Momentum Pendidikan Karakter
Thio Hok Lay ;
Guru SMA Kebon Dalem Semarang
|
SUARA
MERDEKA, 30 Januari 2014
BAGI etnis Tionghoa, perayaan Tahun Baru
Imlek, tahun ini peringatan ke-2565, ibarat bel pengingat atau lonceng
kesadaran. Lewat momentum itu, baik yang beragama Khonghucu maupun bukan,
serasa kembali dipanggil, diingatkan, dan disadarkan untuk mengevaluasi dan
merefleksi diri atas peziarahan perjalanan hidup, baik secara pribadi maupun
komunal dalam berelasi dengan sesama, lingkungan, dan Tuhan.
Karena itu, Imlek merupakan saat tepat
untuk mengakui kekurangan dan kelemahan diri pada masa silam. Sekaligus saatnya
bangkit, menemukan resolusi guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan.
Dalam konteks kebangsaan, merupakan
momentum tepat untuk mengingat, memaknai, dan menghidupi nilai-nilai
(karakter) luhur dan semangat pluralisme yang terkandung di dalamnya. Nilai
dan spirit itu adalah bagian dari unsur perekat kehidupan berbangsa kita yang
bineka.
Andai tak mewaspadai, nilai luhur itu
terancam meluntur, terkikis fenomena gaya hidup hedonis dan konsumtif.
Menyedihkan, andai perayaan Imlek yang sejatinya sarat nilai dan makna luhur,
tereduksi dengan diidentikkan hanya gebyar festival, pameran busana, pesta
kembang api, lampion, dan bagi-bagi angpau.
Imlek merupakan momentum tepat untuk
mengedukasi masyarakat dan bangsa Indonesia perihal nilai-nilai luhur
kebangsaan. Ikhtiar itu supaya nilai-nilai tersebut makin mengakar, tertanam
kuat, dan tumbuh menjadi karakter, yang nantinya berbuah nyata dalam peri
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bila proses transformasi nilai-nilai luhur
dan upaya mendidik itu dilakukan dengan baik dan benar maka pernyataan bijak
Kuan Tzu (551-479 SM) bahwa melalui proses mendidik manusia, hasil panen
melimpahruah, jadi benar adanya. Pernyataan itu dapat diartikan bahwa hanya
melalui proses pendidikan nantinya kehidupan manusia akan menjadi bahagia dan
sejahtera.
Confucius, filsuf paling berpengaruh
sepanjang sejarah, mendefinisikan pendidikan sebagai sarana pembelajaran
tentang cara berperilaku, bukan semata-mata untuk memahami pengetahuan
tertentu. Minimal ada lima sikap perilaku yang jika diterapkan oleh siapa pun
niscaya bisa menjadikan perilaku sosial atau karakter moral dalam ruang
lingkup publik menjadi lebih baik.
Lima sikap itu adalah rasa hormat,
toleransi, dapat dipercaya, ketekunan, dan kemurahan hati. Sikap hormat,
murah hati, dan toleransi merupakan karakter yang acap dijumpai, dihidupi,
dan dimaknai pada saat perayaan Imlek. Semisal anak-anak muda diajarkan
rendah hati lewat cara mendahului memberi hormat dan meminta maaf kepada
orang yang lebih tua atas segala sikap dan perilaku yang tidak terpuji.
Sementara, orang tua yang sudah berkeluarga
dan bekerja, belajar lebih bermurah hati dengan cara memberikan angpau kepada
generasi yang lebih muda dan belum bekerja. Antara yang satu dan yang lain
saling mendoakan supaya senantiasa dalam keadaan sehat, panjang umur, dan
banyak rezeki. Ekspresi sikap seperti itu hakikatnya nilai-nilai dasar
kemanusiaan yang berlaku universal.
Tak satu pun hukum atau dalil di dunia ini
yang bisa menyangkalnya. Bahkan bila diproyeksikan dengan Pancasila sebagai
asas dasar kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka
karakter luhur yang melekat dalam perayaan Imlek dapat berjalan beriringan
secara sinergis. Pasalnya, keduanya sama-sama menempatkan dan mengakui adanya
semangat toleransi dan sikap saling menghormati.
Tahun
Kuda
Tahun 2014, Imlek jatuh pada shio kuda
kayu. Menurut mitologi China, kuda menyimbolkan daya tahan menakjubkan, siap
bekerja keras, mampu memikul beban berat, dan tak kenal lelah.
Selain itu, punya watak riang dan cenderung
''hiperaktif'' dalam segala hal, terutama kegiatan sosial. Bertolak dari
deskripsi itu, kita layak berharap pada tahun ini bangsa Indonesia dikuatkan
memikul berbagai problem kebangsaan yang kompleks.
Kita bisa melihat pada ranah politik dan
hukum, perlawanan dan pemberantasan terhadap korupsi masih terus
diperjuangkan dan ditegakkan. Pada bidang ekonomi, harga gas yang melambung
tinggi serasa membelit dan mencekik masyarakat. Belum lagi semuanya tuntas
tertangani, saat ini sebagian bangsa kita ditimpa bencana alam dan lingkungan
yang dahsyat, berikut dampak ikutannya.
Dirangkum jadi satu, dalam kondisi
problematis semacam itulah, kita memperingati dan merayakan Imlek. Kita
berharap pemimpin bangsa ini dikuatkan untuk memikul, mengurai dan menemukan
solusi bagi tiap problem kebangsaan.
Semoga tiap elemen masyarakat berlomba-lomba
untuk menjadi teladan nyata dalam mengembangkan sikap perilaku dan karakter
yang altruis, yang peduli dan berpihak terhadap sesama yang lemah, miskin,
dan tersisih. Gong Xi Fat Cai. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar