Sabtu, 06 Juni 2015

Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Anjarwati  ;   Alumnus School of Environment-Griffith University, Australia;
Staf BLH Provinsi Jatim
JAWA POS, 05 Juni 2015


                                                                                                                                                           
                                                
TANGGAL 5 Juni merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day/WED). Kali pertama WED ditetapkan UNEP (United Nations Environment Programme), lembaga PBB yang berfokus pada program lingkungan hidup. WED ditetapkan kali pertama pada 1972 di hari pembukaan konferensi PBB bertajuk Human Environment. WED selanjutnya dijadikan sarana oleh PBB untuk memicu kepedulian dan aksi internasional di bidang lingkungan hidup.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH, sekarang KLHK) juga selalu memperingati Hari Lingkungan Hidup dengan mengadakan Pekan Lingkungan Hidup Indonesia yang biasanya diisi dengan pameran, seminar, berbagai perlombaan, dan sebagainya. Pertanyaannya, apakah yang sudah kita lakukan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup di bumi ini? Apakah dengan mengikuti berbagai pameran, seminar, ataupun perlombaan tersebut, kita sudah bisa bermanfaat bagi lingkungan hidup? Mari bersama-sama kita pahami tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia untuk berbuat secara nyata bagi lingkungan hidup kita.

Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2015 adalah Seven Billion Dreams-One Planet-Consume with Care. Melalui tema itu UNEP ingin mengingatkan masyarakat dunia akan pentingnya membatasi konsumsi demi menjaga kelestarian sumber daya alam (SDA) dari planet yang bernama bumi.

Akhir-akhir ini, berbagai bukti mengarah pada suatu kesimpulan bahwa penduduk bumi telah memanfaatkan SDA secara tak terkendali sehingga konsumsi SDA oleh manusia melebihi kemampuan alam untuk memproduksinya.
Karena itu, tema WED mencoba mengingatkan penduduk dunia untuk memperhatikan pola hidupnya, pola konsumsinya. Sebagaimana Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa bumi bisa menyediakan kecukupan bagi kebutuhan hidup setiap manusia, tetapi tidak bagi keserakahan setiap manusia. .

Kecenderungan manusia untuk mengonsumsi secara berlebih-lebihan bisa jadi terkait dengan mindset manusia akan arti kemakmuran (prosperity). Menjadi makmur mungkin merupakan tujuan setiap manusia. Kemakmuran pada umumnya diartikan sebagai suatu strata ketika seseorang bisa mencapai kesuksesan materi dan kesejahteraan serta kekayaan yang melimpah. Dengan demikian, tidak heran jika kemudian manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya serta menggunakan kekayaannya untuk memuaskan dirinya.

Tidak ada batasan berapa jumlah rumah, berapa luas tanah, berapa jumlah mobil, ataupun berapa jumlah perhiasan yang bisa dimiliki setiap orang. Manusia bebas untuk membeli apa pun yang dia inginkan asalkan mereka memiliki uang. Uang menjadi penentu berapa jumlah SDA yang dapat mereka beli.
Hingga Bunda Teresa pernah berkata, ”Pasti ada suatu alasan mengapa sebagian orang bisa hidup layak. Mereka pasti bekerja untuk bisa mendapatkannya. Saya hanya merasa marah jika melihat manusia membuang-buang benda yang masih dapat kita gunakan.”

Demikianlah, seseorang memang bebas untuk membeli apa pun yang dikehendaki. Namun, hendaknya dia juga menyadari bahwa SDA ini bukanlah milik pribadi. Bukan milik orang-orang yang memiliki uang saja. SDA ini milik bersama, yang disediakan Tuhan untuk seluruh umat manusia.

Menyadari pentingnya mindset tentang arti dari kemakmuran, pada 2007 Ziauddin Sardar mengemukakan pendapatnya tentang definisi kemakmuran dalam seminar internasional bertajuk Visions of Prosperity (Visi-Visi Kemakmuran). Dia berpendapat bahwa kehidupan yang baik dari manusia yang baik hanya dapat diwujudkan di dalam masyarakat yang baik pula. Karena itu, kemakmuran hanya akan dapat diwujudkan jika di dalamnya memuat kewajiban dan tanggung jawab kepada manusia lain, dan tentunya juga kepada seluruh alam serta dunia sosial.

Dengan kata lain, seseorang tidak bisa makmur sendirian. Seorang hanya bisa makmur jika masyarakat di sekitarnya juga makmur. Dengan demikian, dia juga mempunyai tanggung jawab moral untuk memakmurkan manusia lain di sekitarnya serta berbuat baik kepada lingkungan hidupnya.

Lalu apa yang harus dilakukan untuk menjamin bahwa generasi mendatang juga akan mendapatkan kemakmuran sebagaimana yang dapat dinikmati generasi saat ini? Goodland (1995) mengungkapkan bahwa untuk mencapai lingkungan yang berkelanjutan, manusia harus terbiasa hidup dengan keterbatasan biofisik lingkungan. Sebab, harus ada keseimbangan antara jumlah natural capital yang diproduksi dengan yang dikonsumsi.

Karena itu, manusia tidak seharusnya menggunakan natural capital melebihi jumlah yang bisa diproduksi alam. Karena itu, natural capital harus cukup untuk semua generasi di muka bumi sehingga manusia tidak seharusnya menggunakan SDA tanpa memperhatikan kebutuhan dari generasi di masa mendatang.

Mencermati hal tersebut di atas, sangatlah mendesak bagi kita semua, para penghuni planet bumi, melaksanakan pesan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tersebut. Kepada yang cenderung berperilaku konsumtif, mari ubah pola hidup kita, mari bergaya hidup sederhana. Sebab, dengan bergaya hidup sederhana, kita bisa menghemat penggunaan SDA dan kita menjadi lebih bisa berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Mari raih kemakmuran bersama, kemakmuran kita, kemakmuran masyarakat di sekitar kita, dan kemakmuran generasi sesudah kita.

Selamat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Salam lestari!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar