Jumat, 26 Juni 2015

Ahli Sabar

Ahli Sabar
  Iwel Sastra  ;   Comedian
KORAN TEMPO, 22 Juni 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Saat merayakan ulang tahun pernikahan, seorang suami memberikan pujian kepada istrinya yang selama sepuluh tahun mendampinginya dengan sabar. Istrinya tidak pernah membalas saat  dimarahi dan dibentak. Sang suami penasaran dan bertanya apa rahasia yang membuat istrinya begitu sangat sabar menghadapi dirinya ketika sedang marah. Sambil tersenyum, sang istri mengatakan yang dilakukannya adalah menarik napas sambil membersihkan sepatu. Suami menyimpulkan bahwa membersihkan sepatu adalah terapi kesabaran istrinya. Dengan tenang, istrinya menjelaskan, "Iya, aku bersihkan sepatu dengan menggunakan sikat gigi kamu."

Saya mengutip anekdot di atas dari Internet untuk menggambarkan bahwa tidak mudah menjalani sabar dengan ikhlas. Istri yang terkesan sangat sabar ternyata diam-diam dengan sabar melakukan aksi balas dendam. Berhubung bulan Ramadan, saya tertarik menulis tentang sabar. Saya harus menulis tentang sabar ini dengan sabar supaya saya bisa menjelaskan dengan baik makna sabar. Saya pernah mencoba mencari tahu makna sabar dan menemukan banyak sekali definisi tentang makna sabar. Saya pun mencoba memahami satu per satu dengan sabar.

Dari semua makna sabar yang pernah saya pelajari, maka saya mengambil kesimpulan bahwa sabar terdiri atas dua hal. Pertama, berhubungan dengan emosi, seperti menahan marah, tidak cepat galau ataupun putus asa, dan hal lain yang berhubungan dengan emosi. Kedua, berhubungan dengan perilaku seperti tidak tergesa-gesa, grasa-grusu, dan semua perilaku yang dilakukan dengan tenang. Jika Anda tidak setuju dengan kesimpulan saya ini, sebaiknya jangan marah, tolong sikapi saja dengan sabar, he-he-he.

Selama bulan Ramadan kita sering kali mendengar ucapan puasa melatih kesabaran. Melatih berasal dari kata latih yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu atau berbuat agar menjadi biasa. Istilah melatih kesabaran ini menekankan bahwa sabar bukanlah sikap yang mudah, sehingga perlu dilatih. Sabar memiliki banyak sekali manfaat, termasuk untuk kesuksesan dalam karier. Sejarah menunjukkan manusia-manusia yang sukses adalah manusia yang sabar. Contoh klasik yang sering diceritakan para motivator adalah Thomas Alfa Edison. Andai dia tidak sabar menghadapi kegagalan-kegagalan percobaannya, dia tidak akan pernah tercatat dalam sejarah dunia sebagai penemu lampu pijar.

Bagi saya, Ramadan bukan lagi sekadar melatih kesabaran, melainkan merupakan pusat pelatihan agar kita semakin menjadi ahli sabar. Saat ini, dalam kehidupan sehari-hari di luar Ramadan, mau tak mau kita harus banyak bersabar. Di jalan terjebak macet harus sabar, harga barang-barang naik harus sabar, bahkan kita harus bersabar menghadapi orang yang tidak sabar seperti memotong antrean.

Memaknai sabar tentu dengan cara yang benar. Jangan seperti anekdot yang menceritakan seorang petinju yang ketika bertanding dipukul terus-menerus oleh lawannya, namun dia tidak pernah membalas sama sekali. Saat istirahat, pelatih menegur petinju tersebut sambil bertanya kenapa dipukul tidak membalas. Dengan tenang, petinju ini berkata, "Sabar, Pelatih, sabar! Biar Tuhan yang balas."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar