SINAR HARAPAN,
31 Juli 2013
|
Belajar
dari pengalaman Deng Xiau Ping membangun China. Meskipun dia sudah menjadi
penguasa China, yang super maha kuasa di China, tetapi dia tidaklah berlaku
sombong kepada siapa pun, baik kepada para penguasa di bawahnya ataupun kepada
rakyat China yang dia pimpin. Bahkan, kepada pendahulunya, Mao Tse Dong, dia
berkata, “Misalkan ada 100 dosa Mao Tse
Dong, dan cuma 10 kebajikan atau pahalanya, maka kita ingatkan jasa dan
kebajikannya, dan maafkan, serta lupakan segala dosanya.” Hasil akhir yang
beliau peroleh, pemindahan kekuasaan di China berjalan dengan aman serta damai.
Lebih jauh beliau berujar, kalau ketua Mao berkata, “Setiap orang harus bekerja keras!” Saya juga begitu, setiap orang harus bekerja keras. Tetapi, kata beliau melanjutkan, "Ketua Mao berkata setiap orang akan mendapat atau menerima ganjarannya hanya untuk hidup saja.” Deng Xiao Ping berujar, pada kalimat kedua berbunyi, “Setiap orang mendapat sesuai dengan jerih payahnya.” Di dalam bahasa Inggris, Ketua Mao berkata, “From each according to his ability, to each according to his need!” Sementara itu, Deng Xiao Ping berujar, “From each to his ability, to each according to his deed!” Jadi Deng Xiao Ping hanya mengubah kata need menjadi deed; yakni hanya mengubah huruf En ke huruf De. Akibatnya, rakyat China jadi maruk bekerja karena dengan semakin banyak mereka bekerja, hal ini berarti akan semakin banyak pula penghasilannya.
Deng Xiao Ping juga tahu bahwa Singapura sudah maju pesat sekali. Oleh karena itu, Deng meminta Senior Menteri Lee Kwan Yu untuk menjadi penasihat beliau. Akibatnya dengan bantuan Lee Kwan Yu dibangunlah suatu kawasan kota industri, Kota Suzhou yang luas kawasannya adalah 1/3 dari luas negara Singapura. Kota Suzhou yang semula adalah dusun yang miskin, kumuh dan tidak asri, kemudian dengan bantuan Lee Kwan Yu, Suzhou telah berubah menjadi kota yang asri, cantik, dan modern.
Patutlah kita contoh sikap hidup Deng Xiao Ping yang menguasai negara terbesar penduduknya di dunia, 1.500 juta jiwa, dengan rendah hati dan tidak sombong, meminta Senior Menteri Lee Kwan Yu, yang luas negaranya, hanya seluas kota kecil di China, menjadi penasihat beliau. Kemudian akhirnya di China dibangunlah banyak kota industri mencontoh praktik pembangunan Kota Suzhou.
Akan halnya Indonesia, pada masa pemerintahan Gus Dur, beliau juga secara tidak sombong telah meminta Senior Menteri Lee Kwan Yu untuk menjadi penasihat beliau. Tetapi, pada waktu kemudian, ide ini kurang mendapat tanggapan yang positif dari berbagai pihak di Indonesia. Akibatnya, kita kehilangan momentum untuk membuat Indonesia melesat maju untuk menyamai China.
Sekadar kritik, kelihatannya kita selalu merasa diri kita lebih hebat dari Singapura. Kita katakan, negara kecil seperti itu, masak kita harus berguru kepada mereka. Berbeda sekali dengan Deng Xiao Ping yang rendah hati. Jadi, janganlah sekali-kali kita merasa hebat apalagi ditambah dengan sifat sombong, karena akibatnya kita bisa lupa diri. Kata para ulama, yang boleh sombong itu hanyalah Allah! ●
Lebih jauh beliau berujar, kalau ketua Mao berkata, “Setiap orang harus bekerja keras!” Saya juga begitu, setiap orang harus bekerja keras. Tetapi, kata beliau melanjutkan, "Ketua Mao berkata setiap orang akan mendapat atau menerima ganjarannya hanya untuk hidup saja.” Deng Xiao Ping berujar, pada kalimat kedua berbunyi, “Setiap orang mendapat sesuai dengan jerih payahnya.” Di dalam bahasa Inggris, Ketua Mao berkata, “From each according to his ability, to each according to his need!” Sementara itu, Deng Xiao Ping berujar, “From each to his ability, to each according to his deed!” Jadi Deng Xiao Ping hanya mengubah kata need menjadi deed; yakni hanya mengubah huruf En ke huruf De. Akibatnya, rakyat China jadi maruk bekerja karena dengan semakin banyak mereka bekerja, hal ini berarti akan semakin banyak pula penghasilannya.
Deng Xiao Ping juga tahu bahwa Singapura sudah maju pesat sekali. Oleh karena itu, Deng meminta Senior Menteri Lee Kwan Yu untuk menjadi penasihat beliau. Akibatnya dengan bantuan Lee Kwan Yu dibangunlah suatu kawasan kota industri, Kota Suzhou yang luas kawasannya adalah 1/3 dari luas negara Singapura. Kota Suzhou yang semula adalah dusun yang miskin, kumuh dan tidak asri, kemudian dengan bantuan Lee Kwan Yu, Suzhou telah berubah menjadi kota yang asri, cantik, dan modern.
Patutlah kita contoh sikap hidup Deng Xiao Ping yang menguasai negara terbesar penduduknya di dunia, 1.500 juta jiwa, dengan rendah hati dan tidak sombong, meminta Senior Menteri Lee Kwan Yu, yang luas negaranya, hanya seluas kota kecil di China, menjadi penasihat beliau. Kemudian akhirnya di China dibangunlah banyak kota industri mencontoh praktik pembangunan Kota Suzhou.
Akan halnya Indonesia, pada masa pemerintahan Gus Dur, beliau juga secara tidak sombong telah meminta Senior Menteri Lee Kwan Yu untuk menjadi penasihat beliau. Tetapi, pada waktu kemudian, ide ini kurang mendapat tanggapan yang positif dari berbagai pihak di Indonesia. Akibatnya, kita kehilangan momentum untuk membuat Indonesia melesat maju untuk menyamai China.
Sekadar kritik, kelihatannya kita selalu merasa diri kita lebih hebat dari Singapura. Kita katakan, negara kecil seperti itu, masak kita harus berguru kepada mereka. Berbeda sekali dengan Deng Xiao Ping yang rendah hati. Jadi, janganlah sekali-kali kita merasa hebat apalagi ditambah dengan sifat sombong, karena akibatnya kita bisa lupa diri. Kata para ulama, yang boleh sombong itu hanyalah Allah! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar