Kontroversial
sebagai Ideologi Baru
Siti Siamah ; Peneliti Global Data Reform
|
KOMPAS,
22 Januari 2013
Negeri ini semakin
digaduhkan oleh silang pendapat alias kontroversi. Contoh paling mutakhir:
pengangkatan Roy Suryo Notodiprodjo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.
Dalam
rumus informatika, semua hal yang sengaja dibikin kontroversial pasti cepat
menjadi sensasional dan populer. Karena itu, wajar jika banyak pihak sengaja
menciptakan hal-hal yang kontroversial untuk memopulerkan berbagai
kepentingannya.
Dengan
demikian, layak diduga, banyak pihak di negeri ini ingin menerapkan
kontroversialisme sebagai ideologi politik baru untuk menarik simpati publik.
Ke depan, sangat mungkin akan makin banyak pihak yang sengaja melakukan atau
membikin hal-hal yang kontroversial agar bisa menjadi buah bibir, kemudian
bisa memperoleh dan mempertahankan popularitasnya.
Sejumlah
LSM dan organisasi massa ataupun partai politik bisa jadi akan berlomba-lomba
melakukan manuver yang kontroversial agar diekspos terus-menerus oleh media.
Pasalnya, media di negeri ini juga sangat gemar memopulerkan semua hal yang
kontroversial. Karena itu, dalam waktu dekat mungkin akan segera muncul
tokoh-tokoh nasional yang sengaja membikin pernyataan atau tindakan
kontroversial untuk menjadi calon presiden pada 2014.
Dalam
rumus psikopolitik, semua hal yang kontroversi memang akan langsung menjadi
isu terbuka. Sebab, publik cenderung mudah ikut-ikutan membicarakan. Pada
titik ini, jika isu kontroversial terkait dengan kepentingan politik, maka
bisa menjadi kampanye efektif untuk meraih perhatian (dan simpati) publik.
Namun,
jika banyak hal sengaja dibikin kontroversial, negeri ini pasti akan sangat
gaduh sehingga kebenaran akan semakin samar. Misalnya, banyak pihak akan
terjebak dalam debat kusir di media sehingga mana yang benar dan mana yang
keliru akan semakin sulit dibedakan.
Yang
juga layak dicermati, semua kegaduhan terkait hal-hal kontroversi biasanya
akan kontraproduktif. Kegaduhan yang kontroversial dan kontraproduktif
merupakan antitesis dari semboyan ”Rame ing gawe sepi ing pamrih” (bekerja
keras tanpa bersikap ambisius).
Betapa
banyak kegaduhan kontroversial yang memang kontraproduktif. Misalnya,
kegaduhan terkait aksi unjuk rasa antikorupsi yang ternyata tak banyak
gunanya karena buktinya korupsi justru semakin merajalela.
Di
negeri ini, semakin banyak hal dijadikan kontroversial karena banyak pihak
memang gemar bersikap asal beda, yang memiliki sejarah panjang dan mengakar
kuat. Dalam peta politik nasional, sikap asal beda tampak mengemuka di era
Ode Lama dan kembali mengemuka lagi di era Reformasi dengan munculnya banyak
partai politik dengan ideologi generik. Dalam hal ini, setiap muncul friksi
dalam lingkungan partai akan berlanjut dengan terbentuknya partai baru.
Karena
itulah, tampaknya tidak keliru jika kita mengatakan bahwa ideologi
kontroversialisme telah melahirkan banyak partai. Ia telah menjadi ideologi
baru bagi partai dan elite politik. Buktinya, banyak partai atau elite
politik sekarang menyukai hal-hal yang berpotensi untuk bisa menjadi
kontroversial. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar