|
Jika
tetap berkukuh melaksanakan sesuai rencana, hari ini, Malaysia mengekseskusi
tenaga kerja wanita asal Indonesia (TKI), Wilfrida Soik. Hukuman mati pekerja
asal NTT tersebut mencerminkan kelemahan perlindungan negara terhadap warga
negara sendiri yang berada di luar negeri. Sikap ini sangat memprihatinkan.
Sudah begitu banyak TKW atau TKI yang mengalami nasib buruk, bahkan sampai dihukum mati, di negeri orang. Meski demikian, pemerintah belum juga tergugah untuk tancut taliwondo, membenahi sistem seputar pengiriman dan perlindungan TKI atu TKW.
Para pekerja di luar negeri masih banyak yang dibiarkan berjuang sendiri untuk menghadapi masalah hukum. Ketidakmampuan berkomunikasi dan pendidikan yang minim jelas menjadi kendala bagi mereka.
Sudah begitu banyak TKW atau TKI yang mengalami nasib buruk, bahkan sampai dihukum mati, di negeri orang. Meski demikian, pemerintah belum juga tergugah untuk tancut taliwondo, membenahi sistem seputar pengiriman dan perlindungan TKI atu TKW.
Para pekerja di luar negeri masih banyak yang dibiarkan berjuang sendiri untuk menghadapi masalah hukum. Ketidakmampuan berkomunikasi dan pendidikan yang minim jelas menjadi kendala bagi mereka.
Wilfrida
adalah korban sistem berbangsa yang tidak berpihak pada kaum lemah. Ia bekerja
di negeri orang untuk mengubah hidup karena di negeri sendiri sudah tipis
harapan untuk dapat berubah. TKW ini menjadi salah satu dari ratusan ribu orang
yang berkontribusi menyumbang devisa negara. Namun, pemerintah tampak lamban.
Begitu banyak kasus, tapi sampai kini belum dilihat solusi yang benar-benar
riil. Kenyataan itu akan terus berlangsung tanpa ada usaha serius penguasa
memutus tali derita TKW.
Penderitaan mereka tak pernah mendapat respons positif dari elite bangsa. Mereka hanya dijadikan tumbal penguasa tanpa mau memahami bahwa "terusir" dari negeri subur ini untuk menjadi buruh migran. Mereka menjadi alat produksi belaka. Problem ketenagakerjaan Indonesia di luar negeri memang sangat krusial.
Tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri telah membantu memperingan beban pemerintah memperbaiki perekonomian. Namun, perlindungan hukum pada TKW atau TKI sangat kurang. Jaminan keamanan dan kesejahteraan para TKI di tempat kerja belum memadai. Hubungan bilateral Pemerintah Indonesia dan negara tempat TKI mencari nafkah terkait perlindungan sangat minim. Situasi demikian membuat banyak TKI atau TKW memilih jalur ilegal agar dapat bekerja di luar negeri. Sudah begitu banyak kasus, namun tak ada solusi.
Tak Berpihak
Nilai kehidupan dan rasa aman bagi mereka tak pernah pasti. Hukum tak berpihak pada mereka. Malahan hukum kerap kali membuat mereka menderita karena diperas jaringan mafia yang terang-terangan bertindak tidak manusiawi. Para mafia pekerja itulah yang berpesta memperoleh keuntungan begitu besar di tengah jeritan tangis dan rintihan TKW karena perlakuan kejam para majikan.
Kemanusiaan belum menjadi prioritas bangsa ini untuk tidak menjadikan rakyat sebagai budak bangsa sendiri. Kemanusiaan telah direduksi hanya demi mencari keuntungan dengan tega menjual anak negeri ini menjadi budak di negeri orang. Pengiriman TKI secara legal dan ilegal dianggap sebuah prestasi rezim sehingga terus berlangsung tanpa memperbaiki sistem agar lebih manusiawi.
Pemerintah harus memanusiakan warganya di depan bangsa lain. Indonesia harus malu di depan bangsa lain kalau terus-menerus mengirimkan TKW. Negara harus sadar bahwa setiap warga negara, meski bekerja di luar negeri, juga anak kandung negeri. Mereka harus dilindungi secara hukum. Pekerja seharusnya diperlakukan secara adil untuk mendapat upah sesuai dengan kontrak kerja.
Kelemahan perlindungan TKI seharusnya bisa diatasi bila penguasa mau sungguh-sungguh membenahi ketenagakerjaan. Para calolah yang sebenarnya memiliki kekuasaan tak terbatas. Persoalan tak pernah diselesaikan serius karena penguasa tidak memiliki hati bagi kaum lemah. Apa pun caranya, Wilfrida harus diselamatkan dari hukuman mati. Dia tidak layak menerima vonis tersebut.
Banyak di antara tenaga kerja menjadi ilegal karena kebijakan pembangunan tidak memperhitungkan kaum paling lemah. Daya tawar mereka dibuat seolah-olah tak memiliki akses pada kekuasaan yang selalu berpihak para pemodal dan calo. Rakyat selama ini menjadi tumbal pembangunan. Kondisi tersebut juga dirasakan para para pekerja imigran. Mereka seperti sapi perahan.
Jasa mereka begitu besar bagi bangsa. Di tengah-tengah kegagalan penguasa menyediakan lapangan kerja, mereka mencari dan menciptakan peluang tersebut. Para elite politik harus sadar, tanpa TKI, mereka tidak akan memperoleh kursi kendati mereka kerap kali menjadi alat mobilitas kekuasaan belaka. Kekuasan tidak pernah ramah terhadap mereka.
Pemerintah harus menjamin keselamatan dan hak TKW. Pemerintah harus mendampingi mereka yang bermasalah sampai tuntas. Pemerintah harus dapat menunda eksekusi mati Wilfrida yang dilaksanakan hari ini. Wilfrida yang dipalsukan kelahirannya oleh agen seharusnya menjadi pertimbangan untuk pemerintah bekerja sekuat tenaga. Calo harus dikejar untuk mempertanggungjawabkannya.
Malaysia harus didesak untuk menunda sampai terungkap motif pembunuhannya yang belum terbuka di persidangan. Suara-suara para elite politik harus terus diteriakkan agar Malaysia terbuka dan setidaknya menunda eksekusi. ●
Penderitaan mereka tak pernah mendapat respons positif dari elite bangsa. Mereka hanya dijadikan tumbal penguasa tanpa mau memahami bahwa "terusir" dari negeri subur ini untuk menjadi buruh migran. Mereka menjadi alat produksi belaka. Problem ketenagakerjaan Indonesia di luar negeri memang sangat krusial.
Tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri telah membantu memperingan beban pemerintah memperbaiki perekonomian. Namun, perlindungan hukum pada TKW atau TKI sangat kurang. Jaminan keamanan dan kesejahteraan para TKI di tempat kerja belum memadai. Hubungan bilateral Pemerintah Indonesia dan negara tempat TKI mencari nafkah terkait perlindungan sangat minim. Situasi demikian membuat banyak TKI atau TKW memilih jalur ilegal agar dapat bekerja di luar negeri. Sudah begitu banyak kasus, namun tak ada solusi.
Tak Berpihak
Nilai kehidupan dan rasa aman bagi mereka tak pernah pasti. Hukum tak berpihak pada mereka. Malahan hukum kerap kali membuat mereka menderita karena diperas jaringan mafia yang terang-terangan bertindak tidak manusiawi. Para mafia pekerja itulah yang berpesta memperoleh keuntungan begitu besar di tengah jeritan tangis dan rintihan TKW karena perlakuan kejam para majikan.
Kemanusiaan belum menjadi prioritas bangsa ini untuk tidak menjadikan rakyat sebagai budak bangsa sendiri. Kemanusiaan telah direduksi hanya demi mencari keuntungan dengan tega menjual anak negeri ini menjadi budak di negeri orang. Pengiriman TKI secara legal dan ilegal dianggap sebuah prestasi rezim sehingga terus berlangsung tanpa memperbaiki sistem agar lebih manusiawi.
Pemerintah harus memanusiakan warganya di depan bangsa lain. Indonesia harus malu di depan bangsa lain kalau terus-menerus mengirimkan TKW. Negara harus sadar bahwa setiap warga negara, meski bekerja di luar negeri, juga anak kandung negeri. Mereka harus dilindungi secara hukum. Pekerja seharusnya diperlakukan secara adil untuk mendapat upah sesuai dengan kontrak kerja.
Kelemahan perlindungan TKI seharusnya bisa diatasi bila penguasa mau sungguh-sungguh membenahi ketenagakerjaan. Para calolah yang sebenarnya memiliki kekuasaan tak terbatas. Persoalan tak pernah diselesaikan serius karena penguasa tidak memiliki hati bagi kaum lemah. Apa pun caranya, Wilfrida harus diselamatkan dari hukuman mati. Dia tidak layak menerima vonis tersebut.
Banyak di antara tenaga kerja menjadi ilegal karena kebijakan pembangunan tidak memperhitungkan kaum paling lemah. Daya tawar mereka dibuat seolah-olah tak memiliki akses pada kekuasaan yang selalu berpihak para pemodal dan calo. Rakyat selama ini menjadi tumbal pembangunan. Kondisi tersebut juga dirasakan para para pekerja imigran. Mereka seperti sapi perahan.
Jasa mereka begitu besar bagi bangsa. Di tengah-tengah kegagalan penguasa menyediakan lapangan kerja, mereka mencari dan menciptakan peluang tersebut. Para elite politik harus sadar, tanpa TKI, mereka tidak akan memperoleh kursi kendati mereka kerap kali menjadi alat mobilitas kekuasaan belaka. Kekuasan tidak pernah ramah terhadap mereka.
Pemerintah harus menjamin keselamatan dan hak TKW. Pemerintah harus mendampingi mereka yang bermasalah sampai tuntas. Pemerintah harus dapat menunda eksekusi mati Wilfrida yang dilaksanakan hari ini. Wilfrida yang dipalsukan kelahirannya oleh agen seharusnya menjadi pertimbangan untuk pemerintah bekerja sekuat tenaga. Calo harus dikejar untuk mempertanggungjawabkannya.
Malaysia harus didesak untuk menunda sampai terungkap motif pembunuhannya yang belum terbuka di persidangan. Suara-suara para elite politik harus terus diteriakkan agar Malaysia terbuka dan setidaknya menunda eksekusi. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar