Rabu, 11 Januari 2012

Tujuh Juta Kelas Menengah per Tahun?

Tujuh Juta Kelas Menengah per Tahun?
Ahmad Syafii Maarif, MANTAN KETUA UMUM PP MUHAMMADIYAH
Sumber : REPUBLIKA, 10 Januari 2012


Inilah berita mewah yang dilansir media sejak 2010: Indonesia kedatangan tujuh juta kelas menengah saban tahun. Bank Dunia bahkan mengatakan, di antara 237 juta (sensus 2010) penduduk Indonesia sebesar 56,5 persen sudah tergolong kelas menengah. Jika alur gelombang ini dipercaya, dalam 10 tahun akan datang, mayoritas rakyat Indonesia akan terangkat menjadi kelas menengah.

Hal tersebut merupakan sebuah mobilitas sosio-ekonomi yang sungguh dahsyat. Tetapi, Bank Dunia-dulu pernah memuji akhir era Orde Baru saat hampir runtuh-memberi batasan yang menyesatkan tentang kelas menengah itu, yaitu didasarkan pada jumlah belanja masyarakat yang bergerak dari 2 dolar sampai 20 dolar AS per hari, sebuah batasan yang teramat longgar.

Sebagai seorang yang awam dalam masalah ekonomi, saya tak henti bertanya tentang kondisi pekerja bangunan, misalnya, dengan pendapatan Rp 30 ribu per hari atau Rp 720 ribu per bulan (24 hari kerja), apakah tergolong kelas menengah jika ia membelanjakan penghasilannya itu sebesar 2 dolar AS (Rp. 18.000) per hari?

Hasil pengamatan saya di lapangan, para pekerja ini tanpa diberi uang makan, kondisinya amat memprihatinkan. Sebagian mereka berasal dari luar Yogyakarta, tinggal di barak dengan gaji Rp 30 ribu itu. Saya tidak tahu masih tersisa berapa dari pendapatan minim itu yang bisa dibawa ke rumahnya masing-masing.

Tetapi, ada yang menarik dari laporan Bank Dunia itu, seperti terbaca dalam tajuk Sindo (Seputar Indonesia), 27 Desember  2011 tentang pola hidup kelas menengah (ini kelas menengah benaran) tahun 2010. Angka-angka belanja mereka berikut ini memang luar biasa. Katanya, pola hidup konsumtif ini telah menyumbang sekitar 70 persen pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk belanja pakaian dan alas kaki saja sudah mencapai Rp 113,4 triliun, rumah tangga dan jasa Rp 194,4 triliun, dan belanja luar negeri, terutama di Singapura Rp 59 triliun. Pada 2012, perkiraan belanja itu akan semakin membengkak. Tuan dan puan jangan cepat berharap bahwa gaji para pekerja kecil akan turut naik tahun ini.

Sebab, itu sangat tergantung pada belas kasihan pengusaha yang umumnya hanya berpatokan pada skala UMR (upah minimum regional). Jangankan untuk menukar alas kaki dan pakaian, kaum pekerja kecil ini untuk bernapas saja sudah kedodoran. Dengan harga beras sekitar Rp 8.500 per kg untuk regional Yogyakarta, nadi mereka sudah bergetar kencang.

Sindo juga memberitakan suasana Bandara Soekarno-Hatta semakin sesak oleh penumpang kelas menengah yang berkeliaran datang dan pergi saban hari. Kapasitas bandara yang hanya untuk 18 juta, sepanjang Januari-Oktober 2011 telah melonjak tajam menjadi 41 juta. Kunjungan warga Indonesia ke Singapura naik 32 persen dari 1,745 juta pada 2009 menjadi 2,305 juta pada 2010.

Singapura, di samping sebagai tujuan wisata kelas menengah atas Indonesia, juga tempat parkir kekayaan para koruptor kita. Tentu saja kita senang membaca berita tentang semakin sesaknya bandara Soekarno-Hatta oleh kelebihan penumpang, tetapi ingat jugalah sebagian besar rakyat Indonesia baru pada posisi melihat pesawat terbang yang melintas dari kejauhan di tempat tinggalnya masing-masing.

Kapan mereka bisa merasakan terbang bersama kelas menengah, tentu menunggu kenaikan kelas mereka, sebab jumlah yang miskin masih berjibun di desa dan di kota. Tetapi, anak-anak desa yang sempat sekolah, memang tidak sedikit pula yang berhasil menembus kelas-kelas sosial yang jika kita tidak merdeka, pasti semuanya itu adalah sebuah kemustahilan, bukan?

Akhirnya, bangsa dan negara ini benar-benar merindukan lahirnya para pemimpin prorakyat, bukan pemimpin ibarat "kacang lupa pada kulitnya." Tipe pemimpin visioner inilah yang diharapkan muncul dalam tempo yang tidak terlalu lama sehingga semua rakyat Indonesia setidaknya bisa merasakan bagaimana rasanya bepergian dengan pesawat udara. Selama ini, mereka hanya melihat dari muka bumi sambil mendengar raungan mesinnya yang menghebohkan saat terbang merendah di sekitar tempat tinggal mereka. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar