|
MEDIA
INDONESIA, 28 Januari 2013
SURYA Paloh, penggagas, inisiator, dan pendiri
organisasi masyarakat Nasional Demokrat, resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum
Partai Nasional Demokrat (NasDem). Dalam sambutan tanpa teks pada acara
penutupan kongres pertama partai tersebut, Surya secara berani menantang
partai-partai politik lainnya untuk bersaing secara sehat, berkompetisi dalam
harmoni.
Dengan visi ingin menjadikan negara Indonesia
lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera, Surya dengan NasDem-nya
bercita-cita ingin merestorasi Indonesia melalui sebuah gerakan perubahan. Akankah
berhasil?
Restorasi, jika diartikan sebagai pemulihan
kembali suatu kondisi seperti sediakala, jelas mempunyai banyak peluang untuk
diinterpretasi. Kondisi sediakala semacam apa yang pernah dicapai Indonesia?
Hal mana dan sektor apa yang dulu pernah membanggakan kita sebagai bangsa dan
ingin dihidupkan kembali melalui sebuah partai? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut, jika dianalisis secara mendalam dan benar, pasti akan menempatkan
NasDem sebagai partai paling serius yang akan mengubah jalan sejarah
Indonesia. “History is a race between
education and catastrophe,“ kata HG Wells.
Jika NasDem ingin dikenang sepanjang masa,
titik pangkal perjuangannya harus dinisbatkan kepada keyakinan untuk
memperbaiki kondisi pendidikan di Tanah Air. Sepanjang sejarah Indonesia,
pendidikan belum pernah menjadi sektor paling membanggakan bagi bangsa ini.
Malah sebaliknya, jika kita becermin dalamdalam, kita akan sadar bahwa
karut-marut kondisi Indonesia merupakan mata rantai yang tak putus dari
rendahnya kualitas pendidikan anak bangsa.
Ada banyak anak yang kurang beruntung dalam
hal pendidikan. Mereka gagal bukan hanya karena faktor sistem yang tidak
menempatkan anak sebagai pusat perhatian, melainkan banyak juga kegagalan
dibentuk oleh kelemahan guru dan manaje men sekolah yang tidak becus dalam
mendidik. Banyak juga anak yang berhasil, bahkan untuk contoh yang satu ini
lebih banyak datang dari sisi kemampuan anak yang memperoleh dukungan, baik
secara finansial maupun moral, dari orangtua, guru dan lingkungan sekolah
yang sehat.
Pendidikan, dalam diaspora yang sangat luas,
memang memberikan banyak kesempatan dan peluang bagi masa depan anak-anak.
Keyakinan itulah yang harus terlihat dari visi besar Partai NasDem dalam
memperjuangkan kesetaraan kondisi (equality
of condition) untuk masa depan anak-anak Indonesia. Jika kesetaraan
adalah fitrah yang secara normatif merupakan kebutuhan manusia secara
keseluruhan, benar adanya jika UUD 1945 telah menyebutnya secara kasatmata.
Partai politik harus memiliki platform pendidikan yang cerdas dan bermutu,
terutama dalam memahami dan memaknai ga gasan tentang kesetaraan.
Baker (2004), dalam Equality: From Theory to Action, memberi banyak inspirasi dalam
menafsirkan makna kesetaraan. Baginya, kesetaraan kondisi (equality of condition) jauh lebih
penting dari kesetaraan dalam konteks akses dan partisipasi. Dalam equality of condition, fokus kita
berikan bukan hanya terhadap tujuan dan proses (purposes and process) pendidikan itu sendiri, tetapi juga
berkaitan dengan kesetaraan terhadap sumber daya (equality of resources), kesetaraan dalam pengakuan dan
penghargaan (respect and recognition),
kesetaraan dalam kekuasaan (equality of
power), dan kesetaraan dalam kepedulian, solidaritas, dan cinta (love, care, and solidarity). Semua
jenis kesetaraan itu jelas membutuhkan kecerdasan partai politik seperti
NasDem untuk merealisasikannya.
Menciptakan Kesetaraan
Kesetaraan sumber daya harus dibuktikan dengan
penciptaan sistem pendidikan yang lebih terbuka dan nondiskriminatif,
sedangkan kesetaraan dalam pengakuan dan respek harus diciptakan tidak hanya
dengan membangun budaya sekolah yang menghargai perbedaan, tetapi juga harus
diekspresikan secara tertulis dalam skema pedagogis dan desain kurikulum yang
efektif.
Sementara itu, kesetaraan kekuasaan harus
dilihat dalam relasi guru-siswa yang semakin peduli dengan proses belajar
mengajar yang demokratis, sehingga implikasi dari pandangan ini akan membawa
keterbukaan pandangan untuk saling menghargai posisi dan peran masing-masing
dalam proses belajar.
Demokratisasi dalam dunia pendidikan merupakan
ruang segar yang harus diciptakan sehingga antara siswa dan guru memiliki
kebebasan untuk menyatakan perasaan dan pendapat. Dalam konteks ini,
kesetaraan kondisi-kondisi tersebut penting untuk dilakukan terlebih dahulu
oleh penyelenggara pendidikan kita. Hal itu merupakan sebuah keniscayaan jika
secara komprehensif menjadi bahan kajian partai politik secara kritis.
Bagi saya, membuat partai harus kurang lebih
sama dengan membangun sebuah sekolah atau lembaga pendidikan. Dalam membuat
sekolah, yang terpenting ialah keyakinan bahwa apa yang kita buat hari ini
adalah untuk kemenangan dan kesuk sesan anak-cucu kita ke depan. Alangkah
indahnya jika seluruh partai, tidak terkecuali NasDem, menjadikan partai
politik sebagai lembaga pendidikan yang akan menciptakan generasi penerus
yang cerdas dan beriman serta membanggakan ibu pertiwi.
Tentu kita ingin restorasi dan gerakan
perubahan yang dikumandangkan Surya Paloh dengan Partai NasDem melihat
persoalan pendidikan ini secara serius dengan membuat sayap kajian bidang
pendidikan yang komprehensif. Ini lantaran jika Partai NasDem dipilih dan
dipercaya rakyat, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama yang telah dibuat
banyak partai politik, yang memasukkan dan memasung isu pendidikan ke dalam ranah
politik.
Itu artinya jika niat membuat partai hanya
untuk kekuasaan semata, malapetaka akan selalu setia mendampingi. Menyentuh
pendidikan secara asasi hanya bisa dilakukan dengan keikhlasan. Karena itu,
jika Partai NasDem ingin berumur panjang, keikhlasan harus menjadi bagian
dari visi besar membangun masa depan yang lebih baik. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar