|
SINAR
HARAPAN, 28 Januari 2013
Raffi Ahmad bersama teman-temannya ditangkap oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) di kediaman sang host “Dahsyat” di Lebak Bulus
Jakarta Selatan (27/1).
Diduga, mereka menggunakan narkoba. Berita ini pun menghiasi
pemberitaan nasional. Tak ayal lagi, artis pun terus mendapatkan stigma buruk
sebagai pengguna tulen narkoba. Ternyata selebritas, dengan demikian, secara
terus-menerus tidak pernah lepas dari narkoba.
Apa yang menimpa Raffi Ahmad dkk sesungguhnya sudah terjadi
kepada sejumlah artis lain sebelumnya (baca: realitas). Yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa para selebritas tidak pernah berhenti menggunakan
narkoba dengan realitas begitu banyaknya selebritas yang tertangkap akibat
narkoba?
Apakah ada hubungan antara perilaku selebritas yang sangat dekat
dengan dunia gemerlap alias hedonisme dengan narkoba? Apakah para artis
memandang dirinya sebagai manusia-manusia yang harus menghabiskan hidupnya
dengan kebahagiaan fatamorgana ketika mereka selesai dari pekerjaannya
menghibur publik?
Diakui maupun tidak, selama ini sudah menjadi potret nyata secara
telanjang bulat bahwa ketika ada artis, di situlah ada narkoba yang
memberikan kesenangan dan kenikmatan dalam menjalani hidupnya. Tatkala ada
artis, di situlah ada pelbagai keindahan hidup yang harus dilalui dengan
narkoba. Seolah-olah, para selebritas kemudian mengidentikkan dirinya sebagai
pengguna narkoba sebagai sesuatu hal niscaya.
Bukanlah artis ternama dan berkaliber, ketika mereka tidak
terjebak dalam dunia narkoba. Bukanlah artis papan atas ketika tidak
berhubungan dengan narkoba. Artis dan narkoba pun merupakan sebuah hal
niscaya, tentunya. Inilah sebuah persoalan sangat mendasar ke depannya yang
akan meruntuhkan masa depan bangsa.
Figur Publik
Kini apa pun yang menjadi komentar di tengah publik terkait
dunia artis yang begitu hedonis, maka apa yang selama ini dipraktikkan para
selebritas dan mereka kemudian diketahui publik sebagai pengguna narkoba, hal
tersebut memperlihatkan secara terang benderang bahwa mereka tidak pernah
mengerti sama sekali, siapakah artis itu sendiri secara ontologis.
Selain memberikan hiburan kepada publik, mereka sebenarnya juga
menjadi figur publik yang semestinya menjadi (bukan memberikan) contoh
kehidupan kepada para penggemarnya. Artis adalah figur publik yang tentu
banyak memberikan inspirasi kepada semua.
Bagi kalangan muda di republik tercinta ini, terkadang apa yang
dilakukan dalam kebiasaan hidup para artis, kalangan muda pun ikut
mempraktikkannya baik dari bentuk performa, tingkah laku dan lain sebagainya.
Artis, dengan demikian, menjadi teladan yang semestinya memberikan
pendidikan yang baik kepada para penggemarnya. Dalam tubuh artis, melekat
semangat keteladanan yang harus diberikan kepada penggemarnya. Inilah yang
belum dan tidak disadari oleh para artis. Akhirnya, mereka pun melakukan
sesuatu hal yang salah.
Ancam Generasi
Diakui maupun tidak pula, narkoba yang menjadi hal biasa dalam
kehidupan artis sesungguhnya menjadi sebuah masalah dalam kehidupan
berbangsa. Narkoba bukan memberikan masa depan yang baik bagi bangsa,
terutama bagi artis dan para penggemarnya. Narkoba merusak masa depan
kalangan muda. Oleh sebab itu, persoalan penyalahgunaan narkoba sangat
serius.
Peningkatan jumlah penggunanya sangat signifikan. Menurut Kepala
Badan Narkotika Nasional Gories Mere sebelum menandatangani kesepahaman
dengan Komisi Yudisial terkait pengawasan proses persidangan tindak pidana
narkotika dan prekursor di Jakarta, Rabu (31/10/2012), prevalensi
penyalahgunaan narkoba dalam penelitian BNN dan Puslitkes UI serta berbagai
universitas negeri terkemuka, pada 2005 terdapat 1,75 persen pengguna narkoba
dari jumlah penduduk di Indonesia.
Prevalensi itu naik menjadi 1,99 persen dari jumlah penduduk
pada 2008. Tiga tahun kemudian, angka sudah mencapai 2,2 persen. Pada 2012,
diproyeksikan angka sudah mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,8 juta
penduduk.
Data tersebut semakin menyesakkan dada dan ke manakah kalangan
muda yang disebut generasi masa depan harus melangkah tatkala mereka sudah
terjebak dalam dunia narkoba. Ini menjadi sebuah kondisi sangat ironis.
Perkuat Komitmen Negara
Negara perlu memperkuat komitmen diri dalam memberantas narkoba,
bukan hanya pengedar dan bandar, namun pula para pengguna narkoba. Presiden
bersama para bawahannya yang bertugas dalam pemberantasan narkoba pun jangan
segan-segan memberikan vonis berat kepada pengedar dan bandar narkoba yang
menghancurkan masa depan bangsa ini.
Kita mungkin masih ingat kepada putusan yang dilakukan hakim PK
MA Imron Nawawi yang mengeluarkan putusan 12 tahun penjara kepada warga
Nigeria Hillary K Chimezie, pemilik 5,8 kilogram heroin yang sebelumnya sudah
diputus hukuman mati. MA juga membebaskan pemilik pabrik ekstasi Hengky
Gunawan dari hukuman mati menjadi hukuman 15 tahun penjara pada 16 Agustus
2011 lalu.
Hal yang lebih mengerikan, ternyata Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono juga memberikan grasi kepada terdakwa narkoba dengan pertimbangan
kemanusiaan, yakni dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor
7/G/2012 yang ditandatangani Presiden pada 25 Januari 2012, mengubah hukuman
Deni salah seorang bandar narkoba menjadi hukuman seumur hidup.
Negara selanjutnya harus mengubah paradigma putusan menjadi
putusan yang menimbulkan efek jera. Terkait dengan pengguna narkoba pun,
negara jangan segan-segan menjatuhkan putusan hukuman yang sangat berat.
Pasalnya, putusan hukuman berat yang seberat-beratnya setidaknya menjadi
shock therapy kepada yang lain agar tidak main-main dengan narkoba.
Surga Narkoba
Mengapa selama ini Indonesia tercinta selalu menjadi surga bagi
narkoba, karena negara memang sangat toleran dan ringan dalam memberikan
hukuman kepada pelaku. Tingkat toleransi yang relatif tinggi justru dijadikan
momen bagi pelaku narkoba apakah bandar, pengedar, dan pengguna narkoba untuk
terus-menerus bermain dengan narkoba.
Rendahnya supremasi hukum dalam pemberantasan korupsi tentu juga
menjadi titik tolak bagi potensi membiaksuburnya narkoba di republik tercinta
ini. Tentu, kondisi puncaknya adalah jangan pernah banyak berharap agar
negeri ini bebas dari narkoba.
Dari manakah kita harus memulai memberantas narkoba? Membangun
kesadaran tentang dampak buruk narkoba bagi masa depan bangsa dan anak-anak
bangsa adalah sebuah hal niscaya. Para selebritas sebagai bagian dari
pembangunan bangsa pun harus terlibat aktif proaktif dalam pembangunan
kesadaran tersebut, bukan kemudian ikut-ikutan menjadi penikmat narkoba. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar