Jumat, 26 Juni 2015

Penularan MERS

Penularan MERS

  Tjandra Yoga Aditama,  ;   Anggota Who Emergency Committe On MERS-COV
KORAN TEMPO, 25 Juni 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Penyebaran Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) di Korea Selatan yang sudah menembus angka psikologis 10 persen mengagetkan kita semua. Kasus MERS-CoV yang kini sudah menjangkau Malaysia, Filipina, dan Thailand ini tentu saja punya potensi menyebar.

Terus terang, cukup banyak yang belum diketahui para ahli tentang penyakit yang dijumpai pada 2012 ini. Tapi, ada banyak pelajaran dari penyebaran penyakit di Korea, di mana pasien terinfeksi dalam perjalanannya ke Bahrain, Qatar, UAE, dan Arab Saudi. Belum diketahui di mana dia tertular, dan dari siapa-atau apa-tapi kenyataan bahwa dia tertular di jazirah Arab harus menjadi perhatian khusus bagi yang akan bepergian ke sana-termasuk gelombang besar jemaah umrah Ramadan yang akan segera berangkat.

MERS-CoV sudah melewati tiga musim haji, 2012-2014, di mana jutaan jemaah dari seluruh dunia berkumpul di Arab Saudi. Namun sampai sekarang tidak ada kasus yang berarti pada saat ibadah haji berlangsung. Ya, MERS-CoV sebenarnya tidak juga terlalu mudah menular.

Para ahli juga menduga kuat bahwa unta merupakan binatang penular MERS-CoV. Cukup banyak pasien MERS-CoV yang jatuh sakit setelah melakukan kontak atau meminum susu unta mentah-salah satunya pasien warga Malaysia. Tapi, warga Korea Selatan yang membawa MERS ke negaranya itu tidak bersentuhan dengan unta sama sekali.

Para ahli belum bisa menjelaskan ini semua, yang jelas, warga kita sebaiknya waspada dan hati-hati. Anjuran mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama setidaknya 20 detik harus dijalankan, makin sering makin baik. Demikian juga kegiatan pola hidup sehat lainnya, serta jangan melakukan kontak dengan unta.

Wabah MERS yang sekarang melanda Korea Selatan terjadi akibat penularan di rumah sakit. Pemerintah setempat sudah mengumumkan daftar 24 rumah sakit yang pernah merawat pasien MERS di negara tersebut. Kasus pertama Korea Selatan, misalnya, pasien pernah berobat ke RS St. Mary di sebelah selatan Seoul. Pasien itu batuk-batuk. Akibatnya, tertularlah 37 pasien/pengunjung RS St. Mary. Salah satu dari 37 pasien itu belakangan masuk Instalasi Gawat Darurat RS Samsung di Seoul, dan selama di rumah sakit itu pasien ini menulari MERS ke 35 orang lainnya.

Penyebaran ini agak mirip dengan kejadian "super-spreader" (satu orang menulari penyakit pada puluhan orang) pada wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada 2003, walau satu penderita SARS bisa menulari lebih dari 50 orang. Perlu diteliti apakah penularan terjadi secara langsung, atau melalui lingkungan, dan lamanya kontak antara penular dan tertular. Yang jelas, WNI yang kebetulan akan ke Korea Selatan harus menghindari berkunjung ke RS yang pernah/sedang merawat pasien MERS.

Yang paling dikhawatirkan atas suatu wabah seperti MERS ini adalah kalau sudah terjadi penularan berkelanjutan di masyarakat, community sustained transmission. Jika pasien A menularkan ke pasien B, B menularkan ke C, dan C ke D, sedangkan pasien D tidak pernah berkontak/bertemu dengan pasien B, pasien C tidak pernah bertemu dengan pasien A, masyarakat dunia harus siap menghadapi pandemi. Kita di Indonesia tentu harus terus waspada, namun wabah dan pandemi akan punya dampak amat luas di bidang sosial, ekonomi, dan politik, bukan kesehatan semata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar