Sabtu, 18 Januari 2014

Mengapa Ada Cinta?

Mengapa Ada Cinta?

R Valentina Sagala  ;  Aktivis Perempuan, Hukum, dan HAM;
Anggota Dewan Redaksi Sinar Harapan
SINAR HARAPAN,  18 Januari 2014
                                                                                                                        


Tidak sulit menemukan kata cinta diucapkan di banyak kesempatan. Lagu-lagu bertema cinta dengan mudah ditemui di khazanah lagu berbahasa Indonesia maupun daerah. Dunia perfilman nasional belum bosan mengangkat tema cinta ke layar lebar. Cerita pendek, novel, hingga puisi sejak dulu hingga kini (dan mungkin pada masa akan datang) masih terus mengangkat tema cinta. 

Bagaimana jika seorang anak bertanya pada Anda, “Mengapa ada cinta?” Akhir Desember lalu, ahli matematika, Hendra Gunawan, mengundang saya menulis puisi tentang “Mengapa Ada Cinta?”, yang merupakan salah satu pertanyaan dari blog anakbertanya.com  yang dikelolanya. Blog yang sangat menarik ini dibuat khusus untuk anak-anak berusia 10-12 tahun yang ingin tahu berbagai hal. Idenya sederhana, yaitu: Anak berTanya, Pakar menJawab (#ATPJ). Pertanyaan yang diajukan anak-anak dikelompokkan ke dalam empat kategori: alam dan kehidupan, bumi dan lingkungan, isu sosial dan ekonomi, karya dan aksi manusia. Para pakar kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Meski merasa bukan “pakar” cinta, saya tergerak mencoba menjawab pertanyaan “sederhana” satu ini: mengapa ada cinta? Saya pun mencoba merenungi lagi, apa makna cinta. Menurut saya, cinta adalah perasaan yang dialami seseorang. Cinta adalah soal rasa. Itu mengapa, pada cinta biasanya dilekatkan kata ‘rasa’, menjadi: rasa cinta. 

Sebagai sebuah rasa, agar bisa dilihat, cinta mesti terlebih dulu diwujudkan dengan tindakan nyata. Cinta bisa menggerakkan seseorang untuk berbuat. Kita bisa melihat cinta di sejumlah perbuatan mulia yang dilakukan seseorang. Misalnya, kita bisa turut merasakan cinta ketika seorang suami setia mendampingi istrinya, tak cuma di masa-masa suka, melainkan di saat jatuh dan duka. Contoh lain, kita bisa merasakan cinta saat seorang pemimpin bergerak cepat membantu rakyatnya yang terkena bencana.

Tidaklah tepat jika kita membayangkan cinta cuma bisa dirasakan seseorang yang tengah jatuh cinta terhadap lawan jenisnya. Ada cinta pada Tuhan, cinta terhadap nusa dan bangsa, cinta lingkungan, atau cinta pada sesama yang menderita.

Jadi, mengapa ya ada cinta? Dalam perenungan saya, cinta ada karena manusia ada. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, selain dikaruniai daya pikir, manusia pada hakikatnya dikaruniai hati nurani. Ia memiliki rasa dan kemampuan merasa sehingga ia dapat merasakan cinta. Manusia juga bisa memilih dan memutuskan untuk mewujudkan cinta lewat perbuatan nyatanya. 
Hati nurani yang terlatih akan mendorong manusia mewujudkan cinta dalam makna yang lebih luas, yaitu cinta yang tanpa syarat (unconditional love). Cinta jenis ini berangkat dari hati yang tulus. Ia “memberi” (aktif) tanpa mengharap “diberi” (pasif) balasan apa pun. Ia menolak sekat-sekat ras, suku, agama, orientasi seksual, status, dan sebagainya. 

Cinta tanpa syarat tidak membatasi wujud semata pada hubungan “logis” antara yang mencinta dan yang dicinta. Haruskah saya berbuat baik hanya pada orang yang berbuat baik pada saya? Jika saya hanya menolong orang-orang yang beragama sama dengan agama saya, apakah ini cinta? Jika saya melayani seseorang sambil berharap suatu hari kelak seseorang itu balik berbuat baik pada saya, apakah ini cinta? 
Jika saya mencintai anak yang hanya terlahir dari rahim saya, apakah ini cinta? Jika saya bekerja membanting tulang untuk memenuhi semua kesenangan hidup saya, apakah ini cinta? Jika saya membelikan semua yang diminta anak guna menutupi kesibukan saya mengejar karier, apakah ini cinta? 

Cinta berangkat dari kebaikan dan semestinya menghasilkan kebaikan. Cinta tidak mungkin menyakiti, memenderitakan, meminggirkan, atau menistakan. Cinta tidak memfokuskan pada diri sendiri, melainkan memancar ke segala penjuru, baik orang-orang di sekitar maupun lingkungan. Cinta tidak meninggikan diri sendiri.

Cinta menggerakkan seseorang menjadi sumber kebaikan bagi yang dicinta. Rasakanlah kebaikan-kebaikan tulus dalam kehidupan, itulah cinta. Memelihara dan mewujudkan cinta dalam kehidupan sehari-hari adalah panggilan kemanusiaan bagi kita. Itu mengapa menurut saya, “mengapa ada cinta?” dari anakbertanya.com penting sebagai pertanyaan reflektif justru bagi kita para orang dewasa. Karena penting, dalam beberapa hari ini saya akan berusaha menjawabnya untuk seorang anak yang bertanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar