Membangun
untuk Rakyat
Haryono Suyono ; Mantan Menko
Kesra dan Taskin
|
SUARA
KARYA, 15 Desember 2012
Minggu lalu, di
Kompleks Angkasa Pura, Kemayoran, Jakarta Pusat, berlangsung dies natalis (HUT
ke-19) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Dies natalis
perguruan tinggi yang didirikan untuk melestarikan gagasan Ki Hadjar
Dewantara itu dipimpin oleh Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta, Ki Drs H Pardimin, MPd, serta Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Tamansiswa Jakarta, Ir Riyanto Susilo, MSi.
Hadir dalam
kesempatan itu Ketua Majelis Luhur Tamansiswa Ki Prof Dr Sri Edi Swasono dan
Sekretaris Ki Drs Saur Panjaitan, MM. Acara itu dikaitkan dengan upacara
pelepasan sarjana ekonomi lulusan 2012.
Upacara
sederhana yang anggun dan terkesan sakral itu dipadati undangan pejabat
struktural pengurus Yayasan dan Perguruan Tinggi Tamansiswa, kepala SMA, dan
orangtua bersama para wisudawan yang berpakaian kehormatan kesarjanaan idaman
mereka. Dengan wajah ceria, para wisudawan duduk rapi setelah berjuang selama
bertahun-tahun dan akan segera berakhir dengan diraihnya gelar dan tanda
kesarjanaan yang dapat digunakan untuk menyongsong masa depan yang lebih
sejahtera.
Ketua Majelis
Luhur Tamansiswa, Ki Prof Dr Sri Edi Swasono, mengungkapkan keinginan agar
bangsa Indonesia menjadi tuan rumah dan mampu mengendalikan ekonomi bangsa.
Seluruh lulusan didorong untuk memiliki semangat perjuangan tidak kenal lelah
dalam menggapai cita-cita masa depan. Khususnya, dalam berjuang mengembangkan
ekonomi kerakyatan untuk menempatkan penduduk pribumi sebagai tuan rumah yang
berwibawa dalam membangun kekuatan ekonomi bangsa.
Biarpun
disampaikan secara berseloroh, tetapi Prof Sri Edi Swasono secara serius
menyatakan bahwa Gubernur Jokowi boleh saja membangun mal bertingkat delapan,
asalkan dua tingkat yang pertama diperuntukkan bagi usaha ekonomi rakyat.
Sebab, usaha rakyat itu juga memerlukan tempat pemasaran yang terhormat dan
menarik pembeli.
Dengan hantaran
pidato yang gegap gempita, saya, sebagai Ketua Yayasan Damandiri yang selama
beberapa tahun terakhir melaksanakan amanat almarhum Bapak HM Soeharto agar
mengangkat mutu dan derajat perguruan tinggi Tamansiswa, mengajak para dosen
dan lulusan untuk mempelajari secara saksama warisan falsafah, budaya, dan
cita-cita Ki Hadjar Dewantara.
Warisan
dimaksud yakni ajaran yang berpihak kepada rakyat banyak dengan membangun
sistem pendidikan dan pengajaran yang bersifat pamong. Dasarnya adalah saling
membantu dengan penuh kasih sayang, membangun kebersamaan dalam pengembangan
Super Team-8 bukan Superman, dengan menjadikannya sebagai pedoman dalam
mendidik para mahasiswa. Sekaligus, sebagai falsafah dan budaya lulusan dalam
menjalani khidupan yang lebih baik.
Untuk itu,
perguruan tinggi Tamansiswa bersama semua dosen, melalui sistem pendidikan
dan pengajaran "sistem pamong", perlu menjadikan perguruan tinggi
yang berkarakter, unggul, dan mandiri. Hal ini dirasa penting agar
keberadaannya menjadi suri teladan bagi mahasiswa yang dihasilkan sesuai
falsafah Ki Hadjar Dewantara: siap menjadi pelopor dalam masyarakat luas.
Ajaran ing
ngarso sun tulodo adalah ajakan untuk berani menjadi entrepreneur, seperti
mengubah sampah menjadi berkah. Karena cita-cita Ki Hadjar adalah ingin
mengembangkan supertim, maka setiap lulusan yang berhasil harus mampu
mengemong adik dan rekannya dengan siap mundur setapak menjadi pendukung
dalam sikap ing madyo nangun karso.
Selamat dies natalis dan maju
terus. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar