|
Krisis ekonomi
global kembali membayangi dinamika perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi yang
bermula di Amerika Serikat pada 2008 itu telah menjadi salah satu krisis
terparah sepanjang sejarah kapitalisme.
Jatuhnya angka
pertumbuhan produk domestik bruto dunia, dari 5,9 persen pada 2008 menjadi
hanya 1,2 persen tahun 2009 (World Bank
2010); peningkatan drastis jumlah penganggur (30 juta jiwa dari total 200
juta tahun 2009, ILO 2010); dan
bertambahnya jumlah orang miskin ekstrem dunia: 64 juta jiwa tahun 2009 (World Bank 2010); menunjukkan betapa
parahnya dampak krisis kapitalisme ini.
Kapitalisme
hari ini tidak dapat lagi dipandang sebagai modus produksi di mana komoditas
dicipta. Kapitalisme telah menjadi pencipta dunia yang di dalamnya ada
komoditas, manusia, dan masyarakat hidup dan berada (Lazzarato 2004).
Munculnya
jejaring produksi global adalah salah satu manifestasi dari kapitalisme di era
neoliberal. Pola pengorganisasian produksi yang awalnya berjalan
tersentralisasi di unit produksi dan wilayah geografis berganti dengan pola
produksi yang semakin terfragmentasi dan berjejaring. Aktivitas produksi
dipecah dan dialihkan ke berbagai unit produksi dan wilayah yang tersebar
global.
Maka, komoditas
dalam kapitalisme neoliberal tercipta sebagai hasil dari proses produksi yang
diorganisasikan secara berjejaring pada skala global. Praktik alih daya
(outsourcing), di mana aktivitas produksi dipecah dan dialihkan kepada
sumber-sumber eksternal, menjadi urat nadi sirkulasi produksi. Dengan demikian,
krisis kapitalisme berdampak laksana virus: menyebar ke sendi-sendi
perekonomian dunia.
Jejaring
eksploitasi
Jejaring
produksi global muncul sebagai pola pengorganisasian produksi di mana kebutuhan
ekstraksi nilai-lebih dapat dipenuhi.
Pertama,
melalui fragmentasi aktivitas produksi, nilai dapat diekstraksi tanpa melalui
aktivitas produksi dalam jumlah besar. Seiring hegemoni kerja imateriil dalam
proses penciptaan nilai, industri, terutama di negara maju, semakin fokus pada
aktivitas spesifik di mana nilai dapat dicipta.
Aktivitas tahap
praproduksi yang didominasi kerja imateriil dalam bentuk perancangan,
penelitian, dan pengembangan teknologi menjadi prioritas utama perusahaan.
Sementara tahap produksi yang mencakup aktivitas penyediaan bahan baku,
produksi komponen, pabrikasi, dan pengemasan dialihkan ke sumber-sumber
eksternal, sebagian besar di negara berkembang.
Kedua, terbuka
ruang bagi ragam bentuk, kapasitas, dan tingkat kapital dari unit-unit produksi
yang tersebar di seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam pola ekstraksi
nilai-lebih secara berjejaring ini. Sebuah perusahaan tidak harus memiliki
kapital besar agar untung, asal memiliki porsi aktivitas spesifik.
Maka, selama
empat dekade terakhir impor barang setengah jadi dunia meningkat sepuluh kali
lipat: 56 persen dari total impor dunia tahun 2006 (Sturgeon & Kawakami 2010). Fragmentasi inilah yang menopang
pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, khususnya di Asia.
Posisi Indonesia
Perekonomian
Indonesia juga sangat terintegrasi dengan jejaring produksi global. Selama tiga
dekade terakhir, ekspor barang setengah jadi tampil di jajaran atas komoditas
ekspor utama Indonesia yang sebelumnya didominasi bahan mentah.
Corak utama
aktivitas yang dialihkan ke perusahaan-perusahaan di Indonesia didominasi oleh
bentuk kegiatan dalam tahap produksi, meliputi pembuatan komponen, aktivitas
manufaktur, dan perakitan.
Dalam aspek
ekstraksi nilai-lebih, ditopang oleh pasar tenaga kerja yang besar dengan
karakter tenaga kerja berketerampilan dan tingkat upah rendah, perusahaan-perusahaan
di Indonesia memiliki kapasitas besar dalam menciptakan nilai.
Tingkat
pertumbuhan ekonomi dan angka penganggur yang terus menurun pada dasarnya
sangat bergantung pada posisi Indonesia dalam jejaring produksi global. Bahkan,
arah dan strategi kebijakan ekonomi Pemerintah Indonesia 10 tahun terakhir
ditentukan oleh posisi dalam jejaring.
Peningkatan
nilai tambah dan perluasan rantai nilai dalam proses produksi serta peningkatan
efisiensi jaringan distribusi adalah visi utama pembangunan ekonomi Indonesia
dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Untuk
itu, besarnya populasi dan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan letak
geografis, merupakan tiga bentuk potensi utama.
Pascakrisis
global 2008-2009, pola jejaring produksi global berkonsolidasi (Cattaneo, Gereffi & Staritz 2010).
Seiring penurunan daya beli masyarakat di negara maju, fragmentasi aktivitas
produksi semakin dipersempit ke unit-unit produksi dan wilayah di mana biaya
transaksi dapat ditekan.
Konsekuensinya,
perusahaan-perusahaan pemasok di negara berkembang berlomba mendapatkan bagian
dari pengalihan aktivitas produksi. Kondisi sosial-ekonomi dan hukum di
masing-masing negara diarahkan sedemikian rupa untuk dapat menjadi lokasi yang
efisien dan menguntungkan.
Strategi
Paket kebijakan
ekonomi yang mendorong ekspor dan mengurangi pajak ekspor padat karya jelas
merupakan strategi untuk menopang gerak perekonomian Indonesia sesuai posisi
dalam jejaring. Dalam paket ini pemerintah berupaya menciptakan skema
pengupahan yang terstandardisasi dan pasti secara nasional sehingga biaya
transaksi dari pengalihan produksi ke Indonesia dapat terukur.
Melalui prinsip
pendidikan menengah universal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
meluncurkan pendidikan yang menciptakan subyek siap kerja dalam jumlah besar.
Ini sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia ─melalui Perpres Nomor 8
Tahun 2012 ─untuk mengintegrasikan dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia
kerja.
Dengan
demikian, kerja dan kehidupan masyarakat Indonesia semakin terjerat di dalam
jejaring hiper-eksploitasi kapitalisme. Kerja para buruh adalah sumber
ekstraksi nilai yang diisap secara berantai melalui jejaring produksi global. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar