Jumat, 06 September 2013

Otoformasi

Otoformasi
Pankras Kraeng  ;   Master Bimbingan dan Konseling dari Universitas St Thomas, Manila; Sekarang Berkarya di Roma
KOMPAS, 02 September 2013


Autoformation atau otoformasi adalah proses pembentukan dalam diri seseorang. Otoformasi berbeda dengan otodidak yang merupakan proses pembelajaran melalui kemampuan untuk belajar sendiri. Otodidak lebih mengarah pada pengetahuan dan pembelajaran, tanpa membutuhkan kehadiran orang lain. Otoformasi lebih terarah pada proses internalisasi dan pembentukan.
Dalam otoformasi dibutuhkan kesadaran mendalam akan kualitas dalam diri dan nilai-nilai luhur yang sudah tertanam. Otoformasi membutuhkan kehadiran orang lain sebagai referensi untuk menemukan keunikan diri. Otoformasi memerlukan interaksi personal dan afirmasi atas proses pembentukan yang sedang berlangsung dari dalam. Otoformasi pada akhirnya menghantar orang untuk menjadi dirinya.
Realitas pembelajaran
Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah sesungguhnya terarah pada apa yang disebut otoformasi. Namun, realitas pendidikan kita kebanyakan tidak sampai ke sana karena masih banyak peserta didik tidak menjadi dirinya setelah menyelesaikan pendidikan tinggi sekalipun. Mereka menjadi pribadi yang diinginkan oleh para guru atau dosen. Itulah kedua penyebab utama gagalnyaautoformation dalam proses pendidikan kita.
Di sekolah, proses pendidikan kita sangat bersifat informatif dan membatasi kreativitas anak. Dalam sehari, peserta didik menghabiskan hampir enam atau tujuh jam untuk menerima informasi dari guru. Anak-anak dipaksa menerima informasi sebanyak mungkin di luar kemampuan anak dan guru kadang memaksakan cara belajar orang dewasa kepada anak.
Dalam bidang eksakta pun tidak jauh berbeda karena anak menghafal rumus tertentu untuk menyelesaikan soal-soal dalam buku pelajaran atau buku pegangan.
Secara umum proses pembelajaran kita terlalu menekankan aspek intelektual sekaligus menyempitkan proses perkembangan dan integrasi. Penghargaan kemampuan intelektual dalam mengakumulasi informasi melemahkan perkembangan kepribadian dan kreativitas. Kemampuan intelektual merupakan pintu masuk bagi proses pembentukan dan perkembangan diri anak, bukan tujuan akhir.
Proses pendidikan di sekolah sepantasnya memberikan ruang dan penghargaan pada kreativitas dan proses pembentukan kepribadian, dengan penghargaan proses integrasi dalam diri peserta didik sebagai hasil akhir otoformasi.
Di sisi lain, kebanyakan peserta didik yang masuk sekolah, terutama pada jenjang pendidikan lanjut, membawa misi orangtua. Anak masuk dalam sekolah atau jurusan tertentu karena orangtua menganggap baik atau lebih memberikan jaminan masa depan. Kadang orangtua bersikap keras apabila anak tidak mengikuti kehendak mereka sehingga mekanisme proses pembelajaran menjadi proses pembentukan kepribadian dan nilai hidup yang berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang sesungguhnya ada di dalam diri anak.
Kepribadian-kepribadian baru yang terbentuk agar diterima dalam lingkungan keluarga dan dihargai di sekolah semakin menutup dan membenamkan keunikan dan kualitas alami pada diri anak. Tidak jarang ketika sudah bekerja dan mencapai kesuksesan, anak sebaliknya mengalami kekosongan, bahkan kehilangan makna hidup karena apa yang dicapai tidak memuaskan dambaan jiwanya.
Membantu otoformasi
Tidak ada cara yang mutlak dalam proses pendidikan anak untuk sampai proses otoformasi. Semua tergantung cara yang unik dalam diri para pendidik yang perannya bisa diumpamakan sebagai petani. Tugas utama para petani adalah memperhatikan, menbersihkan, dan memberi pupuk pada tanamannya.
Demikian juga perhatian para pendidik pada anak, harus bisa menciptakan rasa aman untuk tumbuh apa adanya. Membersihkan rumput liar bagi seorang pengajar berarti membagikan pengalaman dan kebijakan hidup supaya anak menemukan jati dirinya. Memberi pupuk bagi seorang pengajar adalah memberikan dorongan atau ketika anak lelah menghadapi persaingan dan penyeragaman.
Peran pendidik dalam otoformasi bisa juga diumpamakan seperti seorang pemahat. Seorang pemahat mampu melihat keindahan di balik sepotong kayu atau selembar batu. Dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, para pemahat mengikis bagian dari kayu atau batu yang tidak perlu sehingga perlahan muncul bentuk tertentu yang indah. Kalau seorang pemahat mampu membentuk potongan kayu menjadi patung atau ukiran indah, apalagi seorang guru dalam proses pembentukan manusia yang hidup.
Proses pemberdayaan dan pembentukan akan semakin mudah kalau peserta didik dibantu untuk mengangkat dan mengembangkan yang ada dalam dirinya. Kita tidak perlu menyeragamkan dan menjadikan mereka sama karena mereka memang unik dan berbeda. Maka yang harus kita lakukan sebagai pendidik adalah menemukan cara yang unik untuk membantu anak dalam proses otoformasi.
Yakinlah ketika anak berkembang dari dirinya sendiri, dia mampu mengaktualisasikan segala kualitas dirinya secara optimal, yang dengan sendirinya membantu proses evolusi dunia untuk terus menjadi lebih baik dan tempat yang membahagiakan karena kita semua merayakan dan mengagungkan ciptaan baru.  ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar