Penularan MERS
Tjandra Yoga Aditama, ; Anggota Who Emergency Committe On MERS-COV
|
KORAN TEMPO, 25 Juni 2015
Penyebaran Middle East
respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) di Korea Selatan yang sudah
menembus angka psikologis 10 persen mengagetkan kita semua. Kasus MERS-CoV
yang kini sudah menjangkau Malaysia, Filipina, dan Thailand ini tentu saja
punya potensi menyebar.
Terus terang, cukup
banyak yang belum diketahui para ahli tentang penyakit yang dijumpai pada
2012 ini. Tapi, ada banyak pelajaran dari penyebaran penyakit di Korea, di
mana pasien terinfeksi dalam perjalanannya ke Bahrain, Qatar, UAE, dan Arab
Saudi. Belum diketahui di mana dia tertular, dan dari siapa-atau apa-tapi
kenyataan bahwa dia tertular di jazirah Arab harus menjadi perhatian khusus
bagi yang akan bepergian ke sana-termasuk gelombang besar jemaah umrah
Ramadan yang akan segera berangkat.
MERS-CoV sudah
melewati tiga musim haji, 2012-2014, di mana jutaan jemaah dari seluruh dunia
berkumpul di Arab Saudi. Namun sampai sekarang tidak ada kasus yang berarti
pada saat ibadah haji berlangsung. Ya, MERS-CoV sebenarnya tidak juga terlalu
mudah menular.
Para ahli juga menduga
kuat bahwa unta merupakan binatang penular MERS-CoV. Cukup banyak pasien
MERS-CoV yang jatuh sakit setelah melakukan kontak atau meminum susu unta
mentah-salah satunya pasien warga Malaysia. Tapi, warga Korea Selatan yang
membawa MERS ke negaranya itu tidak bersentuhan dengan unta sama sekali.
Para ahli belum bisa
menjelaskan ini semua, yang jelas, warga kita sebaiknya waspada dan
hati-hati. Anjuran mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama
setidaknya 20 detik harus dijalankan, makin sering makin baik. Demikian juga
kegiatan pola hidup sehat lainnya, serta jangan melakukan kontak dengan unta.
Wabah MERS yang
sekarang melanda Korea Selatan terjadi akibat penularan di rumah sakit.
Pemerintah setempat sudah mengumumkan daftar 24 rumah sakit yang pernah
merawat pasien MERS di negara tersebut. Kasus pertama Korea Selatan,
misalnya, pasien pernah berobat ke RS St. Mary di sebelah selatan Seoul.
Pasien itu batuk-batuk. Akibatnya, tertularlah 37 pasien/pengunjung RS St.
Mary. Salah satu dari 37 pasien itu belakangan masuk Instalasi Gawat Darurat
RS Samsung di Seoul, dan selama di rumah sakit itu pasien ini menulari MERS
ke 35 orang lainnya.
Penyebaran ini agak
mirip dengan kejadian "super-spreader" (satu orang menulari
penyakit pada puluhan orang) pada wabah severe acute respiratory syndrome
(SARS) pada 2003, walau satu penderita SARS bisa menulari lebih dari 50
orang. Perlu diteliti apakah penularan terjadi secara langsung, atau melalui
lingkungan, dan lamanya kontak antara penular dan tertular. Yang jelas, WNI
yang kebetulan akan ke Korea Selatan harus menghindari berkunjung ke RS yang
pernah/sedang merawat pasien MERS.
Yang paling
dikhawatirkan atas suatu wabah seperti MERS ini adalah kalau sudah terjadi
penularan berkelanjutan di masyarakat, community sustained transmission. Jika
pasien A menularkan ke pasien B, B menularkan ke C, dan C ke D, sedangkan
pasien D tidak pernah berkontak/bertemu dengan pasien B, pasien C tidak
pernah bertemu dengan pasien A, masyarakat dunia harus siap menghadapi
pandemi. Kita di Indonesia tentu harus terus waspada, namun wabah dan pandemi
akan punya dampak amat luas di bidang sosial, ekonomi, dan politik, bukan
kesehatan semata! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar