|
Salah satu rangkaian kegiatan pada KTT APEC 2013 di Bali
adalah penyelenggaraan APEC-CEO Summit. Sekitar 1.200 CEO/chairman perusahaan global dari negara-negara APEC dan 11 kepala
negara dipastikan hadir dalam forum tersebut.
Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding CEO Summit pada KTT APEC 2012 di Rusia yang hanya menghadirkan sekitar 700 CEO dan tujuh kepala negara. Animo para pemimpin perusahaan global pada CEO Summit kali ini bukan hanya sebagai sinyal positif bagi penyelenggaraan APEC di Bali, melainkan juga mencerminkan daya tarik Indonesia sebagai penyelenggara KTT untuk kedua kalinya. Tingginya minat pada penyelenggaraan APEC-CEO Summit kali ini juga menghadirkan ekspektasi tinggi bagi para peserta, termasuk Indonesia.
Sebagai kawasan yang menguasai 56% produk domestik bruto (PPP) dunia atau mencapai USD46,6 triliun pada akhir 2012, pertemuan APEC-CEO Summit pada KTT di Bali diharapkan mampu mendorong perdagangan dan investasi kawasan sebagai upaya pemulihan global sekaligus penopang pertumbuhan dunia. Pada sektor perdagangan barang dan jasa, ekspor APEC ke dunia mencapai USD10,3 triliun pada akhir 2012 atau meningkat lima kali lipat dibanding USD2,1 triliun pada 1992.
Sementara total volume investasi yang masuk kawasan APEC mencapai USD428,2 miliar atau 31,7% dari global foreign direct investment (FDI) yangmencapai USD1,35 triliun pada periode 2012 (FDI report 2013). Meskipun laju FDI global relatif menurun 18% pada 2012 (dibanding USD1,5 triliun pada 2011), investasi di kawasan Asia-Pasifik masih menjadi kawasan peringkat pertama tujuan investasi global. APEC-CEO Summit 2013 yang mengangkat tema ”Towards Resilience and Growth: Reshaping for Global Economy” diagendakan membahas sejumlah program pembangunan kawasan dan peluang kerja sama yang dapat ditawarkan kepada swasta untuk mendorong penguatan kawasan.
Kerja sama dan kemitraan strategis pemerintah bersama swasta diharapkan dapat mendorong berbagai agenda pembangunan infrastruktur dan industri di kawasan Asia-Pasifik. Dialog antara pemerintah dan para CEO perusahaan global di Asia-Pasifik merupakan langkah strategis dalam membahas dinamika ekonomi dunia dan lanskap bisnis global. Perusahaan-perusahaan Asia- Pasifik seperti General Electric, CNN, DHL, Sumitomo, Bloomberg, dan Fedex merupakan korporasi kelas dunia yang memainkan peran penting dalam lanskap bisnis dunia saat ini.
Melambatnya pertumbuhan global sebagai imbas tertekannya permintaan negara-negara yang selama ini dipandang sebagai penggerak ekonomi dunia seperti Jepang, Amerika, dan Eropa. Seperti CEO Summit tahun lalu, APEC-CEO Summit 2013 diharapkan dapat menghasilkan sejumlah keputusan strategis untuk terus mendorong penguatan kawasan Asia-Pasifik di tengah gejolak industri keuangan global beberapa waktu terakhir. Ketimpangan infrastruktur antarnegara di kawasan APEC membutuhkan solusi-solusi yang dapat membantu pertumbuhan kawasan.
Kebutuhan investasi infrastruktur di Asia-Pasifik selama periode 2010-2020 misalnya diperkirakan mencapai USD8 triliun. Sementara Bank Dunia memprediksi kebutuhan infrastruktur negara-negara berkembang mencapai USD1-1,5 triliun setiap tahun. Bagi Indonesia, APEC-CEO Summit 2013 merupakan peluang strategis untuk mendorong sejumlah pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan khususnya dalam skema MP3EI.
Realisasi investasi MP3EI hingga Juli 2013 telah mencapai Rp647,46 triliun yang terdiri atas Rp364,458 triliun untuk sektor riil dan Rp283,004 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Investasi ini tersebar di enam koridor yakni koridor Sumatera sebesar Rp117,5 triliun, koridor Jawa Rp191 triliun, koridor Kalimantan Rp157,2 triliun, koridor Sulawesi Rp27,5 triliun, koridor Bali, Nusa Tenggara Rp43,5 triliun, Papua, dan Kepulauan Maluku Tengah Rp100,8 triliun.
Secara total kebutuhan pembangunan infrastruktur dalam MP3EI mencapai Rp2.304 triliun dari total kebutuhan investasi Rp4.481 triliun, Rp2.177 triliun lainnya dialokasikan untuk investasi sektor riil. Besarnya kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur di Indonesia diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan dan konektivitas nasional sehingga daya saing terus ditingkatkan.
Demi mengakomodasi kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur, sejumlah insentif ditawarkan kepada swasta untuk berinvestasi di sektor infrastruktur termasuk skema kerja sama PPP (public private partnership). Pada pertemuan menteri keuangan se- Asia-Pasifik beberapa hari lalu, Indonesia telah ditunjuk sebagai proyek percontohan PPP (PPP Center) di kawasan Asia- Pasifik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sejumlah kesempatan termasuk pada APEC-CEO Summit 2012 di Vladivostok telah menawarkan kepada CEO perusahaan Asia- Pasifik untuk berinvestasi di Indonesia.
Cetak biru pembangunan infrastruktur dalam MP3EI diharapkan dapat memudahkan para calon investor dalam melakukan kalkulasi bisnis termasuk risiko investasi. Melalui APEC-CEO Summit 2013, sejumlah pembangunan infrastruktur nasional akan ditawarkan dari pembangunan jalan, rel kereta api, pelabuhan, bandara, telekomunikasi, hingga pembangkit tenaga listrik. Peluang Indonesia dalam menarik investasi dari perusahaan– perusahaan global yang berasal dari Asia-Pasifik untuk membantu pembangunan infrastruktur memiliki probabilitas yang cukup tinggi.
Ini lantaran selama dalam beberapa tahun terakhir Indonesia merupakan negara dengan prospek ekonomi yang cukup menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Indonesia tumbuh positif, lebih tinggi dari pertumbuhan dunia, juga kawasan (ASEAN dan APEC). Selain itu, prospek investasi di Indonesia juga didukung oleh ketersediaan SDM yang memadai, perampingan regulasi, pemangkasan birokrasi melalui pelayanan terpadu satu pintu, serta stabilitas politik dan keamanan yang terkendali. Peningkatan jumlah kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir juga merupakan keunggulan tersendiri untuk menarik investasi ke Indonesia.
Sepanjang 2012 Indonesia berada dalam 10 negara tujuan investasi utama di dunia berdasarkan laporan UNCTAD, dan peringkat keenam negara tujuan investasi di Asia-Pasifik (di bawah China, India, Singapura, Hong Kong, Australia, dan Malaysia berturut-turut). Beberapa lembaga pemeringkat Internasional seperti Moody’s, S&P, Fitch, juga telah menaikkan rating kredit Indonesia ke zona layak investasi.
Besar harapan, pertemuan APEC-CEO Summit 2013 di Bali akan menarik sejumlah investasi khususnya pembangunan infrastruktur di samping pembangunan di sektor riil. Target investasi pada 2013 diperkirakan mencapai Rp390 triliun dan pada 2014 direncanakan mencapai sekitar Rp500 triliun. Dengan investasi yang masuk, pembangunan yang sedang berjalan dapat terus diakselerasi dan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Investasi yang masuk akan menambah daya dorong pembangunan, infrastruktur akan semakin berdaya saing, industrialisasi bertumbuh, pasar lapangan kerja semakin meluas, dan mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Dengan skenario ini, target Indonesia 2025 untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, mandiri, dan kuat akan semakin mudah diwujudkan. ●
Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding CEO Summit pada KTT APEC 2012 di Rusia yang hanya menghadirkan sekitar 700 CEO dan tujuh kepala negara. Animo para pemimpin perusahaan global pada CEO Summit kali ini bukan hanya sebagai sinyal positif bagi penyelenggaraan APEC di Bali, melainkan juga mencerminkan daya tarik Indonesia sebagai penyelenggara KTT untuk kedua kalinya. Tingginya minat pada penyelenggaraan APEC-CEO Summit kali ini juga menghadirkan ekspektasi tinggi bagi para peserta, termasuk Indonesia.
Sebagai kawasan yang menguasai 56% produk domestik bruto (PPP) dunia atau mencapai USD46,6 triliun pada akhir 2012, pertemuan APEC-CEO Summit pada KTT di Bali diharapkan mampu mendorong perdagangan dan investasi kawasan sebagai upaya pemulihan global sekaligus penopang pertumbuhan dunia. Pada sektor perdagangan barang dan jasa, ekspor APEC ke dunia mencapai USD10,3 triliun pada akhir 2012 atau meningkat lima kali lipat dibanding USD2,1 triliun pada 1992.
Sementara total volume investasi yang masuk kawasan APEC mencapai USD428,2 miliar atau 31,7% dari global foreign direct investment (FDI) yangmencapai USD1,35 triliun pada periode 2012 (FDI report 2013). Meskipun laju FDI global relatif menurun 18% pada 2012 (dibanding USD1,5 triliun pada 2011), investasi di kawasan Asia-Pasifik masih menjadi kawasan peringkat pertama tujuan investasi global. APEC-CEO Summit 2013 yang mengangkat tema ”Towards Resilience and Growth: Reshaping for Global Economy” diagendakan membahas sejumlah program pembangunan kawasan dan peluang kerja sama yang dapat ditawarkan kepada swasta untuk mendorong penguatan kawasan.
Kerja sama dan kemitraan strategis pemerintah bersama swasta diharapkan dapat mendorong berbagai agenda pembangunan infrastruktur dan industri di kawasan Asia-Pasifik. Dialog antara pemerintah dan para CEO perusahaan global di Asia-Pasifik merupakan langkah strategis dalam membahas dinamika ekonomi dunia dan lanskap bisnis global. Perusahaan-perusahaan Asia- Pasifik seperti General Electric, CNN, DHL, Sumitomo, Bloomberg, dan Fedex merupakan korporasi kelas dunia yang memainkan peran penting dalam lanskap bisnis dunia saat ini.
Melambatnya pertumbuhan global sebagai imbas tertekannya permintaan negara-negara yang selama ini dipandang sebagai penggerak ekonomi dunia seperti Jepang, Amerika, dan Eropa. Seperti CEO Summit tahun lalu, APEC-CEO Summit 2013 diharapkan dapat menghasilkan sejumlah keputusan strategis untuk terus mendorong penguatan kawasan Asia-Pasifik di tengah gejolak industri keuangan global beberapa waktu terakhir. Ketimpangan infrastruktur antarnegara di kawasan APEC membutuhkan solusi-solusi yang dapat membantu pertumbuhan kawasan.
Kebutuhan investasi infrastruktur di Asia-Pasifik selama periode 2010-2020 misalnya diperkirakan mencapai USD8 triliun. Sementara Bank Dunia memprediksi kebutuhan infrastruktur negara-negara berkembang mencapai USD1-1,5 triliun setiap tahun. Bagi Indonesia, APEC-CEO Summit 2013 merupakan peluang strategis untuk mendorong sejumlah pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan khususnya dalam skema MP3EI.
Realisasi investasi MP3EI hingga Juli 2013 telah mencapai Rp647,46 triliun yang terdiri atas Rp364,458 triliun untuk sektor riil dan Rp283,004 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Investasi ini tersebar di enam koridor yakni koridor Sumatera sebesar Rp117,5 triliun, koridor Jawa Rp191 triliun, koridor Kalimantan Rp157,2 triliun, koridor Sulawesi Rp27,5 triliun, koridor Bali, Nusa Tenggara Rp43,5 triliun, Papua, dan Kepulauan Maluku Tengah Rp100,8 triliun.
Secara total kebutuhan pembangunan infrastruktur dalam MP3EI mencapai Rp2.304 triliun dari total kebutuhan investasi Rp4.481 triliun, Rp2.177 triliun lainnya dialokasikan untuk investasi sektor riil. Besarnya kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur di Indonesia diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan dan konektivitas nasional sehingga daya saing terus ditingkatkan.
Demi mengakomodasi kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur, sejumlah insentif ditawarkan kepada swasta untuk berinvestasi di sektor infrastruktur termasuk skema kerja sama PPP (public private partnership). Pada pertemuan menteri keuangan se- Asia-Pasifik beberapa hari lalu, Indonesia telah ditunjuk sebagai proyek percontohan PPP (PPP Center) di kawasan Asia- Pasifik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sejumlah kesempatan termasuk pada APEC-CEO Summit 2012 di Vladivostok telah menawarkan kepada CEO perusahaan Asia- Pasifik untuk berinvestasi di Indonesia.
Cetak biru pembangunan infrastruktur dalam MP3EI diharapkan dapat memudahkan para calon investor dalam melakukan kalkulasi bisnis termasuk risiko investasi. Melalui APEC-CEO Summit 2013, sejumlah pembangunan infrastruktur nasional akan ditawarkan dari pembangunan jalan, rel kereta api, pelabuhan, bandara, telekomunikasi, hingga pembangkit tenaga listrik. Peluang Indonesia dalam menarik investasi dari perusahaan– perusahaan global yang berasal dari Asia-Pasifik untuk membantu pembangunan infrastruktur memiliki probabilitas yang cukup tinggi.
Ini lantaran selama dalam beberapa tahun terakhir Indonesia merupakan negara dengan prospek ekonomi yang cukup menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Indonesia tumbuh positif, lebih tinggi dari pertumbuhan dunia, juga kawasan (ASEAN dan APEC). Selain itu, prospek investasi di Indonesia juga didukung oleh ketersediaan SDM yang memadai, perampingan regulasi, pemangkasan birokrasi melalui pelayanan terpadu satu pintu, serta stabilitas politik dan keamanan yang terkendali. Peningkatan jumlah kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir juga merupakan keunggulan tersendiri untuk menarik investasi ke Indonesia.
Sepanjang 2012 Indonesia berada dalam 10 negara tujuan investasi utama di dunia berdasarkan laporan UNCTAD, dan peringkat keenam negara tujuan investasi di Asia-Pasifik (di bawah China, India, Singapura, Hong Kong, Australia, dan Malaysia berturut-turut). Beberapa lembaga pemeringkat Internasional seperti Moody’s, S&P, Fitch, juga telah menaikkan rating kredit Indonesia ke zona layak investasi.
Besar harapan, pertemuan APEC-CEO Summit 2013 di Bali akan menarik sejumlah investasi khususnya pembangunan infrastruktur di samping pembangunan di sektor riil. Target investasi pada 2013 diperkirakan mencapai Rp390 triliun dan pada 2014 direncanakan mencapai sekitar Rp500 triliun. Dengan investasi yang masuk, pembangunan yang sedang berjalan dapat terus diakselerasi dan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Investasi yang masuk akan menambah daya dorong pembangunan, infrastruktur akan semakin berdaya saing, industrialisasi bertumbuh, pasar lapangan kerja semakin meluas, dan mendorong peningkatan daya beli masyarakat. Dengan skenario ini, target Indonesia 2025 untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, mandiri, dan kuat akan semakin mudah diwujudkan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar