingga pasar domestik menjadi semakin kuat.Jika pasar domestik menjadi semakin kuat, pengaruh perdagangan luar negeri akan semakin kecil.

Akibatnya resesi dunia akan berdampak lebih kecil ketimbang jika kearifan lokal tidak dikembangkan. Namun, bukan berarti kearifan lokal tidak mampu menghasilkan tradable goods. Lihatlah ekspor batik, jamu, kerajinan, lukisan, dan sebagainya yang telah dilakukan hingga saat ini. Bali merupakan contoh interaksi sukses antara kearifan lokal dan sistem pembayaran. Turis yang membawa mata uang asing tidak mengalami kesulitan dalam membeli produk dan jasa di Pulau Bali.

Sementara industri kreatif di Bali terus berkembang dengan pesat. Dengan sistem pembayaran, market creating institution akan dapat berfungsi dengan baik. Pemerintah daerah di Bali hanya perlu membangun pasar di sebuah tempat dan aktivitas bisnis akan berjalan dengan sendirinya. Sistem pembayaran seperti api, dan kearifan lokal seperti bensin. Api akan semakin membara jika semakin banyak bensin. Lihatlah perkembangan ATM di Pulau Bali yang sangat pesat dibandingkan dengan perkembangan ATM di Maluku ataupun Papua.

Dengan demikian, dalam rangka membangun Maluku dan Papua, sistem pembayaran harus mampu menjangkau kearifan lokal yang ada di kedua daerah tersebut agar terjadi sinergi yang menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian daerah. Pembangunan sistem pembayaran jangan diarahkan pada aktivitas ekonomi, tetapi terhadap keberadaan kearifan lokal.

Tiwari dan Buse (2006) mengatakan: ”Mobile devices have become more powerful. Data transmission has become faster with the launch of new standards, such as the universal mobile telecommunications system (UMTS)”. Teknologi tidak terkendala oleh daerah terpencil. Aktivitas ekonomi dapat berbentuk semu misalnya aktivitas sektor pertambangan yang hanya mengeruk hasil bumi kemudian mengekspornya. Aktivitas ini lemah dalam memiliki keterkaitan dengan perekonomian lokal.

Aktivitas yang memiliki keterkaitan dengan perekonomian lokal adalah aktivitas yang memiliki kearifan lokal. Industri batik, jamu, dan rokok merupakan contoh dari kearifan lokal di mana memiliki keterkaitan yang erat dengan masyarakat lokal, bukan saja berbentuk keterkaitan ekonomi, melainkan juga keterkaitan budaya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar