|
Pemilihan Gubernur Jatim akan
menentukan arah ke depan masyarakat Jatim untuk berkembang menjadi daerah maju
atau daerah tertingal.
Potensi Jatim luar biasa
membutuhkan gubernur yang mampu mengantar kepada keadaban Jatim menjadi
barometer pertumbuhan ekonomi dan budayanya. Rakyat cerdas akan memilih
pemimpin memiliki jiwa pelayanan publik bukan pemimpin bermental diler.
Orientasi pemimpin ke depan bisa
menawarkan keadaban publik. Keadaban publik bisa dicapai bila pemimpin memiliki
keutamaan publik. Pemimpin jiwa bersih dari money politic serta mempunyai visi
melayani rakyatnya.
Visi dijabarkan karya nyata lewat
kebijakan pembanguan bersendikan nilai-nilai kerakyatan. Orientasi pembangunan
membuat harkat dan martabat rakyat Jatim memiliki kemandirian segala bidang,
khususnya energi dan pangan.
Kesejahteran rakyat Jatim
tergantung pemimpin yang mampu menerjemahkan visi dalam program yang mengangkat
martabat masyarakat kecil. Orientasi pembangunan mengembalikan kembali martabat
kemanusian harus menjadi acuan. Persoalannya kita menghadapi kartel politik
yang berselingkuh pemodal hitam yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Dibutuhkan Pemimpin Jatim baru
yang memiliki arete. Pemimpin
memiliki arete mempunyai kemampuan leadership, dikombinasikan keberanian
dan kebijaksanaan dalam menghadapi mafia kartel yang menyetir kebijakan, yang
selama ini menguntungkan mereka dalam lingkaran kekuasan. Mereka selama ini
menikmati kue kekuasaan sedangkan rakyat hanya jadi tumbal kekuasan.
Belajar dari pengalaman masa lalu,
dibutuhkan kecerdasan rakyat menentukan pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki
spirit arete adalah mereka yang bisa mengombinasikan keberanian, kebajikan, dan
kemampuan dalam tata kelola pemerintahan untuk melayani rakyat dengan sikap
jujur dan tulus.
Sikap jujur dalam berkekuasaan
memang sering disebut sebagai sebuah kemustahilan. Tetapi dalam banyak fenomena
kekuasaan, masih ada orang baik dan jujur di tengah orang-orang yang munafik
dan serakah.
Jatim membutuhkan pemimpin yang
bisa merajut keanekaragaman budaya dan etnis. Pemimpin yang bisa memayungi yang
kaya dan melindungi serta mengangkat yang miskin. Kemiskinan yang merajalela di
berbagai pelosok desa harus menjadi perhatian khusus bagi pemimpin dengan
spirit arete ini.
Potensi
Ekonomi yang dimiliki Jatim akan
menjadi kekuatan serta modal bagi pembangunan yang berorientasi kesejahteran
masyarakat semesta, bukan kesejahteraan masyarakat golongan tertentu saja.
Sang pemimpin diharapkan bisa
membangkitkan kemandirian warga dan mengangkat martabatnya, bukan buta dengan
kondisi nyata masyarakatnya. Itu semua bisa dicapai bila sumber daya alam dan
ekonomi digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, bukan menjadi alat
bagi kaum kaya dan asing untuk memperkaya penguasa dan menginjak-injak harkat
dan martabat rakyat kecil.
Dunia kepolitikan kita dicerminkan
dengan moralitas politik yang berbeda antara apa yang ada dalam benak elite
sebagai sesuatu yang benar, dan di pikiran rakyat sebagai sesuatu yang melukai.
Jembatan untuk meraih dukungan
adalah menipu, yakni membenarkan apa saja yang dilakukan elite. Dengan kata
lain, publik “dipaksa” menerima segala sesuatu yang salah secara nurani dengan
permainan bahasa dan perilaku.
Persoalan Jatim yang begitu
kompleks membutuhkan calon gubernur yang tidak saja andal dalam hal
administrasi, melainkan gubernur yang memiliki visi membangun Jatim sebagai
wilayah yang manusiawi dan berbudaya. Pemimpin berkuasa untuk mengubah budaya
politik kejar setoran.
Politik yang memuluskan kaum kaya
untuk semakin memperkaya kekayaannya dan abai terhadap penderitaan rakyat
kecil. Orientasi politik demikian hanya akan membuat wajah kehidupan warga
Jatim semakin terpuruk.
Akhirnya, selamat berpesta
demokrasi. Seperti dalam novel Durga Umayi, jangan terkecoh oleh pemimpin licik
penuh tipu daya bermuka ganda, seolah membela kepentingan rakyat kecil, tapi di
baliknya ada keserakahan terkira untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya
dari kekuasaan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar