|
ADAKAH orang yang tak menginginkan yang terbaik dalam hidup
ini? Menjadi lebih baik adalah cita-cita semua orang. Realitasnya, hanya
beberapa menjadi yang terbaik, dan tidak sedikit yang keluar dari yang
direncanakan, menjadi tidak lebih baik. Banyak yang saat sekolah/kuliah kurang
atau tidak diperhitungkan, jadi bahan olok-olok, justru lebih sukses dibanding
yang selama sekolah punya prestasi belajar lebih baik.
Banyak pengusaha memulai usaha dengan modal terbatas tapi
kemudian sukses. Namun tak sedikit orang bermodal besar, tidak mampu
mengembangkannya, malah terlilit utang. Banyak dari kita tidak bisa menapaki
karier atau kehidupan yang lebih baik karena hanya berkutat dengan ide. Dalam
buku Midas Touch, Robert T Kiyosaki mengatakan bahwa bobot penting ide adalah
paling kecil.
Banyak pengusaha punya ide bagus untuk produk baru tapi ia
tidak menyadari dunia dipenuhi produk hebat, dan banyak di antaranya tak sampai
ke pasar. Kalau pun sampai, produknya cepat mati. Banyak ide atau gagasan hebat
lahir di dunia ini, yang kurang adalah orang yang bisa mewujudkannya.
Kebanyakan dari kita menghabiskan waktu mengasah ide, membicarakan konsep, tapi
sedikit yang berani ambil risiko, mengubah ide menjadi produk hebat.
Ide membangun Jakarta berwibawa dan manusiawi, nyaman dari
kemacetan, aman dari banjir dan membuat lebih ramah bagi pejalan kaki telah
lama disampaikan ke publik. Ide-ide tersebut menjadi blue print para perencana,
disosialisasikan ke publik tetapi pengimplementasiannya sulit terwujud, bahkan
dianggap mustahil.
Kini wajah Ibu Kota perlahan-lahan berubah, rumah-rumah
kumuh di sekitar Waduk Pluit sudah berkurang, berganti taman cantik dan menjadi
meeting point warga. Jalan di tengah Pasar Tanah Abang kini bisa dilalui hanya
dalam waktu 2 menit, sebelumnya perlu waktu lebih dari 1 jam karena di tengah
jalan dipenuhi PKL.
Kurang dari setahun memimpin DKI Jakarta, Gubernur Jokowi
membuktikan ucapannya. Bagi sebagian orang, membenahi dua tempat itu mungkin
dianggap hal kecil dibanding membangun monorel atau subway. Tetapi Jokowi
memilih menata dua tempat yang bersentuhan langsung dengan nasib dan rezeki banyak
orang. Jokowi adalah pemimpin yang dapat mewujudkan ide-ide, langkahnya
ringan karena tidak ada kepentingan yang membebani.
Apa yang kurang dari birokrasi DKI Jakarta? Dengan APBD
sangat besar (saat ini sekitar Rp 50 triliun), institusi-institusi pemprov
tidak pernah meminta bantuan anggaran ke pusat. Pejabat DKI Jakarta pun
mendapat remunerasi hampir sama besar dengan pejabat Kemenkeu. Menjadi pejabat
sekelas lurah saja, kesejahteraannya membuat iri pejabat sekelas di daerah
lain.
Kompetensi
Dengan kesejahteraan dan fasilitas lebih baik, aparatur DKI
Jakarta tentu memperoleh peluang lebih besar dalam meningkatkan kompetensinya.
Namun mereka perlu seorang Jokowi untuk mewujudkan gagasan-gagasannya. Jokowi
telah melakukannya dengan baik sebagai pemimpin yang tahu dan bisa menggali
kapasitas sumber daya di sekelilingnya untuk mencapai tujuan.
Saya teringat dengan doktrin yang diberikan dalam
pendidikan militer yang menyatakan ’’tak ada prajurit yang buruk, yang ada
adalah komandan yang buruk’’. Doktrin ini selalu diberikan dan diingatkan
kepada perwira yang mengikuti pendidikan militer karena mereka akan menjadi
komandan.
Mark Elliot Zuckerberg, keturunan Yahudi AS, adalah salah
satu dari tiga pendiri Facebook. Pemuda berusia 29 tahun bersama kawannya, Dustin
Moskovitz dan Chris Hughes, yang biasa mengotak-atik dan membongkar program,
telah menghasilkan Facebook yang digunakan lebih dari 200 juta orang. Hasil
pembongkarannya itu telah menghasilkan program baru yang lebih efektif, lebih
tajam, dan tentu lebih bermanfaat.
Jokowi melakukan hal yang sama dengan birokrasinya,
merombak garda terdepan yang melayani masyarakat, yaitu lurah dan camat. Tidak
ada birokrasi yang protes, bahkan yang menduduki jabatan sekalipun. Mereka
menerimanya dengan legawa karena itulah jiwa birokrasi melayani masyarakat dan
mengabdi pada pimpinan, siapa pun dan berasal dari mana pun.
Gubernur Ganjar Pranowo tidak ketinggalan. Dia bahkan lebih
berani, melelang jabatan sekretaris daerah provinsi. Jabatan tersebut
strategis, eselon 1b, satu-satunya di daerah dan orang yang menduduki jabatan
itu dianggap mendapat wahyu Allah Swt, orang Jawa bilang entuk pulung. Mereka
yang punya kesempatan, dekat dengan pimpinan, siap berbuat apa saja untuk
menjadi sekda provinsi karena jabatan itu adalah aset sangat bernilai.
Bila gagasan Ganjar melelang jabatan sekda provinsi
terlaksana secara kompetitif, orientasi kepemimpinan demi kepentingan rakyat
sudah mulai ia wujudkan. Dia tidak hanya mereformasi birokrasi tetapi
merevolusi. Para pejabat level bawah harus siap menghadapi iklim kompetisi yang
dalam lima tahun ke depan akan menjadi nuansa baru dalam karier birokrat.
Bagi birokrat profesional dan berdaya saing, ini momentum
yang tak boleh dilewatkan. Pada era industri, di mana semua produksi berjalan
dengan sistem, manusia tak begitu diperhatikan. Namun pada era informasi,
manusia adalah kunci. Tak salah kalau gubernur yang baru itu menata wilayah
kerjanya dengan mengawali menata manusia dan yang ditata adalah top level, yang mengarahkan birokrasi
untuk menggerakkan pembangunan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar