Membenahi G-20
Tony Abbott ;
Perdana Menteri Australia
|
KOMPAS,
29 Januari 2014
WALAUPUN pemulihan krisis
keuangan global berlangsung lambat, keadaan dunia sebenarnya lebih baik dari
yang kita sering yakini.
Dengan bergulirnya tahun 2014,
menjadi lebih mudah optimistis. Di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan akan mencapai hampir 3 persen dengan terciptanya satu juta
lapangan kerja tahun lalu. Di China, pertumbuhan sedikit menurun, tetapi
kemungkinan besar akan tetap di atas 7 persen. Eropa pada akhirnya menikmati
pertumbuhan lagi. Tentu saja pemulihan masih rapuh dan pengurangan pembelian
obligasi oleh AS akan memerlukan manajemen yang cerdas.
Meski demikian, pantaslah diingat
bahwa secara global pendapatan per kapita telah meningkat lebih dari 60
persen selama dasawarsa yang lalu dan kelas menengah global diharapkan
meningkat dari 1,8 miliar menjadi sekitar 3,2 miliar dalam jangka 10 tahun.
Di banyak negara berpenduduk padat di dunia, seperti China, India, dan
Indonesia, beratus juta penduduk telah naik kelas masuk golongan menengah.
Banyak dari hal ini merupakan
hasil olah pikir kita: keyakinan bahwa perdagangan yang lebih bebas dan
pemerintahan yang lebih ramping akan memperkukuh kesejahteraan; insting bahwa
warga negara yang telah diberdayakan dapat berbuat lebih besar lagi untuk
diri mereka dibandingkan dengan apa yang pemerintah pernah lakukan terhadap
mereka.
Dasar yang jelas
Pelajaran dari sejarah mutakhir adalah
kemajuan nyata selalu dibangun di atas dasar-dasar yang jelas. Anda tidak
dapat membelanjakan uang yang tidak Anda peroleh; tidak ada negara yang
pernah memperoleh kesejahteraan dengan penarikan pajak atau subsidi; dan
keuntungan bukanlah kata yang kotor karena keberhasilan dalam usaha merupakan
kebanggaan.
Bagaimanapun juga, Anda tidak
dapat membangun masyarakat yang tangguh tanpa ekonomi yang kuat untuk
mendukungnya dan Anda tidak dapat membangun ekonomi yang tangguh tanpa usaha
swasta yang menguntungkan. Tantangannya, di mana saja, adalah bagaimana
mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan dan
yang dihela oleh sektor swasta.
Tahun ini, sebagai Ketua G-20,
Australia berada di posisi yang unik membantu mendorong pertumbuhan global.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari kondisi global dan kebijakan dalam
negeri.
G-20 ada untuk menangani hal-hal
yang di luar kapasitas negara-negara bangsa untuk menanggulanginya
sendiri-sendiri. Agenda kami akan fokus pada hal-hal di mana aksi
internasional yang terkoordinasi dapat memberi nilai tambah: perdagangan,
infrastruktur, perpajakan, dan perbankan.
Sebagaimana selalu perdagangan
adalah yang pertama–karena setiap kali seseorang berdagang dengan bebas
dengan orang lain, kekayaan meningkat. Setidaknya G-20 harus memperbarui
tekad menentang proteksionisme dan memilih pasar yang lebih bebas. Setiap
negara harus bertekad membuka perdagangan melalui aksi bilateral,
plurilateral dan multilateral, dan reformasi dalam negeri untuk membantu dunia
usaha berkiprah secara penuh dalam perdagangan global.
Dalam perjalanan waktu,
perdagangan memberi manfaat kepada setiap orang karena negara-negara pada
akhirnya fokus pada apa yang terbaik mereka lakukan. Ekonomi global yang
lebih besar dengan investasi lintas batas yang lebih kukuh pada akhirnya
membantu setiap orang karena hal ini menghasilkan kekayaan yang lebih besar
dan pada akhirnya menciptakan lapangan kerja yang lebih besar.
Salah satu dampak samping
globalisasi adalah kemampuan yang lebih besar untuk mengambil keuntungan dari
rezim pajak yang berbeda-beda.
Mengejar kesempatan
G-20 akan membahas masalah bisnis
yang mendatangkan keuntungan guna mengejar kesempatan dari pajak bukannya
dari pasar. Prinsip utamanya adalah Anda seperti biasa membayar pajak di
negara di mana Anda memperoleh pendapatan.
Bagi pemimpin negara-negara yang
menghasilkan 85 persen produk domestik bruto (GDP) dunia tinggal menyetujui
prinsip-prinsip yang diperlukan agar perpajakan tersebut berlaku adil di
dunia yang mengglobal akan menjadi langkah besar ke depan.
Saya berharap akan terjadi diskusi
terbuka yang hanya dihadiri oleh para pemimpin G-20 tentang masalah terbesar
yang kita hadapi, termasuk digitalisasi serta dampaknya pada pajak,
perdagangan, dan integrasi global.
Hampir setiap negara memiliki
defisit prasarana dan berjuang keras mendanai infrastruktur yang
diperlukannya. Di seluruh dunia, OECD memperkirakan, diperlukan lebih dari 50
triliun dollar Australia untuk investasi infrastruktur menjelang 2030.
Semestinya proyek infrastruktur
lebih mudah dijalankan dan kita dapat melakukannya dengan menarik modal
swasta yang lebih banyak ke proyek tersebut melalui kebijakan harga yang
masuk akal dan praktik-praktik peraturan yang lebih baik.
Saya berharap dapat menghimpun
para pembuat kebijakan, penyandang dana, dan pengusaha konstruksi mencari
cara-cara yang praktis guna meningkatkan pendanaan infrastruktur jangka
panjang.
G-20 mengasumsikan bentuk yang
sekarang ini merupakan tanggapan atas krisis yang terjadi akibat praktik-praktik
perbankan yang buruk.
Inti karya G-20 adalah membangun
ketahanan sektor keuangan, membantu untuk mencegah dan mengelola kegagalan
lembaga-lembaga keuangan global yang penting, menjadikan pasar-pasar
derivatif lebih aman, dan memperbaiki pengawasan sektor lembaga pembiayaan
nonbank.
Peraturan sektor keuangan selalu
tambal sulam. Tantangan bagi pihak berwenang adalah selalu mengikuti
perkembangan, bukannya tertinggal darinya sebagaimana yang terjadi menjelang
krisis tersebut.
Sejauh pemahaman Australia, tugas
G-20 adalah membuat hidup lebih mudah bagi rakyat yang pemerintahnya terikat
untuk melayaninya. Pada akhirnya, G-20 bukanlah tentang kami di pemerintahan,
ini tentang rakyat, para tuan kami. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar