Energi Nuklir dan Mudaratnya
Erman Rajagukguk ; Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Indonesia
|
KOMPAS, 24 Juni 2015
Total kebutuhan energi
nasional mencapai 60.000 megawatt. Nuklir pun dilirik untuk dijadikan sumber
energi alternatif guna memenuhi kekurangan energi sebesar 25.000 MW.
Keinginan itu
disuarakan kembali, baru-baru ini, oleh Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. Presiden Joko Widodo dikabarkan tinggal
memberi restu pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Apakah memang harus
PLTN? Untuk Indonesia, sebaiknya rencana ini dibatalkan karena lebih besar
mudaratnya daripada manfaatnya. Negeri ini masih mempunyai sumber energi
lain, dan Indonesia masih menghadapi kesulitan ekonomi.
Bocornya reaktor
nuklir bukan tidak mungkin, walaupun reaktor tersebut mendapatkan ketelitian
dan pengamanan yang ketat. Bocornya reaktor nuklir terjadi di beberapa
negara, seperti Three Mile Island (Harrisburg, Pennsylvania) Amerika Serikat,
Rusia, dan Jepang.
Sewaktu reaktor atom
Chernobyl, Rusia, bocor, warga Washington State (Negara Bagian AS di Pacific
Norwest) khawatir sekali. Saya yang pada waktu itu sedang melanjutkan studi
di Universitas Washington merasakan bagaimana warga Seattle menghadapi
kebocoran Chernobyl pada tahun 1986. Mereka khawatir akan turun hujan karena
angin dari Rusia bertiup sampai ke Seattle.
Masyarakat
diperingatkan jangan meminum air leding karena kemungkinan terkena radiasi
(di AS air leding bisa langsung diminum), jangan makan sayur-sayuran,
buah-buahan, dan daging ternak karena kemungkinan ada radiasi akibat turun
hujan (Seattle kota hujan). Ternak dikhawatirkan memakan rumput dan
daun-daunan yang terkena air hujan.
Bencana Chernobyl
adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Partikel radioaktif
dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di kawasan Uni Soviet bagian barat
dan Eropa. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan.
Akibat bocornya
reaktor nuklir Fukushima di Jepang pada 2011, yang disebabkan gempa dan
tsunami, rakyat Jepang menjadi gelisah. Tingkat radiasi di tangki yang
menyimpan air yang terkontaminasi meningkat 18 kali lipat dan bisa
menyebabkan kematian bagi seseorang setelah empat jam.
Australia pernah
khawatir kalau Indonesia membangun reaktor nuklir di daerah Gunung Muria.
Anginnya akan sampai ke Australia dan bisa turun hujan di sana yang dapat
membawa radiasi nuklir.
Indonesia masih kaya
sumber energi lain. Sebutlah, seperti tenaga surya (matahari), panas bumi
(geotermal), air terjun, angin, dan ombak.
Masih banyak pilihan
Pemerintah diberitakan
segera melakukan lelang pengadaan infrastruktur pembangunan pembangkit
listrik tenaga surya (matahari) tahun ini di beberapa kota besar, seperti
Jakarta, Surabaya, kota besar di Aceh dan Bali. Pembangunan itu bukan di atas
tanah, tetapi dipasang di atap sejumlah gedung instansi pemerintah. Hal ini
sudah dipraktikkan di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke,
Papua (Kompas, 8 Juni 2015).
Indonesia yang banyak
gunung berapi diperkirakan mempunyai sumber energi tenaga panas bumi
(geotermal) yang melimpah. Dengan bantuan pemerintah Perancis dan Selandia
Baru, Direktorat Vulkanologi, dan Pertamina melakukan survei pendahuluan.
Hasilnya, terdapat 217 titik prospek panas bumi di sepanjang jalur vulkanik mulai
dari bagian barat Sumatera terus ke pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan
kemudian membelok ke daerah utara melalui Maluku dan Sulawesi.
Secara keseluruhan
jumlahnya mencapai 255, yaitu 84 di Sumatera, 76 di Jawa, 51 di Sulawesi, 21
di Nusa Tenggara, 3 di Papua, 15 di Maluku, dan 5 di Kalimantan. Sistem panas
bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai
terperatur tinggi >225o C (Nenny Saptadji-ITB).
Negeri Belanda
menggunakan tenaga angin untuk pembangkit listrik. Jika Anda berada di gedung
bertingkat lima, di mana-mana terlihat kincir angin pembangkit listrik di
daerah itu. Indonesia juga tidak kekurangan tenaga angin, terutama di daerah
pantai selatan Sumatera, Jawa sampai pantai selatan Papua.
Penting bagi
Indonesia, negara berpenduduk terbesar keempat dunia, untuk tetap konsisten
kepada Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir.
Jika Sonny Keraf
mengatakan PLTN adalah pilihan terakhir bagi Indonesia (Kompas, 13 Juni 2015), saya sebaliknya, malah menolaknya sama
sekali mengingat akibat yang timbul dari bocornya PLTN. Kita masih mempunyai
berlimpah-limpah tenaga surya (matahari), panas bumi (geotermal), angin, dan
ombak. Hukum di samping menciptakan
keadilan juga berfungsi memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Teknologi
nuklir yang bisa menimbulkan radiasi mengakibatkan kesengsaraan, bertentangan
dengan tujuan hukum. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar