|
Selama 8 tahun perkawinan saya, tak
pernah sekalipun suami memberi nafkah untuk kehidupan berkeluarga kami. Banyak
lagi kelakuannya yang sangat tidak pantas dan kurang menyenangkan untuk dibahas
di sini, yang membuat saya sering menangis karena sakit hati dan marah. Memang,
saya akui dahulu saya yakin bahwa saya cinta padanya dan dapat membantu
mengubah sifat-sifatnya yang buruk jika menikah dengannya. Ternyata saya salah.
Saya pun telah
berdosa karena tidak mendengarkan nasihat orangtua yang tidak merestui hubungan
kami ketika itu. Pendek kata, saat ini saya sudah berniat untuk mengakhiri saja
hubungan perkawinan ini. Banyak pertimbangan yang telah saya pikirkan untuk
itu, dan saya pikir saya akan terus makan hati, stres, dan tidak sehat jika
melanjutkan hubungan ini.
Satu
keberuntungan atau malah kekurangan, saya tidak tahu, adalah kami tidak punya
anak selama perkawinan kami. Yang masih menjadi pikiran saya adalah bagaimana
supaya setelah putus, kami dapat hidup ”lebih baik” sebagai pribadi. Mohon
pandangan dari Ibu. Terima kasih. (H, 33 tahun)
————————————————————
Sdri H yang
sedang gundah, pastinya selama 8 tahun Anda sudah memikirkan baik buruknya, dan
juga telah meminta pertimbangan pihak lain yang Anda percayai bisa membantu.
Nah, untuk melangkah kepada pengakhiran hubungan, coba renungkan situasi yang
menurut John Gray (1984), seorang pakar di bidang peningkatan komunikasi dan
hubungan antarmanusia, acap kali dilakukan orang banyak ini.
Jika kita ingin
meninggalkan seseorang, khususnya dalam hubungan cinta, kita mulai dengan
mengumpulkan berbagai bukti untuk membenarkan keputusan. Kita mulai menyusun
daftar tentang semua perilaku buruk pasangan kita, dan kemudian suatu hari kita
mengatakan padanya: ”Inilah bukti-buktinya bahwa kamu jahat. Saya telah
diperlakukan dengan buruk dan karenanya saya punya alasan untuk pergi. Saya
sudah tidak mencintaimu lagi.”
Nah, apabila
demikian adanya, akan sulit bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa
setelah perpisahan berlangsung. Berikut beberapa kiat yang bisa kita coba agar
langkah kita lebih bijaksana dan hidup kita kemudian lebih berkualitas.
Lepaskan emosi negatif
Menurut John
Gray (1984), sebelum mengakhiri suatu hubungan adalah penting untuk
menyelesaikan penumpukan berbagai emosi negatif terhadap pasangan Anda serta
untuk merasakan cinta dan rasa syukur kembali mengenai kehidupan. Ketika cinta
dalam suatu hubungan ditekan karena tidak adanya komunikasi lanjutan, Anda
sering terikat pada perasaan berkurangnya rasa cinta pada pasangan Anda.
Padahal,
sebenarnya Anda tidak harus berhenti mencintai pasangan Anda ketika
meninggalkan dia. Jika Anda jujur pada diri sendiri dan telah menyelesaikan
kemarahan atau dendam Anda terhadap pasangan, Anda akan dapat tetap merasa
cinta padanya.
Dengan
demikian, jika Anda berpikir untuk meninggalkan pasangan Anda, cobalah mulai
dengan memberinya peringatan terlebih dahulu. Tawarkan kesempatan padanya untuk
berfokus pada relasinya dengan Anda. Beritahu pasangan Anda apa yang Anda
inginkan dan apa yang tidak Anda peroleh selama ini, kemudian beri dia suatu
patokan atau cara untuk mencapainya.
Cobalah saling
bekerja sama untuk mengekspresikan dan melepaskan berbagai perasaan mengenai
kemarahan, sakit hati, rasa takut, dan rasa bersalah yang telah tertekan selama
ini. Dengan menyampaikan kebenaran yang lengkap tentang emosi-emosi Anda, Anda
bisa mendapatkan kembali rasa cinta Anda.
Hal ini tidak
berarti bahwa Anda harus tetap tinggal bersamanya; hanya jika Anda masih ingin
pergi, Anda dapat meninggalkan dia dalam rasa persahabatan dan tidak dalam rasa
permusuhan. Dengan kata lain, Anda telah mengambil keputusan dengan ”kepala
dingin”.
Berpisah dengan damai
John Gray
menambahkan bahwa Anda masih bisa mencintai seseorang dan mengatakan ”tidak
lagi bersama” hanya karena jauh di dalam hati Anda, Anda tahu dia tidak tepat
untuk Anda. Bahkan bisa saja Anda mungkin akan terkejut menemukan bahwa setelah
Anda menyelesaikan beberapa perasaan negatif Anda, Anda mulai merasakan adanya
harapan lagi, dan muncul suatu keinginan baru untuk mencoba memulai hubungan
kembali. Mayoritas pasangan yang putus masih tetap memiliki potensi besar untuk
mendapatkan sebuah hubungan yang sukses, tapi rasa cinta dengan kemarahan dan
rasa sakit hati yang terpendam selama bertahun-tahun perlu dibantu untuk
disembuhkan.
Oleh karena
itu, perlu diingat bahwa meninggalkan pasangan saat Anda masih memiliki
perasaan sakit hati dan kemarahan yang belum terselesaikan bisa menjadi
berbahaya bagi perkembangan pribadi Anda (kecuali pasangan Anda memang
benar-benar mengerikan). Pada umumnya, yang terjadi adalah Anda akan membawa
semua perasaan negatif tersebut ke dalam hubungan Anda berikutnya. Begitu hal
tersebut mulai memengaruhi hubungan baru Anda , maka secara sangat cepat Anda
akan menemukan diri Anda berada dalam kekacauan yang sama dengan ketika Anda
meninggalkan pasangan sebelumnya.
Hal semacam
inilah yang acap kali menyebabkan kondisi perkawinan kedua tidak lebih baik
dari perkawinan pertama. Ketika Anda meninggalkan pasangan tanpa menyelesaikan
perasaan Anda, Anda membawa perasaan ini ke dalam hubungan Anda berikutnya.
Semua
pengalaman gagal menjalin relasi dengan pasangan tetap memberi peluang besar
bagi kita untuk melakukan perbaikan diri. Sangat penting untuk belajar dari
kesalahan masa lalu dalam rangka untuk mencegah hal tersebut terulang lagi.
Daripada hanya menyalahkan pasangan Anda saja sebelumnya, mari kita melihat apa
yang Anda berdua telah salah lakukan dalam relasi sehingga Anda dapat
menghindari pengulangan kesalahan yang sama dalam hubungan Anda berikutnya.
Semoga membantu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar