Ahli
Sabar
Iwel Sastra
;
Comedian
|
KORAN
TEMPO, 22 Juni 2015
Saat merayakan ulang tahun pernikahan, seorang suami memberikan
pujian kepada istrinya yang selama sepuluh tahun mendampinginya dengan sabar.
Istrinya tidak pernah membalas saat
dimarahi dan dibentak. Sang suami penasaran dan bertanya apa rahasia
yang membuat istrinya begitu sangat sabar menghadapi dirinya ketika sedang
marah. Sambil tersenyum, sang istri mengatakan yang dilakukannya adalah
menarik napas sambil membersihkan sepatu. Suami menyimpulkan bahwa
membersihkan sepatu adalah terapi kesabaran istrinya. Dengan tenang, istrinya
menjelaskan, "Iya, aku bersihkan sepatu dengan menggunakan sikat gigi
kamu."
Saya mengutip anekdot di atas dari Internet untuk menggambarkan
bahwa tidak mudah menjalani sabar dengan ikhlas. Istri yang terkesan sangat
sabar ternyata diam-diam dengan sabar melakukan aksi balas dendam. Berhubung
bulan Ramadan, saya tertarik menulis tentang sabar. Saya harus menulis
tentang sabar ini dengan sabar supaya saya bisa menjelaskan dengan baik makna
sabar. Saya pernah mencoba mencari tahu makna sabar dan menemukan banyak
sekali definisi tentang makna sabar. Saya pun mencoba memahami satu per satu
dengan sabar.
Dari semua makna sabar yang pernah saya pelajari, maka saya
mengambil kesimpulan bahwa sabar terdiri atas dua hal. Pertama, berhubungan
dengan emosi, seperti menahan marah, tidak cepat galau ataupun putus asa, dan
hal lain yang berhubungan dengan emosi. Kedua, berhubungan dengan perilaku
seperti tidak tergesa-gesa, grasa-grusu, dan semua perilaku yang dilakukan
dengan tenang. Jika Anda tidak setuju dengan kesimpulan saya ini, sebaiknya
jangan marah, tolong sikapi saja dengan sabar, he-he-he.
Selama bulan Ramadan kita sering kali mendengar ucapan puasa
melatih kesabaran. Melatih berasal dari kata latih yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat)
melakukan sesuatu atau berbuat agar menjadi biasa. Istilah melatih kesabaran
ini menekankan bahwa sabar bukanlah sikap yang mudah, sehingga perlu dilatih.
Sabar memiliki banyak sekali manfaat, termasuk untuk kesuksesan dalam karier.
Sejarah menunjukkan manusia-manusia yang sukses adalah manusia yang sabar.
Contoh klasik yang sering diceritakan para motivator adalah Thomas Alfa
Edison. Andai dia tidak sabar menghadapi kegagalan-kegagalan percobaannya,
dia tidak akan pernah tercatat dalam sejarah dunia sebagai penemu lampu
pijar.
Bagi saya, Ramadan bukan lagi sekadar melatih kesabaran,
melainkan merupakan pusat pelatihan agar kita semakin menjadi ahli sabar.
Saat ini, dalam kehidupan sehari-hari di luar Ramadan, mau tak mau kita harus
banyak bersabar. Di jalan terjebak macet harus sabar, harga barang-barang
naik harus sabar, bahkan kita harus bersabar menghadapi orang yang tidak
sabar seperti memotong antrean.
Memaknai sabar tentu dengan cara yang benar. Jangan seperti
anekdot yang menceritakan seorang petinju yang ketika bertanding dipukul
terus-menerus oleh lawannya, namun dia tidak pernah membalas sama sekali.
Saat istirahat, pelatih menegur petinju tersebut sambil bertanya kenapa dipukul
tidak membalas. Dengan tenang, petinju ini berkata, "Sabar, Pelatih,
sabar! Biar Tuhan yang balas." ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar