Saatnya
Melakukan Aksi Kemanusiaan
Biyanto ; Dosen UIN Sunan Ampel,
Ketua Majelis Dikdasmen PW Muhammadiyah Jatim
|
JAWA
POS, 17 Januari 2014
BENCANA berupa banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan
letusan gunung merapi, tampaknya, tidak pernah berhenti melanda negeri ini.
Setelah Jakarta direndam banjir hebat selama beberapa hari, kini banjir
bandang menerjang Manado, Sulawesi Utara. Jangan lupakan pula musibah erupsi
Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara.
Terkesan ada diskriminasi penanganan terhadap bencana di daerah jika dibanding dengan yang terjadi di Jakarta. Pemerintah pusat terlihat tidak cepat tanggap terhadap bencana di daerah tanah air. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan erupsi Gunung Sinabung bukan bencana nasional. Bahkan, Presiden SBY belum turun langsung untuk menengok penderitaan rakyat di sekitar Gunung Sinabung (kolom Jati Diri koran ini edisi 16 Januari 2014). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan bahwa masih ada 21 di antara total 68 gunung berapi yang tersebar di Nusantara yang sangat berpotensi menghadirkan bencana. Beberapa daerah juga diindikasi rawan gempa. Berarti, bencana alam masih berpotensi terjadi di sejumlah daerah. Pada konteks inilah komitmen kita terhadap nilai-nilai kemanusiaan dipertaruhkan. Tetapi, jika merujuk pada kejadian sebelumnya, sebagai bangsa, kita layak berbangga. Sebab, nilai-nilai kegotongroyongan, kebersamaan, kedermawanan, dan empati sosial masih tetap terjaga. Tengoklah komitmen kemanusiaan saudara kita ketika terjadi musibah tsunami (Aceh dan Mentawai); gempa bumi di Bantul (Jogjakarta); banjir bandang di Wasior, Manokwari, (Papua Barat); serta letusan gunung merapi di Sleman (Jogjakarta). Seluruh elemen masyarakat seperti tanpa dikomando melakukan aksi kemanusiaan. Dengan tanpa pamrih mereka menyumbangkan apa pun yang dimiliki untuk meringankan saudaranya yang tertimpa musibah. Kita juga menyaksikan relawan dari berbagai kelompok anak muda berada di jalanan untuk mengumpulkan sumbangan dari pengguna jalan. Reaksi spontan dan tulus dari berbagai elemen masyarakat itu menunjukkan betapa budaya gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa tidak tergerus zaman. Beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam dan luar negeri, organisasi sosial keagamaan, dan relawan kampus pun tidak mau tertinggal. Mereka bahu-membahu melakukan aksi-aksi kemanusiaan. Selain menghimpun bantuan, mereka mendistribusikan berbagai kebutuhan korban bencana. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bencana alam merupakan tragedi kemanusiaan. Karena itu, dibutuhkan tindakan yang cepat dan nyata. Misalnya, turun langsung dan memobilisasi sumber daya untuk membantu mereka yang terkena musibah. Masyarakat di lokasi bencana jelas sangat membutuhkan bantuan. Untuk sementara biarkanlah elite politik menjadikan bencana alam sebagai alat mengkritisi kebijakan pemerintah dan meraih simpati masyarakat. Biarkan juga para ahli agama dengan logika teologisnya berusaha mengaitkan bencana alam dengan perbuatan manusia. Begitu juga ahli ilmu alam yang meneliti faktor pemicu terjadinya bencana. Semua itu jelas penting agar kita mampu melakukan koreksi total dalam menjalani kehidupan sehingga lebih dekat dengan Tuhan. Tragedi bencana alam juga menyadarkan kita betapa pentingnya menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan alam sekitar. Tetapi, sekali lagi, yang mendesak dilakukan adalah menumbuhkan rasa empati sosial dalam bentuk tindakan nyata. Mari kita buktikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan masih melekat pada setiap anak bangsa. Dalam Alquran dikemukakan ajaran yang sangat menyentuh hati nurani umat manusia. Allah SWT menyatakan bahwa barangsiapa yang membunuh seseorang, bukan karena orang itu telah membunuh orang lain, juga bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya. Sebaliknya dikatakan bahwa barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya (QS al-Maidah: 32). Kalam Ilahi itu menunjukkan betapa pentingnya menyelamatkan nilai-nilai kemanusiaan dengan cara menolong mereka yang tertimpa bencana alam. Dengan menggunakan bahasa yang menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, Allah menyamakan upaya menyelamatkan diri seseorang seperti menyelamatkan seluruh umat manusia. Sebaliknya, jika kita mengabaikan keselamatan seseorang, berarti sama dengan membunuh manusia secara keseluruhan. Dengan menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai komitmen bersama, rasanya bencana alam yang terjadi di beberapa daerah penjuru tanah air bisa dijadikan media untuk menyatukan seluruh elemen masyarakat. Semua orang harus bersatu padu melakukan aksi-aksi kemanusiaan untuk menolong saudara yang tertimpa musibah tanpa melihat latar belakang agama, etnis, dan golongan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar