Perspektif
Pembangunan Pendidikan Nasional
Amich Alhumami ; Antropolog-Penekun
Kajian Pendidikan; Bekerja di Bappenas
|
MEDIA
INDONESIA, 05 November 2012
SEJARAH mencatat tekad utama para founding fathers ketika mengumandangkan proklamasi kemerdekaan
ialah mewujudkan cita-cita mulia dalam membangun negarabangsa, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, dan
melaksanakan ketertiban dunia sebagaimana tertuang di dalam Preambul UUD
1945.
Ikhtiar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menciptakan kesejahteraan umum dapat ditempuh antara lain melalui pendidikan,
yang di dalam konstitusi dinyatakan sebagai salah satu bentuk hak asasi
manusia yang harus dipenuhi negara. Di dalam UUD ditegaskan, setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan yang layak dan berkeadilan.
Pembangunan pendidikan nasional tidak dapat dilepaskan
dari perkembangan lingkungan strategis baik nasional maupun global. Juga,
pembangunan pendidikan harus diletakkan dalam konteks sosial-budayaekonomi-politik,
yang masingmasing memiliki persoalan dan tantangan tersendiri yang amat
kompleks.
Dengan kata lain, pembangunan pendidikan tidak cukup
berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) semata dalam rangka
menyiapkan tenaga-tenaga terdidik dan berkeahlian yang siap memasuki pasar
kerja.
Pembangunan pendidikan harus dilihat dalam perspektif pembangunan
manusia Indonesia secara utuh dan menyeluruh. Dalam hal ini, pembangunan
pendidikan harus berorientasi pada upaya menumbuhkembangkan segenap potensi
manusia yang dapat memberi manfaat baik individual maupun sosial sekaligus.
Pembangunan pendidikan nasional ialah suatu usaha yang
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju,
mandiri, dan modern. Pembangunan pendidikan merupakan bagian penting dari
upaya menyeluruh dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan harkat dan martabat
bangsa. Keberhasilan dalam membangun pendidikan akan memberikan kontribusi
besar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam konteks
demikian, pembangunan pendidikan mencakup berbagai dimensi yang sangat luas:
sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Dimensi Sosial dan Budaya
Dalam perspektif sosial, pendidikan akan melahirkan
insaninsan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses perubahan
sosial di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi determinan dalam mendorong
percepatan mobilitas masyarakat, yang mengarah ke pembentukan formasi sosial
baru. Formasi sosial baru itu terdiri dari lapisan masyarakat kelas menengah
terdidik, yang menjadi elemen penting dalam mengukuhkan daya rekat sosial
(social cohesion). Pendidikan yang melahirkan lapisan masyarakat terdidik itu
menjadi kekuatan perekat yang menautkan unit-unit sosial di dalam masyarakat:
keluarga, komunitas, perkumpulan masyarakat, dan organisasi sosial yang
kemudian menjelma dalam bentuk organisasi besar berupa lembaga negara. Dengan
demikian, pendidikan dapat memberikan sumbangan penting pada upaya
memantapkan integrasi sosial.
Dalam perspektif budaya, pendidikan juga merupakan wahana
penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma, menyosialisasi
nilai, dan menanamkan etos (pengetahuan, kemajuan, dan kerja kerja produktif
) di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk
memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan
jati diri bangsa.
Peran pendidikan bahkan menjadi lebih penting lagi ketika
arus globalisasi demikian kuat, yang membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya
yang acap kali bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian bangsa
Indonesia. Dalam konteks itu, pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk
membangun--meminjam istilah Emile Durkheim-kesadaran kolektif (collective
consciousness) sebagai warga bangsa dan mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan
tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku bangsa, dan agama sehingga dapat
memantapkan keutuhan nasional.
Pendidikan merupakan sarana strategis untuk mengukuhkan
kebudayaan sebuah bangsa. Melalui pendidikan, akar-akar kebudayaan masyarakat
diperkuat serta nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan ditransformasikan
antargenerasi. Proses transmisi kebudayaan di dalam masyarakat dapat
dilakukan dengan baik melalui pendidikan. Karena itu, pendidikan lazim pula dimaknai
sebagai strategi kebudayaan suatu bangsa. Tak mengherankan, bangsa-bangsa
dengan kebudayaan maju dan peradaban unggul niscaya memiliki basis pendidikan
yang baik, maju, dan unggul pula.
Dimensi Ekonomi dan Politik
Dalam perspektif ekonomi, pendidikan akan menghasilkan
manusia-manusia yang andal untuk menjadi subjek penggerak pembangunan ekonomi
nasional. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan
bermutu yang memiliki pengetahuan, yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi,
dan mempunyai keteram pilan teknis memadai.
Pendidikan juga harus dapat menghasil kan tenaga-tenaga
pro fesional yang memiliki kemampuan kewirausahaan, yang menjadi salah satu
pilar utama aktivitas perekonomian nasional. Peran pendi dikan sangatlah pen
ting dan strategis untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun
kemandirian bangsa, yang menjadi prasyarat mutlak da lam memasuki persaingan
antarbangsa di era global. Di era global sekarang ini, berbagai bangsa di
dunia telah mengembangkan knowledge-based economy (KBE), yang mensyaratkan
dukungan sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Karena itu, pendidikan mutlak diperlukan guna menopang
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan--education for the knowledge
economy (EKE). Dalam konteks itu, lembaga pendidikan harus pula berfungsi
sebagai pusat pene litian dan pengembangan (research and development) yang
menghasilkan produk-produk riset unggulan yang mendukung KBE. Ketersediaan
SDM bermutu yang menguasai iptek sangat menentukan kemampuan bangsa dalam
memasuki kompetensi global dan ekonomi pasar bebas yang menuntut daya saing
tinggi. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat mengantarkan bangsa
Indonesia meraih keunggulan dalam persaingan global.
Dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu
mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik (good
citizen), yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena itu, pendidikan harus dapat
melahirkan individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun kekuatan
bersama sebagai bangsa. Visi dan idealisme tersebut merujuk dan bersumber
pada paham ideologi nasional, yang dianut seluruh komponen bangsa.
Dalam jangka panjang, pendidikan niscaya akan melahirkan lapisan
masyarakat terpelajar yang kemudian membentuk critical mass, yang menjadi
elemen pokok dalam upaya membangun masyarakat madani. Dengan demikian,
pendidikan merupakan usaha besar untuk meletakkan landasan sosial yang kukuh
bagi terciptanya masyarakat demokratis, yang bertumpu pada golongan
masyarakat kelas menengah terdidik. Kelompok masyarakat kelas menengah itu
merupakan pilar utama civil society yang menjadi salah satu tiang penyangga
bagi upaya perwujudan pembangunan masyarakat demokratis.
Penggerak Perubahan
Dalam perspektif demikian, pendidikan dapat menjadi wahana
bagi proses transformasi sosial, yang menjadikan lembaga pendidikan sebagai
motor penggerak perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat maju.
Masyarakat maju selalu diikuti proses transformasi struktural, yang menandai
suatu perubahan dari masyarakat yang bertumpu pada pertanian menuju
masyarakat berbasis industri.
Di era global sekarang, transformasi itu berjalan dengan
sangat cepat yang kemudian mengantarkan pada masyarakat berpengetahuan
(knowledge society). Di dalam masyarakat berpengetahuan, peranan ilmu
pengetahuan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sangat dominan.
Dalam kehidupan yang maju dan modern, tantangan utama bagi masyarakat
Indonesia ialah kemampuan untuk memanfaatkan iptek yang mengalami
perkembangan pesat dan menjadi penggerak utama (prime mover) perubahan di
dalam masyarakat.
Dengan pemahaman demikian,
pendidikan diharapkan dapat mengantarkan Indonesia menuju bangsa maju yang
berkualitas, yang tecermin pada penguasaan iptek, kepribadian dengan landasan
moral dan etika yang kuat, serta kemampuan mengembangkan nilai-nilai estetika
untuk mencapai keunggulan bangsa di era global. Melalui pendidikan yang
berkualitas, akan tercipta kemandirian bangsa yang menjadi determinan untuk
dapat bersaing dalam kompetisi antarnegara dan mampu bertahan hidup dalam
sistem dunia yang bertumpu pada persaingan bebas. Tanpa kemandirian, sulit
bagi bangsa Indonesia untuk dapat bertahan dalam kehidupan global yang semakin
kompetitif. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar