Efektivitas Teknologi Modifikasi Cuaca
Budi
Harsoyo ; Praktisi TMC (Flight Scientist) di UPT Hujan Buatan-BPPT
|
KOMPAS,
29 Januari 2014
TEKNOLOGI Modifikasi Cuaca atau
yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan hujan buatan kembali
dimanfaatkan untuk tujuan mitigasi banjir di wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya sejak 14 Januari 2014. Operasi berlangsung atas permintaan
Gubernur DKI Jakarta dan merupakan hasil kerja sama BPPT, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, TNI AU, dan BMKG.
Sudah lebih dari sepekan Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) dilaksanakan, tetapi masih banyak pertanyaan dari
berbagai kalangan mengapa masih saja terjadi hujan di wilayah DKI Jakarta
sehingga banjir tak kunjung surut.
Perlu diketahui, upaya modifikasi
cuaca memang hanya mampu mengurangi intensitas curah hujan, bukan meniadakan
hujan di wilayah DKI Jakarta.
Strategi mengurangi intensitas
curah hujan di wilayah DKI Jakarta ini dilakukan dengan dua metode,
yaitu jumping process dan competition mechanism.
Metode pertama dengan proses
penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan semai NaCl yang ditaburkan
ke dalam awan menggunakan pesawat terbang.
Tujuannya, mempercepat proses
hujan pada awan-awan Cumullus yang bergerak masuk ke Jakarta. Jadi, sebelum
tumbuh semakin besar dan berpotensi menyebabkan hujan di wilayah Jakarta,
kandungan uap air dalam awan dijatuhkan lebih awal di perairan Selat Sunda
atau selatan Palabuhanratu. Dengan demikian, suplai massa
udara yang akhirnya melintas di atas wilayah Jakarta sudah tidak banyak
mengandung uap air. Kalaupun terjadi hujan, intensitasnya lebih kecil.
Metode competition
mechanism dilakukan dengan cara membakar bahan semai dalam
bentuk flaremenggunakan wahana penyemaian dari darat (ground based
generator) yang terpasang di sejumlah lokasi di wilayah Jakarta, mulai dari
hulu (daerah Puncak, Bogor) hingga hilir (sekitar Teluk Jakarta).
Cara ini bertujuan mengganggu
mekanisme fisika awan bagi keberadaan awan-awan konvektif yang tumbuh di atas
wilayah Jakarta.
Terganggunya mekanisme fisika awan
diharapkan menghambat proses pertumbuhan awan hujan sehingga kalaupun turun
hujan intensitasnya lebih kecil.
Hasil signifikan
Hingga 22 Januari 2014, dalam
operasi TMC telah berlangsung 15 kali sorti penerbangan penyemaian awan
dengan pesawat Hercules milik TNI AU dan menghabiskan bahan semai NaCl
sebanyak 55,3 ton.
Targetnya adalah awan-awan
Cumullus di sebelah barat (Selat Sunda) hingga barat daya Jakarta (perairan
di selatan Palabuhanratu).
Peta distribusi spasial akumulasi
curah hujan untuk wilayah DKI Jakarta menunjukkan, sebelum operasi TMC
konsentrasi hujan berada tepat di sekitar wilayah Jakarta dan Bogor.
Pasca-operasi, konsentrasi hujan
terlihat berpindah ke wilayah Selat Sunda, selatan Palabuhanratu, dan wilayah
perairan pantai utara (pantura) Jawa Barat.
Khusus untuk wilayah pantura, juga
terlihat bahwa di wilayah tersebut cukup tinggi curah hujannya. Andai saja
wilayah pantura turut masuk daerah target TMC, ada kemungkinan curah hujan di
wilayah tersebut juga bisa dikendalikan sehingga potensi bencana banjirnya
tidak separah sekarang.
Data curah hujan di wilayah DKI
Jakarta juga menunjukkan penurunan signifikan.
Secara umum, sebelum dilakukan
TMC, nilai prediksi curah hujan berada di bawah nilai aktual (under estimate), sementara setelah
dilakukan TMC nilai prediksinya justru berada di atas nilai aktual (over-estimate).
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pengurangan nilai curah hujan di wilayah DKI Jakarta setelah adanya TMC.
Berdasarkan hasil perhitungan,
besarnya persentase reduksi curah hujan di wilayah DKI Jakarta selama periode
operasi TMC adalah 37,59 persen.
Penurunan signifikan juga muncul
dari tinjauan wilayah distribusi kejadian hujan di DKI Jakarta.
Sebelum dilakukan TMC, kejadian
hujan cukup merata sepanjang hari (sejak pagi hingga malam hari).
Setelah dilakukan TMC, kejadian
hujan dari pagi hingga malam hari relatif dapat ditekan. Curah hujan dengan
intensitas tinggi baru terjadi sejak dini hari hingga pagi hari (pukul
01.00-06.00).
Tidak operasi malam
Keterbatasan pesawat yang ada saat
membuat operasi hanya mampu menyemai awan hingga batas waktu sore hari saja.
Andai kita mampu melakukan
penyemaian awan pada malam hari, bukan tidak mungkin TMC pun mampu menekan
kejadian hujan pada malam hari. Dengan mempertimbangkan potensi
hujan yang masih cukup tinggi hingga beberapa minggu ke depan, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengupayakan penambahan armada
pesawat untuk lebih mengintensifkan aktivitas penyemaian awan dari apa yang
sudah dilakukan saat ini.
Selain itu dengan memperhatikan
kondisi banjir yang meluas ke wilayah pantura Jawa, bukan tidak mungkin area
target yang perlu diamankan juga dapat diperluas. Sepanjang ada perintah dari yang
berwenang, BPPT siap melaksanakan upaya mitigasi banjir.
TMC adalah upaya manusia untuk
merekayasa kondisi cuaca demi kemaslahatan umat manusia, sama sekali tidak
bermaksud menentang kehendak Yang Maha Kuasa.
Penulis selaku praktisi
TMC, mewakili rekan-rekan yang terlibat dalam operasi TMC, saat ini sadar
betul bahwa apa yang dilakukan sejauh ini hanyalah upaya manusia selaku
makhluk-Nya, dan sepenuhnya menyerahkan hasil akhir kepada Tuhan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar