Tipping
Point, Protest Vote, dan Social Media
Denny Charter ; Direktur
Eksekutif Indexpolitica
|
INILAH.COM,
19 Januari 2014
Tipping
point merupakan istilah yang digunakan oleh Malcolm
Gladwell dalam bukunya untuk mengambarkan bagaimana hal kecil dapat
memberikan perubahan besar. Di buku itu Malcolm Gladwell
memberikan contoh pada produk sepatu kulit Hush Puppies pada 1995. Bagaimana
tidak, merek Hush Puppies dari sepatu yang hampir dilupakan orang dapat
berubah menjadi merek populer secara dramatis melalui sedikit perubahan
desain.
Fenomena ini dalam ilmu Fisika
dikenal dengan teori Critical Mass, atau di Ilmu Matematika dikenal dengan
nama Chaos Theory.
Secara Ilmiah tipping point dapat
dijelaskan sebagai bagaimana sesuatu hal kecil dapat berimbas menjadi hal
besar dan menyebar melalui jaringan sehingga saling berpengaruh dancontagiousness atau
menular seperti virus.
Belum ditemukan istilah pas untuk
fenomena seperti ini di ilmu Hukum dan Politik. Mungkin kita bisa menggunakan
istilah ‘Protest Vote’ yang dapat diartikan dengan ‘asal bukan…’, Seperti
pada 1998 asal bukan Pak Harto, atau Asal Jangan Foke di Pilkada DKI 2012.
Di era internet sekarang ini
ternyata social network cukup berperan memberikan tipping
point terutama pada fenomena hukum dan politik. Kita tentu masih ingat
dengan kasus Prita atau kasus Cicak–Buaya yang melibatkan Polri dan
KPK, social network berperan sekali membentuknya. Atau kita
ambil contoh fenomena yang sedang berlangsung sampai sekarang yakni Jokowi Effect. Jokowi Effect/Harapan Semu
sebenarnya adalah akumulasi dari jumlah ‘Like’ yang sebenarnya disebabkan
oleh jumlah ‘Dislike’ berlebihan kepada Fauzi Bowo pada saat Pilkada DKI
2012.
Orang-orang membutuhkan karakter
yang kontra dengan karakter Fauzi Bowo dan dari semua kandidat yang ada di
Pilkada DKI saat itu, Jokowi orangnya. Baju kotak-kotak dan blusukan adalah
sedikit perubahan desain kampanye oleh Jokowi dibandingkan dengan kandidat
lainnya.
Social Media seperti Facebook, Twitter, Blog
dan Youtube memiliki peran penting sebagai tools untuk mempengaruhi dan
menyebarluaskan informasi secara efektif. Like/Dislike Pilkada DKI 2012 dapat
dilihat pada Sentiment Index Social
Media antara Jokowi Ahok vs Fauzi Nachrowi diambil dari Indexpolitica.com
[13 Juni 2012]
Dari grafik sentiment Index tersebut menunjukan pembicaraan negatif terhadap
Fauzi – Nachrowi sangat dominan. Namun sebaliknya, Jokowi – Ahok berada
disisi kanan atau mempengaruhi secara positif.
Kondisi yang hampir serupa untuk
kandidat Calon Presiden 2014 dapat dilihat pada sentiment index Capres
2014 di Indexpolitica.com [18-Januari-2014]
Melaui social network ide-ide
merakyat Jokowi dipublikasikan melalui group atau komunitas yang orang-orang
yang belum mengetahui menjadi tertarik dan terinspirasi untuk ikut
menyebarkan dan melakukan termasuk di dalamnya adalah media seperti media
online, TV, koran, dan radio.
Selanjutnya media mengekspos
Jokowi Effect sehingga berlanjut ke Pilpres yang waktunya tidak terlalu jauh.
Dan kebetulan saat ini rakyat sedang kecewa dengan Presiden SBY yang dinilai
lamban, penuh pencitraan, bikin album musik, membunuh teroris. Belum lagi
sejumlah Partai Demokrat ditangkapi oleh KPK dan sebagainya sehingga muncul
kembali Protest Vote.
Protest Vote lebih mereferensi kepada orang baru dibandingkan dengan
orang lama. Protest Vote ini tidak
akan ke Prabowo, Megawati, atau Jusuf Kalla. Protes
Vote membutuhkan figur baru untuk pilpres dan figur tersebut untuk saat ini
kembali tertuju kepada Jokowi. Hal ini tidak akan terjadi pada 2019 kepada
Jokowi, karena momentum Jokowi adalah sekarang ini pada 2014.
Siapakah penantang ideal Jokowi di
2014? Politik itu adalah citra, bayangan, proyeksi yang dilihat dari kejauhan
baik visual atau persepsi. Jadi tidak bicara kompetensi, program, visi atau
misi.
Dalam sebuah survei seorang
memilih kandadat A dengan alasan Y sebenarnya karena pertanyaan yang diajukan
adalah pilihan berganda. Alasan sebenarnya orang tersebut memilih A adalah
hanya karena ‘Like/Dislike’. Jadi harus ada tokoh yang mempunyai karakter
kontra terhadap Jokowi saat ini sehingga memunculkan tipping
point baru di masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar