Senin, 21 Januari 2013

Penguatan Perekonomian Daerah


Penguatan Perekonomian Daerah
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo ;  Pengamat Ekonomi
SINDO, 21 Januari 2013
  


Yogyakarta bukanlah kota yang masih muda. Sejarah kota itu dimulai dengan pembangunan kerajaan setelah Perjanjian Giyanti pada 1755 dan pengangkatan Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan Hamengku Buwono I.

Kendati demikian, melihat perkembangan di Kota Yogyakarta saat ini, kita sungguh patut mengacungkan jempol. Pembangunan kampus perguruan tinggi di mana-mana. Demikian juga pembangunan maupun perbaikan rumah sakit. Pembangunan hotel tidak kalah maraknya. Dewasa ini bahkan kita melihat pembangunan hotel-hotel baru baik yang berbintang maupun yang tidak. 

Dengan melihat masih banyak daerah eksotis yang belum berkembang dengan baik, favorit saya adalah Gunungkidul, kita bisa melihat prospek ke depan dari perkembangan kota tersebut. Itulah sebabnya saya memiliki keyakinan kuat, berbagai sektor yang sedang dibangun tersebut pada akhirnya akan menarik investor untuk datang. Dugaan tersebut ternyata benar. Sebuah pabrik kemasan yang besar akan membangun pabrik barunya di kota tersebut untuk mengikuti industri yang didukungnya. Industri lain (yang sayangnya saya tidak etis menyebutnya saat ini) juga mulai berdatangan. 

Dengan melihat militannya para pekerja di berbagai tempat saat ini, Provinsi Jawa Tengah dan terutama Yogyakarta mulai banyak dilirik para pengusaha untuk menjadi lokasi investasi mereka. Terlebih lagi dengan selesainya jalur kereta api ganda yang sedang dibangun saat ini antara Cirebon sampai Kroya, yang tentu akan dilanjutkan lagi sampai Kutoarjo, kita bisa menyaksikan jalur transportasi yang strategis mulai menyentuh kota yang dikenal sebagai kota pelajar tersebut. 

Perkembangan itu berbarengan pula dengan kota saudaranya, Solo, yang juga berkembang pesat. Kota yang dulunya dikenal bertemperatur panas dari sisi kehidupan sosial masyarakatnya berubah cepat saat dipimpin Wali Kota Jokowi dan wakilnya. Berbagai industri berdatangan di kota tersebut sehingga tampak sekali dinamisnya Kota Solo dalam beberapa tahun terakhir. Pembangunan hotel terjadi di mana-mana. Begitu juga pengembangan industrinya. 

Sritex misalnya melakukan ekspansi cukup besar dengan pembangunan pabrik pemintalan yang baru (saya melihat pembangunan Spinning Unit VII sampai X yang waktu itu dibangun hampir bersamaan) maupun pabrik pakaian jadi yang mampu menarik begitu banyak tenaga kerja. Di kota itu pun pabrik farmasi Konimex juga berkembang terus-menerus. 

Perkembangan kedua kota tersebut mampu menghela perkembangan daerah Jawa Tengah bagian selatan. Jika pembangunan bandara baru di Kabupaten Kulon Progo, sebelah barat Yogyakarta, dapat direalisasikan, perkembangan ini sangat mungkin akan juga mendorongp embangunan daerah di Kutoarjo dan seterusnya. Sementara perkembangan yang sudah terjadi di daerah Purwokerto dan terutama Banjarnegara pada akhirnya juga dapat melebar ke daerah sekelilingnya. 

Dengan demikian, daerah selatan Pulau Jawa yang perkembangannya lebih lambat dari daerah utara akan memperoleh momentum baru dalam pembangunan mereka. Pembangunan jalur ganda kereta api yang melalui daerah tersebut juga akan menjadi katalis baru bagi pembangunan industri di daerah tersebut. Perkembangan daerah semacam ini juga terjadi di banyak daerah di Indonesia. Sumatera Selatan misalnya yang sejak persiapan PON dahulu berkembang pesat, dewasa ini terus membangun. 

Saya ingat menulis tentang daerah tersebut saat mengunjungi pembangunan Hotel Novotel yang waktu itu belum dibuka. Di tengah banyak pendapat yang mengatakan Palembang setelah PON akan kembali redup, saya justru mengatakan, Palembang akan menunjukkan perkembangan yang baru dalam perekonomiannya. Saya bersyukur, Palembang memang akhirnya berkembang pesat, bahkan setelah PON sudah lama lewat. 

Dewasa ini berbagai industri yang secara pribadi saya ketahui mulai dikembangkan di daerah tersebut. Arwana, yang merupakan perusahaan keramik nomor dua di Indonesia, sedang membangun pabriknya di daerah Sumatera Selatan. Pabrik yang berukuran besar dan akan dikembangkan secara berturut-turut tersebut saat ini sudah mulai pada tahapan konstruksi sehingga tidak lama lagi akan kita lihat hasilnya.

Demikian juga dengan pembangunan pabrik bubur kertas (pulp) yang kapasitasnya sangat besar, 2 juta ton, di provinsi tersebut juga pasti akan ikut mendorong pembangunan daerah tersebut. Pembangunan perkebunan tebu dan pabrik gula dewasa ini juga sedang dilakukan sebuah grup perusahaan besar. Dari berbagai cerita ini kita akan dapat melihat, Provinsi Sumatera Selatan yang perkembangan perbankannya sudah melampaui Riau beberapa tahun lalu akan semakin melesat pada tahun-tahun mendatang.

Dari berbagai contoh yang saya kemukakan di sini sangat tampak ada korelasi antara kualitas pemerintah daerahnya dengan kualitas pembangunan daerahnya. Daerah-daerah yang saya gunakan sebagai ilustrasi di artikel ini adalah daerah yang memiliki kualitas pemerintah daerah yang baik sehingga mampu mendorong perkembangan wilayahnya. Dalam kaitan ini kita tentu harus memasukan daerah yang lain seperti Kota Surabaya, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Landak di Kalimantan Barat, Kabupaten Tabalong di Kalimantan Timur, serta banyak lagi. Saya yakin masih banyak daerah yang saya tidak kenal secara pribadi berkembang sangat dinamis. 

Dalam konteks tersebut kita sungguh berharap prestasi yang sudah ditorehkan Jokowi di Kota Solo semasa kepemimpinannya akan terulang lagi di DKI Jakarta saat ini. Berbagai langkah, dari gaya blusukan maupun terobosan yang sistematis telah dilakukan Jokowi-Ahok dan tampaknya akan menuai hasil dengan cepat. Pada saat saya sedang menunggu seorang teman di Fountain Lounge Hotel Hyatt, saya mengamati beberapa lama bus Transjakarta menyusuri dari Jalan Jenderal Sudirman, melewati Bundaran Hotel Indonesia dan berhenti di halte di depan Wisma Nusantara. 

Bus-bus gandeng yang baru sudah tampak beroperasi dan jumlahnya (dari frekuensi yang lewat) cukup banyak. Dengan penambahan bus yang cukup banyak, saya bisa memperkirakan, konsep busway di kota ini memperoleh momentum baru. Tidak lama lagi kita akan mendengar suatu “kejutan” baru dalam pengembangan busway ini. 

Mudah-mudahan gebrakan awal ini dengan cepat menular pada pengembangan prasarana yang lain, terutama dalam mengatasi banjir, pengembangan kampung kumuh, upaya mengatasi kemacetan, dan sebagainya. Dari berbagai contoh di atas, jika kualitas pimpinan daerahnya baik, hasilnya ternyata juga sejalan dengan hal tersebut. Saya yakin akan terjadi juga di Jakarta. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar