Selasa, 28 Januari 2014

Mengutamakan Made In Indonesia

                Mengutamakan Made In Indonesia               

Moh Nurul Huda ;   Peneliti Muda di Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LeSAN)
HALUAN,  28 Januari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Kekayaan alam yang melimpah ruah dan ber­te­baran di ber­bagai pelosok negeri, tidak serta merta men­jadikan Indonesia sebagai negara kaya. Akan tetapi, negara ini tetap saja me­ngalami “penyakit” ke­miskinan yang dapat dibilang cukup parah. Pa­dahal, jika dipikir secara rasional, negara yang nota­bene mem­punyai kekayaan alam yang melimpah, seha­rusnya mam­pu mengangkat harkat dan martabat negara ini menjadi beberapa lang­kah lebih maju. Namun identitas tak selalu sejalan dengan alur yang dibuat oleh realitas. Nah, inilah negeri kita, mempunyai banyak keka­yaan. Akan tetapi, masih saja terpuruk dalam lembah kemiskinan.

Indonesia adalah negara importir. Ini meru­pakan julukan yang tak asing di telinga dunia. Realitas demikian, secara tidak langsung telah menun­jukkan bahwa Indonesia adalah negara kaya, tapi miskin. Hal ini memang tidak selaras dengan kondisi SDA yang melimpah. Na­mun, perkara itu secara transparan juga telah di­amini oleh banyak ka­langan. Potret demikian, akhirnya berdampak pada kearifan lokal yang berbentuk sistem perekonomian yang mengu­tamakan asas kekeluargaan, atau biasa disebut sistem ekonomi sosialis telah luntur tergerus zaman.

Alhasil sebagian besar masyarakat dan pemerintah sedikit demi sedikit telah beralih menuju kapita­lis.Yakni perekonomian yang lebih mengutamakan individual semata. Dalam artian perekonomian yang lebih condong dimainkan oleh kaum borjuis saja. Sistem ekonomi kapitalis memang tidak sepenuhnya buruk, akan tetapi kurang pas jika diterapkan di negeri ini. Sebab, sistem ini sangat bertolak belakang dengan kearifan lokal yang telah disepakati oleh para  founding fathers terdahulu. Di lain sisi, sistem ekonomi ini hanya menguntungkan sepihak saja. Hing­ga akhir­nya jika terus me­nerus terealisasi, maka akan terjadi kesenjangan sosial antara individu yang satu dengan yang lain­nya.

Penganaktirian Pro­duk dalam Negeri

Problematika kemis­kinan di negeri ini me­mang bera­gam. Di­samping problematika yang telah disebut­kan di atas, secara tidak lang­sung kemiskinan di negara ini juga dise­babkan oleh impor produk luar yang semakin hari semakin meroket. Hingga akhirnya produk luar seperti barang elektronik, buah-buahan, pakaian dan lain sebagainya telah membanjiri pasar lokal. Memang sudah sewajarnya jika impor produk luar kian hari kian meregenerasi. Sebab, perihal ini sedikit banyak juga akan ber­implikasi terhadap per­ekonomian sebagian pemerintah. Dengan kata lain, jika pemerintah sering melakukan impor, maka pemerintahpun akan men­dapatkan banyak sekali kucuran dana dari pajak-pajak impor tersebut.

Nah, dari per­kara itu­lah yang me­ny­e­­bab­­kan im­por pro­duk luar se­ca­ra per­­la­han namun sistematis meram­bah masuk ke negeri ini. Hingga ak­hirnya produk luar pun telah menodai per­ekonomian da­lam ne­geri. Hal ini ju­­ga me­­nye­­bab­kan produk lo­kal kian hari semakin dianak ti­ri­kan. Sa­n­gat disayangkan. Produk luar yang masuk ke negeri ini memang tidak sepe­nuhnya buruk, dan bahkan kualitasnya pun lebih ung­gul dibanding produk dalam negeri. Akan tetapi, jika terus menerus masuk ke negeri ini, sama halnya membunuh masya­rakat secara perlahan. Sebab, banyaknya produk luar yang masuk akan membuat pe­saing dalam negeri gulung tikar karena tidak bisa mengimbangi kualitas pro­duk luar.

Inilah yang harus digaris­bawahi oleh pemerintah. Kendati demikian, secara tidak langsung akan mema­tikan mata pencaharian sebagian masyarakat. Dalam kasus ini, masyarakat yang me­nyan­dang status kon­sumer  memang tidak dapat disalah­kan. Sebab, masya­rakat mempunyai kewe­nangan untuk memilih kualitas yang dirasa lebih baik. Namun, kesadaran masya­rakat sangat diper­lukan untuk lebih meng­utamakan produk lokal dibanding produk luar, jika melihat perekonomian Indo­nesia yang semakin hari semakin pelik. Se­bab, tak sedikit pula orang yang be­rang­gapan bahwa me­ma­kai produk luar me­miliki gengsi tersen­diri dibanding mema­kai pro­duk lokal.

Dalam hal ini,keba­nyakan masyarakat juga terlihat apatis terhadap dampak yang ditim­bulkan. Padahal efek yang ditim­bulkan dari hal tersebut sangatlah signifikan, yakni akan mem­buat pe­ngang­guran bagi banyak kalangan. Nah, melihat problematika seperti itu, seharusnya perlu adanya kesadaran masyarakat untuk lebih meng­utamakan produk lokal dibanding produk luar. Namun, jika hanya berharap agar masyarakat sadar akan hal tersebut, dirasa sangat sulit untuk menum­buh­kannya. Sebab, secara tidak langsung masyarakat telah tersugesti dengan produk luar yang lebih jelas dengan kualitasnya.

Oleh sebab itu, maka sesuai konsekuensinya langkah konkrit yang seha­rusnya kita lakukan adalah pertama, meles­tarikan sistem ekonomi sosialis yang telah disepakati oleh foun­ding fathers ter­dahulu. Disamping untuk meles­tarikan budaya bangsa, hal ini juga akan dapat meng­hapus kesenjangan sosial. Dengan kata lain, jika sistem ekonomi kapitalis terealisasi dengan subur di negeri ini, maka kon­sekuensi yang didapati adalahyang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin mis­kin. Sebab, ekonomi kapitalis meru­pakan sistem yang condong dimain­kan oleh segelintir pemodal saja, dan hasil yang diperoleh juga akan tertuju terhadap orang yang me­modali tersebut.

Kedua,mengubah sistem yang ada di negeri ini. Dengan kata lain, seyog­yanya kita harus mene­rapkan sistem yang ada di negara India. Yakni selalu mengutamakan produk lokal dibanding produk luar. Dengan kata lain pemerintah harus meminimalisir impor produk luar dan lebih me­ngutamakan produk lokal. Sebab, dengan diber­laku­kannya sistem tersebut, maka sedikit demi sedikit akan memulihkan dan bahkan dapat menguatkan perekonomian dalam negeri. Di lain sisi, lapangan peker­jaan pun akan ber­tambah banyak. Hal ini juga akan membuat banyak orang memperoleh peng­hasilan tetap dari lowongan peker­jaan tersebut. Wallahu a’lam bissowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar