Selasa, 31 Januari 2012

Pilpres AS dan Masa Depan Dunia


Pilpres AS dan Masa Depan Dunia
Wasisto Raharjo Jati, ANALIS POLITIK DAN KEBIJAKAN PUBLIK FISIPOL UGM
Sumber : SUARA KARYA, 31 Januari 2012



Putaran Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) tahun 2012 telah dimulai dengan dilangsungkannya kaukus Iowa untuk menentukan urutan kandidasi calon presiden dari Partai Republik untuk menantang Barrack Obama dari Partai Demokrat pada pemilu tingkat federal, November mendatang. Adapun hasil Pilpes AS 2012 dipandang penting terkait proyeksi masa depan dunia mengingat setiap kebijakan luar negeri AS secara hegemonik sangat berpengaruh secara universal ke segala penjuru dunia.

Pilpres AS mendapatkan animo perhatian luas dari publik dunia untuk menilai dan memprediksi ke manakah kiblat orientasi politik AS dalam empat tahun ke depannya. Tentunya hal ini dapat terbaca dari karakteristik partai politik pengusung capres tersebut, yakni Partai Demokrat dan Partai Republik. Sebagaimana ditulis oleh Lipset (2006) dalam Political Man, Demokrat membawa semangat egaliteranisme, humanisme, anti konservatisme, inklusif, dan menekankan aspek pendekatan realisme (reality). Sementara rivalnya, Republik mencerminkan sikap esklusifisme, konservatisme, pro-Israel, liberalistik, dan menekankan aspek pendekatan keamanan (security). Dua karakter ini mewakili geopolitik dalam negeri AS. Republik mempunyai basis pemilih yang kuat di negara-negara bagian utara yang notabene merupakan kawasan industri sehingga mencerminkan semangat kapitalisme. Sedangkan Demokrat mempunyai basis kuat di negara-negara bagian selatan yang merupakan basis pekerja dan imigran sehingga mencerminkan semangat sosialis demokrat. Oleh karena itulah, Pilpres yang didasari atas perbedaan geopolitik AS antara divergensi Utara - Selatan dan Kapitalisme - Sosial Demokrat sering kali merefleksikan miniatur kutub politik dunia secara global.

Ke depan kebijakan luar negeri AS akan menempuh pendekatan realisme (reality) Demokrat atau pendekatan keamanan (security) Republik. Kebijakan tersebut mempunyai andil besar dalam membentuk proyeksi masa depan dunia. Dalam hal ini, pendekatan realistik lebih mentikberatkan pada dinamika dunia yang sedang berlangsung maupun isu-isu global kontemporer yang tengah menghangat. AS tidaklah ditempatkan sebagai negara adidaya yang egois dan mendikte, melainkan sebagai negara mitra kerja yang sejajar dengan negara lainnya. AS cenderung melakukan proses dialog dan perundingan untuk memecahkan masalah.

Adapun pendekatan keamanan (security) merupakan kebalikannya, yakni menempatkan AS sebagai negara adidaya dengan kepentingan nasional di atas segala-galanya. AS diposisikan sebagai polisi dunia (global cops) untuk memberi jaminan kemanan atas seluruh dunia dengan menempatkan personil militernya ke segala penjuru dunia.

Melalui mekanisme stick and carrot, kebijakan luar negeri AS sifatnya lebih mendikte. Negara-negara yang menjadi kawan akan diberi bantuan ekonomi maupun militer. Sementara negara-negara yang dianggap berseberangan akan diberi sanksi embargo, bahkan jika perlu invasi militer seperti halnya di Vietnam, Irak, maupun Afganistan.

Kedua poros pendekatan luar negeri AS tersebut makin kentara dan terlihat jelas dalam dua dekade terakhir ini paska tumbangnya Uni Soviet pada 1991 melalui kepemimpinan Clinton, George W Bush, maupun Obama.

Bill Clinton dari Demokrat semasa menjabat Presiden AS dalam kurun waktu 1992-2001 telah membuat dunia semakin damai. Ia pun melakukan banyak terobosan demi ercapainya perdamaian dunia, seperti halnya bertindak sebagai juru runding antara Serbia dan Krosia pada Perang Balkan tahun 1995. Clinton juga tampil sebagai inisiator perjanjian Camp David II yang mempertemukan Yitzhak Rabin dari Israel dan Yasser Arafat (Palestina) dengan menghasilkan perjanjian mengenai penarikan pasukan Israel dari Tepi Barat maupun Jalur Gaza. Kepemimpinan Clinton mampu pula menghasilkan traktat anti rudal balistik dengan Boris Yeltsin untuk mencegah perang lintas benua.

George W Bush dari Republik sendiri dipandang membawa dunia menuju arah katastropik dan destruktif dengan menciptakan slogan 'poros kejahatan' (axis of evil) bagi Iran, Irak, Korea Utara, maupun Venezuela. Ia juga dituduh melakukan kebohongan mengenai senjata pemusnah massal di Irak. Kemudian, melipatgandakan anggaran militer yang dananya diambil dari uang korporasi AS sehingga menimbulkan bencana krisis global pada tahun 2008 hingga sekarang ini.

Bush sendiri juga menggelorakan Perang Teluk III dengan menggempur Irak dan Afghanistan dengan dalih memerangi teroris. Padahal, diduga sejatinya AS hanya ingin menguasai minyak mentah di negara-negara itu. Selama Bush berkuasa, Israel merupakan poros utama kebijakan luar negeri untuk mengawasi pergerakan Iran.

Obama (Demokrat) sendiri mengarahkan kiblat baru politik luar negeri AS menuju Asia sebagai kawasan ekonomi berkembang. bagi Obama, Asia merupakan kawasan strategis untuk memperkuat lobi kuasa AS maupun memperkuat kegiatan ekspor-impor AS karena wilayah Asia yang dianggap potensial karena kaya penduduk. Obama sendiri lebih banyak berdialog terutama dalam kasus Korea Utara, Iran, Israel dan Palestina maupun perdagangan dunia. Obama berusaha bersikap realistis untuk menyelamatkan keuangan global sekaligus menghindarkan AS keluar dari krisis dengan lebih menitikberatkan diplomasi ekonomi ketimbang politik. Penarikan pasukan dari Irak untuk mengakhiri operasi militer merupakan contoh sikap politis pasifis untuk menghindari perang karena hanya akan menciptakan penderitaan dan dendam.

Maka, patut dicermati dan disimak hasil Pilpres AS 2012 ini. Apakah Demokrat dapat mempertahankan kekuasaannya ataukah Republik yang akan memenangkan Pilpres. Masa depan dunia 2012-2016 sangatlah tergantung pada hasil Pilpres tersebut. Dengan atau tanpa AS, kita sebagai masyarakat dunia tentunya menginginkan dapat melihat masa depan dunia yang damai dan cerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar